Budaya-Tionghoa.Net| Lebih Awal Mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek Kepada Anda Semua. Negara Sedang Menghadapi Masalah, Masyarakat Tionghoa Dihimbau Untuk Tidak Berlebih-Lebihan Dalam Merayakan Tahun Baru Imlek.
Setiap kali mendekati pergantian Tahun Baru Imlek yang menjadi tradisi masyarakat Tionghoa, dimana-mana terlihat suasana penuh keriangan dan kegembiraan. Tahun Baru Imlek bukan hanya dirayakan oleh seluruh rakyat di negeri Tiongkok, namun juga dirayakan oleh semua masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia, seluruh masyarakat Tionghoa dimanapun berada akan selalu menyambut dengan penuh kegembiraan dan antusias. Dalam suasana mengantar kepergian Tahun Monyet, dan menyongsong tibanya Tahun Ayam Emas ini, di suasana serba baru ini, perkenankanlah saya memberikan ucapan Selamat Tahun Baru Imlek kepada semua pembaca dan juga rekan-rekan Tionghoa dimanapun berada.
|
Tahun Baru Imlek adalah saat berkumpul bersama keluarga, setiap warga Tionghoa pasti berusaha untuk pulang ke kampung halaman masing-masing untuk berkumpul dengan keluarga besarnya, semua bergembira ria menyongsong datangnya tahun baru; selama satu dua tahun belakangan ini, masyarakat Tionghoa di Indonesia juga selalu merayakan dengan berbagai acara seremonial yang meriah demi menyambut tahun baru. Namun apa mau dikata, Tahun Baru Imlek kali ini tak sama dengan tahun-tahun yang lalu. Masyarakat Tionghoa diperkenankan untuk merayakan hari tradisionalnya, Pemerintah telah secara tegas menetapkan Hari Raya Imlek sebagai Libur Nasional, sehingga saudara-saudara kita yang non Tionghoa-pun bisa turut merasakan kebahagiaan seperti yang kita rasakan.
Sayang keadaan sekarang tidak sama, karena negeri kita tercinta ini sedang tertimpa musibah besar, yaitu bencana Tsunami tanggal 26 Desember tahun lalu, ratusan ribu jiwa saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatera Utara menjadi korban termasuk pula dari masyarakat Tionghoa turut menjadi korban bencana, puluhan ribu jiwa kehilangan kampung halamannya, puluhan ribu jiwa pengungsi kehilangan rumah tempat tinggalnya, sampai detik ini, bencana telah berlalu sebulan lebih, kondisi di daerah bencana masih memprihatinkan.
Dalam suasana hari-hari sulit seperti sekarang ini, kita mau tertawapun tak bisa, mau menyelenggarakan acara yang meriah juga tak sesuai dengan kondisi. Oleh karena itu, kalangan masyarakat Tionghoa dan para Tokoh-Tokoh Tionghoa saling menghimbau untuk tidak merayakan Tahun Baru Imlek secara berlebih-lebihan, himbauan ini nampaknya cukup mendapat sambutan dari masyarakat Tionghoa dan mewujudkannya dalam aksi-aksi nyata.
Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh kalangan masyarakat Tionghoa ini, mendapat dukungan dan pujian dari khalayak luas, ini adalah perwujudan kesadaran dari masyarakat Tionghoa. Bersamaan dengan itu, kalangan masyarakat Tionghoa menghadapi bencana ini, telah menunjukkan rasa persatuannya dan solidaritasnya yang tertinggi, di seluruh penjuru Nusantara dibuka gerakan peduli kemanusiaan, semua bergandengan tangan saling membantu, dengan antusias menyumbangkan dana maupun material kepada para korban bencana, ini sesuai dengan pepatah luhur dari kebijaksanaan Tionghoa “Di satu penjuru terjadi bencana, di delapan penjuru datang bantuan”.
Semua gerakan kemanusiaan ini, dapat disaksikan oleh siapapun, seluruh masyarakat Tionghoa bersatu padu dalam gerakan sosial yang dalam sejarah belum pernah terjadi sebelumnya, segenap masyarakat Tionghoa secara serentak melakukan aksi kemanusiaan sungguh menggugah hati rakyat banyak, ini semua perwujudan dari kebijaksanaan luhur
masyarakat Tionghoa, setiap orang Tionghoa pasti merasakan kebanggaan yang sama.
Namun, yang patut disayangkan, masih ada segelintir orang yang hati nuraninya belum terketuk, tidak mau terlibat dalam gerakan peduli kemanusiaan. Masih ada segelintir lagi, di tengah-tengah suasana duka seluruh negeri masih ada yang menyelenggarakan kegiatan yang berlebih-lebihan, menghambur-hamburkan biaya dan terkesan sia-sia, sama sekali tak nampak unsur kepedulian terhadap ratusan ribu rakyat Aceh yang tengah meratap, yang tengah didera kelaparan, yang masih berjuang untuk mempertahankan hidupnya !
Namun mayoritas masyarakat Tionghoa amat menyadari, di saat negara sedang dilanda kesulitan seperti sekarang, kita harus lebih menundukkan kepala, tak seharusnya ditengah-tengah ratapan dan tangisan ratusan ribu rakyat justru menggelar kegiatan yang berlebih-lebihan. Tahun Baru Imlek tetap kita sambut, Tahun Baru Imlek tetap boleh kita rayakan, namun secara sederhana saja, tak perlu menggelar acara-acara gemerlap dan meriah, tahun ini tak perlu
menggelar tari Barongsai dan Liong yang sampai turun ke jalan-jalan dan gang-gang; kalau bisa sembari merayakan sekaligus menggalang dana kemanusiaan, itu jauh lebih baik, amal pahala anda tak ternilai.
Kita harus menginsyafi, negara lagi mengalami kesulitan, kondisi masyarakat Tionghoa sendiri belum sepenuhnya menggembirakan, kita tak perlu ditengah-tengah kesulitan negara, justru menggelar kegiatan yang bermewah-mewah dan menusuk perasaan saudara-saudara kita yang lagi ditimpa kemalangan, kita tak patut ditengah penderitaan orang lain
lantas secara egois mencari kesenangan pribadi. Masyarakat Tianghoa harus menjalani hari-hari yang damai dan tenteram dalam kehidupannya, dari sisi ini kita harus lebih menaruh kepedulian lagi, menurut pendapat saya: kita tak hanya harus “Tetap Siaga Di Kala Kondisi Aman Tenteram”, bahkan lebih dari itu harus sekuat kemampuan kita, membantu rakyat kebanyakan yang hidupnya jauh lebih menderita dari kita.
Kita semua tiap saat harus berhati-hati dengan segala ucapan dan tingkah laku kita, melakukan kegiatan apapun harus lebih mendahulukan kepentingan umum, jangan gara-gara kegembiraan sesaat, melakukan kegiatan yang tak seharusnya, sehingga membawa akibat yang tidak menguntungkan bagi masyarakat banyak. Di saat ayam emas berkokok menyambut Tahun Baru Imlek ini, saya mendahului mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada anda semua ! Semoga Imlek Mendatangkan Keberuntungan ! Semua Urusan Berjalan Sukses Sesuai Harapan ! Seluruh Keluarga Memperoleh Kebahagiaan !
Xiao Shen (Jakarta, Februari 2005) Dikutip dan diterjemahkan dari Harian Qiandao Ribao terbitan Surabaya edisi 5 Februari 2005. Diterjemahkan oleh Xiaolongni untuk Mailing-List Budaya Tionghua
Xiaolongni
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa