Budaya-Tionghoa.Net | Tanpa dihitung tanpa diperkirakan, rupanya selama 15 tahun saya membuat tapai buat Restoran kami. Dua kali dalam satu minggu. Sekali buat, 2 kg beras-ketan-hitam dan 2 kg beras-ketan-putih. Masing-masing beras itu direndam dulu. Buat memasak – menanak dua jenis beras itu, maka beras-ketan hitamlah yang harus lebih lama direndam dan lebih lama ditanak atau dikukus. Waktu yang digunakan buat beras-ketan hitam, antara satu-setengah jam sampai dua jam. Saya sering bilang, membuat tapai dari beras-ketan-hitam ini, banyak makan-waktu – banyak makan-tenaga dan banyak makan-listrik-stroom!
|
Pada awal-awal pengalaman saya membuat tapai dari dua jenis beras-ketan itu, beberapa kali gagal. Kenapa? Karena belum menguasai hukumnya! Ketika membuat tapai, ada hal-hal yang harus dipegang teguh buat diingat dan dicamkan.
1) ketika membuat tapai – kita harus benar-benar konsentrasi. Pikiran tidak boleh bercabang, hanya khusus memikirkan dan mengerjakan pembuatan tapai itu.
2) tempat – wadahnya – harus bersih dan benar-benar kering.
3) dan yang paling penting – membuat tapai itu musuh besarnya adalah minyak! Pantang ada sedikit bekas minyak!
Ada seorang teman saya, sangat memperhatikan apa pesan-pesan saya ini. Lalu dia melaporkan. Kenapa tetap saja gagal? Lalu saya tanya semua prosesnya dan semua sudah betul. Tetapi ada yang paling tidak betul – paling dia tidak sabaran. Saya katakan, kalau sudah membungkus – memeram beras-tapai itu, lima hari kemudian barulah dibuka! Ternyata dia tidak sabaran. Baru tiga hari, peraman – bungkusan beras atau nasi-tapai itu sudah ada aroma harumnya. Dengan jantung dag-dig-dug, dia buka pelan-pelan nasi-ketan itu, dia intip, sudah sampai mana prosesnya! Dan habislah cerita suksesnya – tinggal gagalnya! Nasi-ketan-tapai paling tidak boleh masuk angin – masuk hawa dari luar ketika masa pemeramannya belum cukup waktu! Teman saya itu gagalnya membuat tapai karena tidak sabaran. Mau segera tahu, sampai mana prosesnya, sebab baru tiga hari saja sudah ada aroma harumnya kemana-mana.
Rupanya nasi-ketan yang diintipnya itu, sangat tidak suka, dia sedang begituan, lalu kok diintip majikannya! Nasi-ketan itu rupanya sangat malu, lalu bunuh diri! Tragislah teman saya itu, sudah capek-capek buang waktu -buang enersi listrik – stroom, siasialah kerjanya!
Tapi setelah dia menyimpulkan pengalamannya ini, dia terus lagi mengadakan percobaan membuat tapai. Dan berhasil baik. Air-tapainya banyak – rasanya manis, bagaikan bereum Bali,-
Kalau sampeyan mau mengadakan percobaan membuat tapai, ingat-ingatlah pengalaman kami kenapa pernah gagal dulu itu? Agar giliran sampeyan – kalian, tidak gagal dan berhasil baik,-
———————————————————————
Holland,- 23 mei 04,-
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/3779