Budaya-Tionghoa.Net | Pada tahun 1960-an dulu terbit serial cersil “Thian San Tjit Kiam” (“Tujuh Pedang dari Gunung Thian”). Gunung Thian atau Mahameru adalah gunung tertinggi di Daratan China, hingga disebut Gunung Langit, yang terletak di Provinsi Sinkiang.
|
Pada tahun 1960-an dulu terbit serial cersil “Thian San Tjit Kiam” (“Tujuh Pedang dari Gunung Thian”). Gunung Thian atau Mahameru adalah gunung tertinggi di Daratan China, hingga disebut Gunung Langit, yang terletak di Provinsi Sinkiang.
Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gan KL dari Semarang. Cersil tersebut mendapat sambutan luar biasa, melebihi prequelnya, serial “Tjauw Guan Eng Hiong” (“Pendekar dari Padang Rumput”), yang bukunya diterjemahkan oleh OKT dari Jakarta. Aslinya merupakan karya Liang Yu-shen (baca: Liang Ie-shen), sastrawan cerita silat yang diakui lebih berbobot sastra (dalam bahasa Mandarin) tulisan-tulisannya ketimbang karya Chin Yung (Louis Cha) yang lebih ngepop.
Ironisnya, sekarang setelah para penterjemahnya di Indonesia (Oey Kim Tiang dan Gan Kok Liang) sudah wafat semua, justru Liang dalam usia uzur masih bugar (beliau kini menetap di Australia) sehat wal-afiat menikmati kekayaan dari royalty karya-karyanya yang dialihkan ke serial televisi dan film bioskop. Antaranya yang paling masyhur adalah film dwilogi “The Bride with White Hair” (dari cersil “Giok Lo Sat” dan “Pek Hoat Mo Lie“) yang dibintangi pasangan Brigitte Lin Ching-shia dan Leslie Cheung.
Nah, cersil “Thian San Tjit Kiam” tersebut baru saja dialihkan menjadi film bioskop oleh sineas handal Hong Kong kelahiran Vietnam, Tsui Hark, dengan judul SEVEN SWORDS. Antara karya-karya Tsui sebelumnya adalah pancalogi “Once Upon a Time in China” (yang mengangkat nama Jet Li sebagai Huang Fei-hung), trilogi “A Chinese Ghost Story”, dan “The Lover” (“San Pek-Eng Tay”).
Dibintangi oleh barisan bintang papan atas Mandarin seperti Leon Lai sebagai Yang Yunchong (dalam dialek Hokkian yang digunakan di cersil menjadi Nyo Hun-chong), Donnie Yen, Charlie Yeung, Liu Chia-liang, Ma Jing-wu, Lu Yi, dan banyak lagi lainnya.
Film silat yang diramalkan bakal menggemparkan ini, digala-premierekan di Hong Kong pada tanggal 29 Juli 2005. Beruntung di Indonesia bisa cepat tayang, yakni mulai tanggal 4 Agustus 2005, khususnya di sejumlah bioskop pilihan di Jakarta.
Bagi yang belum sempat membaca novelnya, sekarang sudah dicetak ulang dan bisa dibeli di semua toko buku Gramedia atau toko buku yang lengkap dengan harga Rp 145.000,-. Diharapkan hadirnya film tersebut mendapatkan sambutan dari para penggemar cersil dan kebangkitan kembali film silat (yang pernah berjaya pada era 1970-1980-an) setelah sekian lama tiada film silat lagi.
Salam
Budaya-Tionghoa.Net | Indonesian Chinese Cultural Study Group