Budaya-Tionghoa.Net | Milist Budaya Tionghoa bersama Yayasan Tepa Salira dan MAKIN Jakarta Barat mengadakan seminar Yijing pada tanggal 13 maret jam 20:00 di Jembatan Gambang II no.77. Pembicara adalah mr.Tan Kee Sang , dari Malaysia. Beliau adalah ketua The International Organization of I-Ching , sekretaris The International Organization of Confuciusm dan masih banyak jabatan diberbagai organisasi yang meneliti ajaran Kong Zi.
|
Yang bikin kaget, peserta seminar kecil Yijing ini dihadiri dari berbagai penjuru kota di Indonesia, ada yang dari Semarang, Adiwerna Tegal, Bangka, Bandung. Seminar ini dibawakan dalam bahasa Mandarin dengan 3 penterjemah yang bergantian. Sebenarnya sih mau minta sesepuh milist jadi penterjemah buat mendampingi bung Erik dan bp.Budi Tamtomo, tapi ditolak karena lelah barangkali.
Saya mencoba menuliskan lagi mengenai Yijing dan nilai-nilai filsafatnya yang dipaparkan oleh mr.Tan, dengan beberapa tambahan. Semoga kawan2 tidak keberatan kalau saya nambahin disini apa yang saya ketahui, dengar, belajar. Nikmatnya mempelajari Yijing adalah kebebasan berpikir dengan melepaskan dari “bentuk” tulisan atau bahasa, kita harus melakukan kontemplasi
atau perenungan terhadap “simbol” yang harus kita lepaskan dari pengaruh bahasa dan pikran kita sendiri. Ini yang membedakan dengan filsafat lain yang terikat dengan bahasa, filsafat Yijing adalah filsafat “simbol”, dengan mempelajari “simbol” kita bisa mengerti lebih jauh.
Berdasarkan sistem pengajaran filsafat Tiongkok, yang saya tahu ada 3 jenis cara penyampaian filsafat. Banyak guru-guru yang mengajar memakai simbol dan oral. Dengan “simbol” seperti simbol Taiji, tulisan dan oral. Simbol sendiri terbagi beberapa lagi, banyak ritual memiliki nilai
filsafat karena simbol sebagai nilai filsafat dimasukan kedalam ritual. Sikap hormat Taoist, pesilat, Ruist, rakyat kebanyakan juga memiliki nilai filsafat.
Kita mulai dahulu dengan asal-usul Yijing. Mitos mengatakan bahwa Yijing dibuat oleh kaisar Fuxi, tapi sesungguhnya tidak diketahui siapa pembuat Yijing, hanya saja diperkirakan umurnya sudah
setua peradaban Tiongkok. Saya beranggapan guru Chen tahu akan hal ini jadi ia tidak mengatakan bahwa Yijing adalah karangan Fuxi sepanjang seminar tersebut.
Zhou Wenwang diperkirakan mengkompilasi banyak hal yang berkaitan dengan Yijing termasuk sistem 5 unsur. Menurut perkiraan 5 unsur ini adalah pemikiran Ji Zi 箕子, tapi belum seperti sekarang ini. Jaman purba yg disebut 5 arah tidak menyebut logam, baru pada dinasti Shang ada logam.
Lima unsur itu salah. Bukan lima unsur melainkan lima pergerakan atau lima hubungan, “unsur” dalam pergerakan itu tidak bisa berdiri sendiri tapi berkaitan. Tapi biar yang lain tidak pusing karenanya maka saya tetap gunakan istilah 5 unsur. Chen laoshi pakai istilah wuhang, bukan wuxing. Tulisan memang sama tapi bisa dibaca lain.
Kelebihan kitab Yijing adalah, masing-masing yang belajar bisa memiliki pemikiran sendiri. Dinasti Qing pernah mensensus, sejak kitab Yijing keluar hingga dinasti Qing, ada 3000 lebih buku penafsiran Yijing.
Mereka yang mempelajari Yijing bisa menulis 1 buku. Jaman sekarang pasti lebih banyak lagi buku2 yg menulis tentang Yijing. Guru Chen mengatakan jangan dibaca, tapi lihat gua/kwa.
