Budaya-Tionghoa.Net | Ada kebiasaan yang baik di kalangan anggota milis jalansutra, yang saya salah seorang anggotanya. Pabila seseorang pulang dari perantauan dan datang ke Indonesia – Jakarta, akan selalu dijamu makan bersama. Dan ketika hari itu ada beberapa orang datang dari Singapura danseorang dari Paris – saya,- yang diundang makan bersama. Deasy seorang aktivis dari milis jalansutra menilpun saya apakah saya sempat menghadiri perjamuan itu. Saya jawab, bisa dan siap. Kata Deasy, dia siap menjemput di Cibubur atau di suatu tempat.
|
Saya tidak mengenal seorangpun anggota milis jalansutra. Dan nanti di Gedung BNI lantai 46 itu, kami akan saling bertemu, sejumlah 18 orang. Perkara Gedung BNI 46 itu, ada sedikit salah tafsir pada diri saya. Saya kira karena
BNI itu didirikan pada tahun46 – lalu dinamakan BNI 46. Ternyata di BNI 46 itu ada di lantai 46,- jadi serba kebetulan, BNI 46 di lantai 46, lantai tertinggi.
Kami saling berkenalan satu sama lain. Orang yang “ditugaskan” selalu mendampingi saya, Deasy, juga datang beberapa menit sesudah kami berdatangan semua. Dan “jenderal-panglima jalansutranya” Pak Bondan Winarno memerlukan datang ke tengah kami. Saya sudah lama mengikuti banyak tulisan Pak Bondan yang sangat saya kagumi itu, dan baru malam itulah kami bertemu.
Sayang Pak Bondan ada keperluan lain, sehingga tak dapat lama berada di tengah kami – dan tidak sempat makan bersama kami. Padahal saya sangat ingin menyadap semua kata-katanya – banyak sekali pengetahuan boga dan nutrisi yang ingin saya timba. Pak Bondan itu bagaikan sebuah gunung – bagaikan sebuah teluk.
Adat gunung timbunan awan – adat teluk timbunan kapal,- itulah sang resi Bondan. Pengetahuannya tentang makanan – boga – perkejuan – minuman anggur – bukan main luasnya. Saya dengan tak secuilpun ragu, menyebutkan bahwa Pak Bondan itu adalah seorang Indonesia yang betul-betul gastronomic – dan mungkin juga seorang gourmandic. Ketika dia menceritakan begitu banyak rasa keju dan minuman anggur,- saya terdiam kaku – karena apa yang diceritakannya semua benar. Padahal saya yang tinggal di Perancis selama 23 tahun, pengetahuan tentang semua ini sangat sedikit dan tipis sekali. Diam-diam saya banyak menimba pengetahuan dari semua teman-teman di milis jalansutra,-
Ketika tengah makan – tengah asyik cerita dan saling bertanya-jawab, teman saya Deasy bertanya apa rencana dan program saya hari-hari mendatang ini. Dan saya balik bertanya, nah, Deasy, apa rencana dan programnya.Saya agak heran, dan sulit percaya – apakah benar si Deasy ayu ini akan mengajar di bawah jembatan. Dan jembatan Ancol lagi! Lalu saya katakan kepadanya, bahwa saya ingin melihatnya dan ikut bersamanya. Dia dengan senang hati menyetujuinya dan berjanji akan mengajak saya bersama mengajar anak-anak setingkat SD. Anak-anak dari para preman – pemulung – penjambret – pengemis dan pelacur. Saya ketika itu belum melihatnya dan belum menyaksikannya. Besok pada jam 06.00 Deasy akan menjemput saya buat sama-sama menuju bawah
jembatan Ancol dan mengajar dua kelas anak-anak SD Sekolah Darurat KARTINI,-
Jakarta,- 13 juni 04,-
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua 4211