Budaya-Tionghoa.Net | Sima Yan mempersatukan Tiongkok kembali dan mendirikan Dinasti Jin. Namun pada tahun 317 M, mereka terpaksa melarikan diri ke selatan oleh karena serangan suku bangsa barbar dari utara. Dengan didukung oleh orang-orang yang masih setia pada Dinasti Jin, mereka mendirikan Dinasti Jin Timur. Di antara para pengikut setia Dinasti Jin, terdapatlah Sun Yin dan Lu Dun. Mereka berdua adalah pengikut Aliran Dianshi Dao yang didirikan oleh Zhang Daoling dan dipandang sangat berjasa di dalam menegakkan kembali Dinasti Jin. Kerajaan kemudian memberikan perlindungan bagi aliran tersebut, sehingga menjadikannya makin berkembang.
Tokoh lainnya adalah Kou Qianzhi, yang merupakan seorang sarjana serta pendeta Taois yang hidup pada masa Kerajaan Wei Utara. Ia merupakan penasehat spiritual bagi para raja Kerajaan Wei Utara.
Kou Qianzhi lalu mendirikan cabang utara dari Aliran Tianshi Dao. Aliran yang didirikannya ini lebih mementingkan pada upacara dan liturgi keagamaan dan berbeda dengan Aliran Dianshi Dao asli yang mementingkan ilmu pembuatan jimat.
Dengan diilhami oleh sila-sila dan vinaya Buddhisme, Kou Qianzhi menciptakan aturan mengenai apa yang dilarang dan harus dilakukan oleh seorang praktisi Tao. Para penguasa Kerajaan Wei Utara sangat terkesan dengan Kou Qianzhi dan menjadikan bentuk Aliran Dianshi Dao yang diperkenalkannya sebagai agama negara. Lu Xiujing, merupakan tokoh Aliran Tianshi Dao di Tiongkok Selatan.
|
Jasa pentingnya adalah pengumpulan menjadi satu kitab-kitab Taois, yang menjadi inti bagi kanon kitab suci Taoisme pada masa sekarang. Pada masanya jumlah kitab suci Taois telah semakin banyak jumlahnya.
Disamping Tao Te Cing, Zhuangzi, dan Liezi yang telah dibahas di atas, timbul pula kitab-kitab mengenai ramuan-ramuan serta teknik untuk mencapai keabadian yang diwariskan oleh para fangshi. Selain itu masih terdapat pula kitab-kitab Lingbao, yang pada jaman Lu telah berjumlah 50 jilid. Sebagai tambahan timbul pula jenis kitab-
kitab baru yang disebut Kitab-kitab Shangqing. Kitab-kitab ini merupakan dasar bagi timbulnya Taoisme mistis.
Dengan diilhami oleh kanon Tripitaka Buddhis, maka Lu menyusun kanon Kitab Suci Taois (Daozang) yang dipublikasikan pada tahun 471. Susunannya terbagi menjadi dua bagian besar, yakni “bagian besar” dan “bagian kecil.” Bagian besar terbagi menjadi tiga bagian yang disebut “Gua Realisasi” (Dongzhen), “Gua Rahasia-rahasia” (Dongxuan), dan “Gua Roh-roh suci” (Dongshen).
Empat bagian kecil terbagi lagi menjadi empat, yakni “Misteri Agung” (Taixuan), “Keseimbangan Agung” (Taibing), “Kemurnian Agung” (Taiqing), dan “Kitab-kitab Klasik Ortodoks” (Zhengyi). Kanon ini telah mencakup semua naskah dari tiga bentuk utama Taoisme masa itu, yakni aliran yang mengembangkan ilmu memperpanjang usia, ilmu gaib dan upacara-upacara dari Aliran Dianshi Dao, dan Taoisme Mistik yang kemudian dikenal sebagai Aliran Shangqing.
Pada saat kematian Lu Xiujing pada tahun 477, Taoisme telah memiliki pengaruh penting di Tiongkok Selatan, atas jasanya tersebut Taoisme menjadi agama yang dapat diterima oleh semua kelompok masyarakat.
Bersambung………
Budaya-Tionghoa.Net |