Budaya-Tionghoa.Net | Dibalik berita, dan hiruk pikuk-nya kabar tentang kemajuan Tiongkok yang menakjubkan, ada berita dibelakang berita, yakni segi kemanusiaan yang sepertinya di-korbankan atau terlupakan dalam proses untuk kemajuan itu sendiri. Tidak ada berita dunia, khususnya apabila terkait dengan kemajuan, tidak ada satu berita-pun yang tidak menyebut kemajuan Tiongkok, se-tidak2nya dalam bidang ekonomi. Dikatakan bahwa dalam sejarah manusia baru kali ini ada suatu negara yang membuat kemajuan yang demikian menakjubkan. Tapi….kemajuan itu…….. at what cost? Terutama bagi peserta yang dominant yang membuat bergulirnya kemajuan itu sendiri. Siapa peserta yang ber-jasa besar, tapi dengan pengorbanan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata2?
|
Baru kemarin malam aku sempat menekuni lebih dalam setelah selesai melihat apa yang di tayangkan oleh stasiun SBS yang memutar sebuah film dokumenter BBC yang menceritakan kemajuan Tiongkok, sekalian juga mengulas tentang penderitaan rakyat kecil dalam proses kemajuan Tiongkok. Film dokumenter SBS+BBC Cutting Edge dengan judul “China Blue” mengisahkan seorang gadis cilik berumur 16 tahun yang pergi meninggalkan desa untuk bekerja di pabrik textil yang membuat jeans. Dari desa, gadis cilik ini yang terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah SMP dan pergi ke Guangjo bertujuan menopang /membantu orang tuanya yang sudah senen kamis menghidupi keluarganya. Di desa orang tua gadis cilik ini yang dalam cerita ini gadis bernama Xixian, per bulan ortunya hanya bisa mengumpulkan pendapatan atas hasil kerja menggarap tanah tidak lebih dari 200 Yuan…itu kira2 A$ 33,-
Terpaksalah Xixian meninggalkan orang tua, meninggalkan bangku sekolah untuk kerja menopang orang tuanya di desa. Kejadian, kasus seperti ini di-alami oleh jutaan rakyat kecil yang ber-transmigrasi menuju ke kota-kota besar di pesisir timur Tiongkok. Tidaklah salah apabila kejadian, migrasi jumlah manusia sebesar ini , di Tiongkok adalah satu-satunya kejadian yang bisa di runut dalam sejarah manusia. Ratusan juta manusia ber-gerak meninggalkan tempat satu ke tempat lain.
Kemudian dokumenter ini men-tayangkan bagaimana mereka, anak-anak belia ini hidup dalam asrama yang disediakan oleh perusahaan. Dikatakan bahwa pemondokan dan makan di tanggung oleh perusahaan. Tapi apabila kita tinjau dari upah, wages yang para buruh perusahaan ini terima per-bulan…..bisa di bilang “peanut”. Tidak saja kita bicara memperbandingkan wages ini dengan misalnya wages di Australia sini, tapi buat ukuran Tiongkok dan kelayakan hidup wages ini adalah wages yang serba ……..tidak manusiawi.
Makanan yang disuguhkan oleh perusahaan ini sangat sederhana dan hanya terdiri dari se-umpruk nasi plus sayur2an. Sudah jelas ini adalah makanan yang tidak ber-gizi. Yang sangat membuatku gundah gulana adalah selain tidak adanya ruang makan untuk para buruh, juga tempat untuk melepaskan lelah alias tidur, terdiri dari kamar sebesar 8X4 di huni leh 10 gadis. Kamar di petak2 dengan kain penyekat. Dan yang lebih menyedihkan yalah selain tidur juga makan harus di laksanakan dalam kamar tidur ber-sama2. Belum lagi melihat w.c dan km mandi yang penuh dengan lumut.
Yang lebih meng-gelisahkan tapi tidak diberitakan ,apakah mereka mendapatkan heating yang memadai apabila musim dingin tiba?
Kemudian di tempat kerja. Selain berjubel para buruh ini bekerja tanpa berhenti, bahkan hanya 2 kali mereka boleh pergi meninggalkan pekerjaan untuk kencing atau buang air besar. Mereka kerja seperti regimented….seperti hidup dengan disiplin militer. Mereka kerja 12 jam sehari, apabila ada overtime mereka tidak mendapat bayaran tambahan. Jangan bicara soal mau demo atau mengajukan keluhan, boro-boro di tanggapi oleh pemilik perusahaan, bisa-bisa buruh yang petingkah ini segera bisa dicopot. Untuk mengisi lowongan masih ada ber-juta-juta buruh yang bisa di-exploitasi, menggantikan buruh yang ber-tingkah. Juga menurut UU di Tiongkok, ber-demo untuk memperjoangkan perbaikan nasib buruh adalah…..tabu!
Sekarang kita menginjak ke kalkulasi apa-apa yang diproduksi di situ di pabrik jeans ini. Di-hitung-hitung jeans-jeans yang siap pakai itu di kalkulasi hanya menelan kapital ditambah kerja buruh yang hanya ber-nilai 95 cent Australia. Bisa dibayangkan selain si taokeh juga para importir jeans ini di segala penjuru dunia mendapatkan keuntungan, bisa anda kalkulasi dengan pengalaman anda membeli jeans made in China di tempat anda di Luar Negri . Aku beli jeans semacam ini antara $40-$60.