Bagi yang hendak belajar Yijing, bagian yang tersulit adalah harus melepaskan keterikatan dengan bahasa, lihat gambarnya atau “bentuk” dan renungkan. Bukan dengan membaca bisa dianggap mengerti. Guru Chen mencoba mengajak para peserta seminar melepaskan diri dari ikatan “bahasa”. Mereka yang terjebak dalam “bahasa tulisan” selamanya tidak akan bisa memahami Yijing.
Pada jaman Kongzi hidup ada 3 buku yang berbeda mengenai Yijing dan yang tersisa hanya satu , yaitu hasil rangkuman Kongzi. Kongzi adalah pakar Yijing yang luar biasa dan untuk memudahkan bagi generasi selanjutnya mempelajari Yijing, Kongzi membagi dua bagian kitab
Yijing. Bagian pertama membahas masalah alam semesta, bagian dua adalah manusia dengan sekitarnya.
Sekitar tahun 80an, arkeologi Tiongkok menemukan kuburan pejabat yang kira2 dikubur 50 tahun setelah Kongzi meninggal. Kuburan itu ada gulungan sutra kitab Yijing yang berbeda dengan kitab Yijing yg kita kenal sekarang ini. Pemerintah Tiongkok dengan teknologi modern mencoba membuka lembaran sutra dan mengcopynya tapi sampai sekarang belum beres.
Kita perlu tahu apa Yijing. Yijing sebenarnya adalah pandangan atau filsafat org Tionghoa
terhadap alam semesta dan segala isinya, jadi bukan ilmu peramalan, termasuk Meihua yishu dan pedoman buat yg belajar Meihua yishu, namanya Waiying bian 外應篇.
Konsep Yijing ini berpengaruh bukan cuma ilmu ramal saja tapi pengobatan, metaphysic yg termasuk ciswak, bikin hu , pernafasan, kesehatan, masakan dan lainnya. Termasuk juga “penciptaan” menurut versi Tiongkok.
Yijing bukan cerita mitos penciptaan seperti di kebudayaan lain. Ini uniknya filsafat Tiongkok.
Tapi tetap ada cerita2 mitos yang beredar dikalangan jelata, tapi para cendekiawan tidak menjadikan mitos itu patokan atau acuan mereka dalam melihat alam semesta.
Bagi yang hendak belajar Yijing harus mengetahui hukum alam semesta, yaitu segala sesuatu yang berada di alam semesta bergerak atau berubah, dan satu-satunya yang tidak berubah
adalah perubahan. Itulah arti Yi �” yaitu perubahan. Selama ada pergerakan pasti ada perubahan.
Hukum ini digambarkan dengan gambar Taiji . Sebelum Taiji ada wuji / taixu dan sebelum taixu ada taiyi . Dan selanjutnya diatasnya yang tiada berhenti yang artinya tidak ada permulaan, bagaikan lingkaran yang tidak terputus.
Simbol Taiji harus dilihat dalam bentuk 3 dimensi bukan 2 dimensi. Didalam gambar taiji ada garis melengkung seperti ikan, Yin Yang sejajar tidak berat sebelah, tidak tinggi sebelah. Dalam Yin ada Yang dalam Yang ada Yin.
Yin dan Yang tidak bisa berdiri sendiri tapi saling melengkapi.。Hanya yin sendiri tidak bisa menghasilkan / melahirkan. Yang sendirian tidak bisa berkembang. Gambar Taiji ini, semua yang buruk ada nilai positif, semua yg baik ada nilai negatifnya.
Simbol ini melambangkan pemikiran org Tionghoa, dalam kesulitan pasti ada secercah harapan, dibalik kejayaan ada musibah tersembunyi. Ketika Yang memuncak, maka Yin lahir, juga sebaliknya. Matahari, bulan dll bisa kita sebut xiang / bentuk 。 Yin Yang / liang yi adalah xiang / bentuk yang awal. Ciri khas “simbol” 64 gua / kwa Yijing, digambarkan dari bawah. Garis putus
– – yin yao dan garis utuh — yang yao.
Versi Notulensi : 1 , 2 , 3 Lihat artikel terkait
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa