Budaya-Tionghoa.Net | Saat ini kita simak di media massa, sedang terjadi konflik personal antara Kwik Kian Gie yg menuduh Laksamana Sukardi mantan Menneg BUMN di acara Today Dialogue Metro TV, yang dibalas Laksamana dengan mengerahkan 70 orangnya mengepung rumah Kwik.
|
Hal yang diprotest Kwik ini, yaitu penjualan usaha strategis ke pihak
asing, juga terjadi di RRT saat ini. Di bawah ini adalah fakta nyata yang dikeluhkan anggota PKT terhadap kondisi nyata perekonomian Tiongkok. Narasi di bawah adalah komplain seorang anggota komite partai, yang kemudian akhirnya karena dianggap telalu mbalelo lalu di bui oleh pemerintah RRC.
“Dalam proses peningkatan perdagangan luar negeri dan penanaman modal asing di negara kita ini, ada masalah serius, yaitu terlalu bersandarnya kita pada perdagangan luar negeri, konsumsi dalam negeri yang tidak cukup, terlalu bersandar pada teknologi asing dan kurangnya kemampuan untuk mengembangkan teknologi Tiongkok sendiri”.
“Pada tahun 2005, ketergantungan perdagangan luar negeri Tiongkok diperkirakan 64%, yang berarti jauh lebih tinggi dari ketergantungan perdagangan Amerika Serikat dan Jepang yang cuma 18%-20%. Pada tahun yang sama konsumsi dalam negeri Tiongkok hanya 52% dari PNB. (Jika tidak memasukkan konsumsi yang dilakukan Negara, maka konsumsi keluarga hanya 38% dari PNB).
Rasio ini sangat jauh lebih rendah dari rasio tahun 1980. Pada tahun 1980 keseluruhan konsumsi dalam negeri
adalah 65.5% dari PNB (konsumsi keluarga 50.8%). Ini menunjukan bahwa bagian kue PNB yang masuk ke dalam konsumsi keluarga mengecil.”
“Kalau kita membandingkan angka ini secara internasional dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, maka Tiongkok lebih rendah dari angka rata-rata yang mencapai 72% (konsumsi keluarga 58%).
Angka konsumsi keluarga yang rendah dari PNB dengan jelas merupakan indikasi adanya kesenjangan yang sangat besar antara orang kaya dan orang miskin di Tiongkok, dan juga masalah kekurangan perlindungan sosial yang sangat serius.”
“Ketergantungan Tiongkok pada teknologi asing adalah 50%, sementara di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, ketergantungannya hanya 5%. Politik “menukar pasar dengan teknologi” tidak membawa hasil yang diharapkan. Keuntungan ekspor yang luar biasa besarnya, sebagian besar untuk multinasional asing. Gaji buruh Tiongkok hanya seperempatpuluh dari gaji buruh di Amerika Serikat, tetapi Tiongkok ditinggali masalah serius dalam pencemaran lingkungan, kekurangan sumber daya dan penyakit profesi (yang disebabkan oleh pekerjaan) yang diderita oleh buruh buruh di Tiongkok.”
“Baru-baru ini modal asing telah meluas dan melampaui joint-ventures, dan perusahaan asing membeli perusahaan nasional Tiongkok yang memiliki potensi perkembangan terbaik. Modal asing bahkan sudah siap untuk membeli perusahaan-perusahaan terbaik di berbagai macam industri. Menurut sebuah laporan dari Pusat Studi Dewan Nasional, modal asing telah mendapatkan kontrol atas lima perusahaan terbaik di hampir semua industri. Lagi pula, di antara 28 industri besar, mayoritas aset dalam 21 industri sudah dikontrol oleh modal asing.”
“Dalam proses masuknya modal asing ke industri nasional Tiongkok, terjadi banyak kasus korupsi yang “saling menguntungkan bagi modal asing dan pejabat Pemerintah”. Dalam sepuluh tahun terakhir ini 500.000 kasus korupsi telah diselidiki dan 64% dari kasus-kasus itu berhubungan dengan perdagangan internasional, usaha asing dan penjualan perusahaan strategis.” (Investigation Daily, 2 Januari, 2007).
*****
Modal asing yang membeli perusahaan perusahaan di Tiongkok ini adalah capitalist without borders yang selama ini kita sebut sebagai One World Government, The Shadow Government. Bagi yang sudah mendalami jurus jurus shadow yang ditulis Arwah Perwira Alengka, akan jelas terlihat, One World bukanlah Amerika sebagai suatu negara maupun bangsa, sebab dalam permainan economic warfare ini, rakyat Amerika justru juga menjadi korban. Jadi jangan apriori kepada USA, sekali lagi jangan apriori kepada USA sebagai negara ataupun bangsa, sebab sebagian besar rakyat nya tidak mengerti ini. Jika para pimpinannya adalah antek nya One World, itu yaa.
Bagi kaum awam, selama ini telah ditanamkan opini, seolah oleh perusahaan China membeli asset asset di Amerika, sementara data sebenarnya yang terjadi, adalah juga, BUMN BUMN dan industri strategis di Tiongkok pada di beli oleh kapitalist without borders ini. Jadi suatu hal yang sangat kontras sekali.
Dalam menghadapi kebingungan inilah, munculnya buku “Huo bi zhan zheng”, atawa “Currency Wars” nya Song Hong Bing, yang coba menjelaskan tentang masyarakayat rahasia yang mengontrol dunia , seolah setitik pelita ditengah kegelapan malam yang mencekam. Padahal jurus jurus di buku itu tidak ada setengahnya Im Yang Cinkeng nya gubahan Arwah Perwira Alengka.
Tidak ada sedikitpun maksud penulis untuk mengurangi keberhasilan RRT dalam membangun negaranya. Tetapi perlu di ingat, mengingat begitu besarnya permasalahan yang di hadapi RRT saat ini, maka rasanya belum saat nya lah para huakiau dan kiauseng di Indonesia, bereuphoria kebablasan, mengharapkan belai kasih sayang dari sang ibu tiri, apalagi sampai berpikir ngeres untuk berselingkuh politik dengan mama Main Land, seraya melupakan ibu
pertiwi yang sedang rona ini.
Thangoubheng , 33146
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua