Pemanfaatan media wayang kulit untuk kepentingan kampanye pemilu ternyata belum nampak jelas dan nyata. Bandingkan dengan pemilu l955, banyak parpol menggelar lakon wayangnya dengan dalang yang cocok untuk itu. Saat ini, (mungkin satu-satunya) yang tampak menggunakan TVRI untuk kampanye Megawati, adalah pagelaran wayang kulit yang didalangi dalang perempuan, Kenik Asmorowati, sarjana pedalangan Solo, sebulan lalu. Lakonnya tentang heroismenya Srikandi tokoh perempuan dalam pewayangan yang energik dan pemberani dalam perang. Dari awal sampai tancep kayon (tanda berakhir) terdengar yel-yel dan gemuruh penonton meneriakkan HIDUP MBAK MEGAWATI . Yang punya gawe memang beberapa kawan dari fraksi PDIP di DPR. Sayang pagelaran wayang untuk mendukung kampanye para capres pada pemilu saat ini tak ada lagi yang muncul.
|
Maka terjadilah omong-omong antara saya dengan mas Harry Priyono yang ibunya dulu murid ayah saya di SD Tugu, Sendang Tulungagung, dan mas Harsono penggemar wayang dari Klaten. Arah omongan itu adalah menggagas capres lain untuk mempagelarkan wayang kulit. Mas Amien Rais, mas Wiranto dan mas SBY, kalau masih ada waktu, mbok ya memanfaatkan media wayang, seperti mbak Mega itulah. Malahan mas Harry yang tahu dekat riwayat hidup mas SBY mengusulkan (jika lolos pada putaran pertama nanti) agar pada putaran keduanya mas SBY menggelar lakon wayang yang pas dengan visi dan misi Partai Demokrat, yakni SEMAR MEMBANGUN KAHYANGAN.
Ceritera pokoknya: Semar prihatin sekali karena kaum kawulo alit itu selalu menjadi korban HAM-nya penguasa, terinjak dan diadu domba melulu. Maka Semar yang mewakili para roh dan korban masa lalu marah dan menuntut keadilan. Untuk itu Semar ingin menggerakkan NATION AND CHARACTER BUILDING, agar bangsa ini membersihkan dirinya dulu bebas dari rasa serakah, dan culiko (perilaku jahat), dendam dan membangun persatuan dan kesatuan nasional bangsa, membangun hari esok yang maju, adil dan makmur. Yang mampu melaksanakannya hanyalah Semar yang terkemuka di semua tingkatan dan golongan, mulai para dewa sampai rakyat jelata. Itulah hebatnya Semar meski dia itu kedudukan sehari-harinya sebagai abdi (pembantu) para ksatria Pandawa, tapi sejatinya juga seorang dewa bernama Sang Manik Maya. Ki Semar bisa memerintah Batara Guru (pemuka Dewa, semacam Zeus) dan hanya tunduk pada SANG HYANG WENANG, penguasa tertinggi Ka-dewa-an .
Gerakan pembersihan atau penyucian diri atau semacam pertobatan tentu menarik sekali, jika diwayangkan. Apalagi kalau dalangnya saudara kita Ir Sleng, seorang sarjana pertanian dan juga sarjana sosial politik, adik dalang kondang Anom Suroto. Dalang Sleng ini dekat sekali dengan mas Harry Priyono, yang keebtulan termasuk Tim Sukses SBY yang menggerakkan massa di Tulungagung.
Saya tambahkan lagi, pagelaran wayang itu semakin menarik jika didukung pesinden Nyi Sunyahni yang cantik dan Nyi Waljinah yang pernah kondang dengan Walang Kekek nya. Wah itu pas banget dan punya greget di kalangan massa Jawa. Maaf lho, ini bukan jawaisme !
Maka saya akan segera ajukan ide SEMAR MEMBANGUN KAHYANGAN ini kepada mas BUDISANTOSA, ketua Partai Demokrat, kawan saya lama yang beberapa bulan lalu sempat menengok saya di Lenteng Agung, karena mendengar saya belum dapat berjalan normal . Ya kita berdoa saja, semoga wayangnya dapat dipagelarkan.
Saya jadi ingat kalau saya ini juga cucu seorang dalang dari Blora, Ki Hardjosasmita. Mestinya dulu saya belajar jadi dalang saja ya, seperti harapan si mbah saya itu. Siapa tahu doanya manjur!
Ditulis Hardoyo, cucu Ki dalang Hardjosasmito dari Blora
Catatan Admin : Diforward dari [email protected]
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua 4517
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan link aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.