Suasana pinggiran kota Beijing semakin menjelang sore, semakin langit jernih. Hawa tidak panas dan juga tidak dingin. Bulan September – Oktober, adalah musimgugur yang sangat enak cuacanya. Tak jauh dari kota
Beijing ada beberapa gunung. Dan sepanjang hutan dan lerengnya pepohonan dengan daun-daunnya memerah – kuning – coklat, pesta warna.Yang berdominasi yalah warna merah dan bercampur kuning. Dari kejauhan, terlihat sangat indah. Dulu ketika saya masih aktive bekerja di Institut Bahasa Asing Beijing dan juga di Radio Beijing, selalu ada acara rekreasi pada musimgugur. Melihat pepohonan – hutan di lereng bukit dan pegunungan yang berwarna merah – kuning di mana-mana. Pemandangan yang bagus sekali. Dengan warna langit yang cerah dan bersih. Saya sudah tinggal di beberapa kota dan tempat di Tiongkok selama hidup 18 tahun di Tiongkok. Tetapi kota Beijing memang sangat indah, apalagi sekeliling kota Beijing. Yang paling menyenangkan pabila mau melihat dan menikmati kota Beijing, justru ada di sekeliling pinggiran kota Beijing. Itulah sebabnya banyak letak pergedungan – bahkan Istana Musimpanas dan beberapa universitas yang sangat terkenal, justru ada di pinggiran kota Beijing yang sangat indah itu. Dan pinggiran kota ini jauhnya antara belasan sampai puluhan km dari pusat kota.
Jalannya panjang – lurus dan lebar. Bersih dan licin, dalam pengertian tidak ada lobang-lobang dibiarkan menganga. Pabila bersepeda, ada bahayanya lalu lupa kita mau ke mana. Sebab karena jalannya mulus dan datar, sangat enak mengayuh sepeda. Sepanjang jalan itu, para petani panen gandum. Mesin traktor dan lapangan penebahan – sibuk dan ramai dengan anak-anak muda dan setengah baya yang tengah bekerja. Tak jauh dari situ, ada lagi kesibukan lain. Panen buah semangka – panen tomat – panen sayuran. Semua ini buat konsumsi kota Beijing. Dan kalau pengadaan kota sudah terpenuhi, ba-
rulah buat kota-kota lainnya. Pabila panen semangka, di mana-mana buah semangka menggunung dan sangat murah – pernah satu kilonya hanya 5 sen bahkan pernah hanya satu sen!
Saya sangat merasa senang dan bahagia melihat keadaan panen raya begini. Tak terasa, sudah di mana saya. Dan rasanya saya sudah kehilangan arah. Yang paling saya herankan sampai kini dan keheranan ini menjadikan saya agak sedih. Di manapun di tanah Tiongkok ini, kenapa saya samasekali tidak merasa cemas – tidak ada rasa takut – merasa di manapun akan selalu aman. Lain halnya pabila saya ada di tengah bangsa saya di tanahair. Rasanya ada rasa cemas – takut – kuatir – harus selalu waspada. Justru rasa yang begini bisa menyedihkan hati saya. Lha, kok di tanahair sendiri ada rasa cemas – takut dan kuatir sih! Mungkin dan besar kemungkinan, karena ada sejarahnya bagi keluarga kami. Karena kehidupan kami selalu dalam keadaan dikuntit – diawasi dicurigai bahkan selalu diburu – dikejar-kejar lalu dibunuh diteror seperti abang saya dekat Boyolali itu. Dan abang yang lainnya belasan tahun di penjara di Pulau Buru. Dan saya selalu dikuntit dan diawasi – diancam oleh badan
ketentaraan intel – bahkan oleh Kodam Jaya ketika itu.
Di Tiongkok, ke manapun dan di manapun, saya pergi dan berada, saya merasa sangat aman – tak ada secuilpun kekuatiran saya. Kalau saya berkata begini sama-sekali janganlah diartikan bahwa Tiongkok itu tak ada kejahatan apapun! Perkara kejahatan – penipuan – cukup banyak dan selalu ada di mana-mana. Hanya mungkin secara kebetulan – saya belum pernah bertemu dengan yang begituan. Dan di Tiongkok, kehidupan kami termasuk yang dilindungi sebagai tenaga-asing yang
bekerja membantu pembangunan Tiongkok.
Akh saya sudah terlalu jauh bersepedanya. Hari sudah mendekati rembang petang. Saya sudah tidak tahu lagi ke mana arah jalan pulangnya. Para petani sudah bersiap-siap pulang ke rumahnya membawa – mendorong – menarik gerobak hasil
panennya. Dan beberapa traktor penuh dengan hasil panenannya. Udara tetap sedap – tak banyak angin. Sedikit sudah mulai ada rasa dingin. Langit di sebelah barat sudah agak kemerahan – matahari mau masuk meninggalkan bumi manusia dan segera nanti akan digantikan wajah malam,-
Sobron Aidit
Holland,- 11 april 04,-
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua 1958