Photo Ilustrasi : Red Palace Tibet , by Jee Go
Budaya-Tionghoa.Net | Kawan,kawan yang budiman, Silahkan saya ikut nimbrung polemik yang sejak kira-kira seminggu lamanya dan reaksi yang banyak sekali, apabila ada sebagian tulisan atau kata-kata yang saya tulis tidak cocok dengan pendapat anda mohon di maafkan.
Seperti kita mengtahui sejarah itu dapat ditulis dalam banyak versi, tergantung dari pandangan politik penulisnya. Seperti halnya saya pernah melihat Peta bumi buatan Australia, dimana negara Australia terletak di pertengahan, seolah-seolah Australia adalah centrum dari dunia. Demikian pula dengan Tiongkok yang mengatakan negaranya ialah negara di centrum dari dunia.
|
Barat menginginkan Tiongkok seperti Eropa Timur yang terpecah-pecah menjadi negara kecil |
Disini saya akan mengatakan bahwa kita harus waspada tujuan beberapa negara Barat yang menganggap Tiongkok sebagai satu raksasa baik dalam hal manusia
maupun dalam hal luas tanah. Mereka mengingankan Tiongkok seperti halnya negara-negara Eropa Timur dipecah-pecah menjadi kecil-kecil, seperti misalnya negara ex-Jugoslavia, Checkoslvakia dan Russia. Dalam hal ini adalah kontribusi dari presiden Putin yang menyetop negara-negara bagian menyatakan kemerdekaannya.
Dalam sejarah sesudah Perang Dunia II, baru merdeka British-Indian yang besar dipecah menjadi tiga Negara yaitu India, Pakistan dan Bangladesh, meskipun berita yang keluar adalah sebagai alesannya ialah perbedahan agama. Demikian pula mereka akan gembira kalau RRT juga menjadi Negara yang mengecil!
Menurut pandangan saya Tibet sedari jaman kuno adalah bagian integral dari Tiongkok, dimana pemerintah pusat Tiongkok (Yuan, Dang dan Qing) memerintah Tibet dengan efektif, pengangkatan dalai Lama, panchen lama, mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat Tiongkok. Sebagai contoh mengapa RRT tidak mengklaim Bhutan? Ini karena sejarahnya Bhutan bukan seperti Tibet adalah daerah bagian China. Contoh perkawinan itu bukan menentukan, daerah Tibet adalah bagian syah dari Tiongkok.
Pada masa terachir dari Qing dinasti, dimana Tiongkok menjadi lemah, karena penindasan dari Imperialisme delapan negara, terutama dipimpin oleh Inggris, Perancis USA dan Jepang, (dengan puncaknya perang Candu) pemerintah tidak mempunyai wewenang dan kekuasahan di Tibet, dimana orang-orang Inggris dan India masuk keluar ke Tibet untuk berdagang secara bebas, karena Gun power Inggris yang kuat. Bahkan garis perbatasan antara India dan Chinese region (perkataan dulu) dipaksakan behitu saja oleh wakil Inggris Mac Mahon, beken dengan nama garis batas Mac Mahon. Yang disengketakan antara RRT dan India, sampai terjada clash militer.
Inilah akibat kalau negara tidak kuat bahkan seperti Tiongkok yang dulu dikatakan “The sickman“, oleh Stalin yang notabene katanya pro Tiongkok sebagian Mongolia di merdekakan dan menjadi Mongolia Luar. Dan kemerdekaan ini saya rasa sampai kira-kira sepuluh tahun yang lalu Republik of China baru di Taiwan baru mengakui kemerdekaan Mongolia luar! Tiongkok kehilangan satu bagian negara Tiongkok yang besar.
Betul ingatan saya bahwa Dalai Lama mendeklarasikan kemerdekaan unilateral pada masa soaknya Tiongkok, tetapi kemerdekaan ini tidak diakui baik oleh kerajaan Qing maupun oleh negara Republik of China yang baru berdiri.
Karena adanya pro dan kontra bukan saja dalam hal Tibet, tetapi juga dalam Perang Irak, etc. maka susah untuk mencari “kebenaran” Maka pertanyaan saya karena persoalan Tibet dipengaruhi oleh pandangan politik sesorang. Perlukah diskusi ini berlarut-larut, padahal masih banyak topik-topik yang interesan: seperti bagaimana menyelesaikan banjir yang tambah tahun tambah hebat, dan mempengaruhi perkembangan ekonomi Indonesia, kenaikan bahan-bahan pokok etc.
apakah diskusi ini masih perlu diteruskan ? Ini adalah on the spot dimana kebanyakan anggota-anggota milis tinggal, dan Tibet adalah negara yang jauh dari rumah kita. Negara-negara internasional dan PBB mengakui bahwa Tibet adalah wilayah syah RRT!
Silahkan anda membaca sendiri artkel yang singkat ini yang saya ambil dari Google..
During the Yuan Dynasty (1271-1368), the Central Government set up the Xuanzhen Yuan to take in charge of the Buddhist affairs in the whole country and the military and administrative affairs of the Tibetan region. It exercised effective rule over Tibet by conducting census, setting up post stations, collecting taxes, stationing troops, appointing officials, and introducing the Yuan Dynasty criminal law, astronomy and calendaring to Tibet. During the Qing Dynasty (644-1911), the 5th Dalai Lama and the 5th Panchen Erdeni of the Gelug Sect of Tibetan Buddhism all received honorific titles from Emperor Shunzhi and Emperor Kangxi. From then on, the Dalai Lama and the Panchen Erdeni of the future generations all got the honorific titles and established their political and religious leadership in Tibet.
And it becomes a historical precedence for the Dalai Lama and the Panchen Erdeni to receive honorific titles during the Republic of China (1912-1949).
Salam yang hangat,
Dr. Han Hwie-Song
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Tionghoa Bersatu