Disinilah aku sampai ke topik diatas , yakni Tiongkok mengalami dilemma kemanusiaan…di belakang kemajuan ekonomi-nya. Disatu pihak kejadian proses semacam ini adalah suatu bentuk slavery, perbudakan dan pelecehan atas nilai2 kehidupan manusia yang manusiawi. Dikatakan dilemma juga bisa di lihat dari pihak pemerintah Tiongkok. Apabila Tiongkok memperbolehkan demo dan amuk-amukan para buruh yang kerja seperti budak belian ini, maka ekonomi akan kolaps dan negara akan terpuruk. Sistim kapitalis yang sementara ini di berlakukan oleh para industriawan Tiongkok dan ditopang oleh pemerintah tidak akan bisa ber-operasi lagi apabila buruh bisa mengadakan misalnya mogok masal. Mogok masal akan mengakibatkan stagnasi dalam segala bidang,berakibat negatip bagi buruh itu sendiri. Jadi ini adalah suatu dilemma….suatu dilemma bagi semua pihak yang tersangkut dalam proses aktipitas ekonomi di Tiongkok.
Sepertinya Tiongkok masa dini masih menjalani suatu revolusi. Setidaknya apabila kita meninjau anak-anak kecil , muda dan belia yang harus ikut menunjang ekonomi. Padahal seperti Industrial Revolution di negara barat terutama asal muasal di Inggris itu terjadi di abad akhir ke 19.
Di Inggris waktu itu perombakan terjadi dalam Revolusi Industri ini dengan di temukannya mesin uap. Pekerjaan tangan industri yang labour intensive di ganti atau dirombak dengan memberdayakan mesin. Disinilah mulai mencuat adanya child labour. Apabila anda sempat menyimak selain ini adalah kejadian sejarah dengan penemuan mesin uap kemudian mesin yang ditenagai listrik, per-industrian ini kemudian meluas ke seluruh dunia. Aspek negatif dari Revolusi Industri terutama dengan pengorbanan anak-anak yang harus kerja di pabrik-pabrik bisa anda temui, se-tidak-nya apabila anda sempat menyimak cerita Oliver Twist, karangan Charles Dickens. Disitu digambarkan bocah-bocah yang dijadikan budak belian dalam proses perindustrian yang ber-nuansa kapitalistis.
[Foto Ilustrasi “Oliver Twist” : telegraph.co.uk]
Sebagai tambahan, apabila negara Barat, mula-mula Inggris sempat meluaskan proses perindustrian, negara-negara barat kemudian meluaskan ekspansinya dengan kolonisasi ke segala penjuru dunia. Sebaliknya nilai positipnya Tiongkok ,Tiongkok tidak melakukan ekspansi perebutan tanah untuk dijadikan jajahannya. Apakah Tiongkok melakukan penjajahan secara tidak langsung dengan jalan ekspansi ekonomi-nya? Suatu pertanyaan yang menggeletik karena dengan adanya globalisasi, siapa yang kuat bersaing dalam pasaran bebas dunia dia akan menjadi pemenangnya. Kelihatannya Tiongkok akan jadi pemenang dalam…adu…survival of the fittest ini setidaknya dalam dunia ekonomi pasaran dunia.
Sekarang yang tertinggal adalah pertanyaan…apakah Tiongkok perlu menempuh jalan ala Revolusi Industri akhir abad ke 19 dengan memeras dan mempekerjakan anak-anak sebagai child labour? Apakah ada justifikasinya dalam memajukan ekonomi dengan cara……….what it takes…..semacam cara Machiaveli-ism yakni …tujuan akhir meng-halal-kan segala cara?
Juga suatu dilemma bagi perseorangan kiranya, seperti aku sendiri.
Sekarang aku memikirkan apa yang aku beli, made in China, dibelakang wujud barang itu terserat didalamnya suatu penderitaan yang tidak adil karena buruh dan anak kecil dikorbankan demi produksi barang konsumsi, tanpa imbalan yang adil bagi kelangsungan hidup para buruh yang memadai dengan hasil keringat mereka…para buruh. Sebagai tambahan, baru saja ada berita bahwa juga dibidang R&D Tiongkok sudah memperkerjakan tehnisi sebanyak 926.000 orang. Hanya USA yang masih bisa mengungguli dengan tehnisi sebanyak 1.3 juta orang.
Di tahun 1995 Tiongkok memberdayakan buat R&D-nya sebanyak 0.6% dari GDP-nya, di tahun 2004 melonjak jadi 1,2% dari GDP. Tiongkok saat ini adalah negara kedua dalam artian mengeluarkan dana buat R&D, sebanyak US$138, billion, Jepang US$130, billion.
Negara-negara Uni Eropa digabungkan menjadi satu masih dibawah Tiongkok penyediaan dana buat R&D ini. Jadi Tiongkok ini tidak kepalang tanggung kemajuannya…..leaps and bounds. Apakah teknisi Tiongkok ini juga menerima ….wages peanut ketimbang para teknisi US misalnya, aku kira ini juga menjalani proses sama seperti industri manufaktur Tiongkok……suatu dilemma kemanusian…bagi buruh dan bagi negara Tiongkok. Mudah-mudahan untuk masa depan segi kemanusiaan bisa di perbaiki…. opsi bagi pemerintah Tiongkok bisa mereka cari untuk kebaikan bersama, tanpa perbaikan dalam dilemma kemanusiaan dalam kaitannya dengan kemajuan….Tiongkok akan dilanda prahara, prahara akan menimpa kita semua.
Harry Adinegara , 22272
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua