Budaya-Tionghoa.Net | Salah satu unsur dalam astrologi Tiongkok kuno adalah apa yang dinamakan sistem Ganzhi. Sistem Ganzhi ini memainkan peran yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat Tionghoa, salah satu aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari adalah pemanfaatan sistem tersebut untuk menciptakan Tongshu. Tongshu adalah almanak Bangsa Tionghoa yang dipergunakan untuk meramal beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti misalnya pindah rumah, memulai usaha baru, perkawinan, dan lain sebagainya. Secara umum sistim Ganzhi ini terdiri dari duapuluh-dua simbol, yang terbagi menjadi Sepuluh Akar Surga (tiangan) dan Dua Belas Cabang Bumi (dizhi).
Pada halaman 36 dan 37 William Chouw dalam bukunya “Jimat Pakua” memberikan daftar Sepuluh Akar Surga dan Dua Belas Cabang Bumi tersebut dengan benar. Sepuluh Akar Surga tersebut adalah Jia (kayu keras), Yi (kayu lunak), Bing (api matahari), Ding (api dapur), Wu (tanah pegunungan), Ji (tanah pasir), Geng (logam kasar), Xin (logam halus), Ren (air laut), dan Gui (air hujan). Sedangkan Dua Belas Cabang Bumi adalah: Zi (tikus), Chou (lembu), Yin (macan), Mao (kelinci), Chen (naga), Si (ular), Wu (kuda), Wei (kambing), Shen (monyet), You (ayam jantan), Xu (anjing), dan Hai (babi).
Apa yang menjadi masalah adalah ketika William Chouw mulai menghubungkan keduapuluh-dua unsur dari Ganzhi tersebut dengan Huruf Hibrani, yang kebetulan juga berjumlah duapuluh-dua. Keduapuluh-dua Huruf Hibrani yang dipergunakan Bangsa Yahudi tersebut membentuk suatu sistim mistisisme Yahudi yang dinamakan Kabala.
Pada halaman 38 bukunya, William Chouw menulis:
“Ke-22 Simbol pada sistem Ganzhi sama dengan ke-22 Huruf Kabalik Yahudi. Huruf-huruf Yahudi pasti telah berkembang melalui adaptasi dari simbol yang ada dalam sistem Ganzhi… Persamaan yang luar biasa tersebut juga menunjukkan bahwa Bahasa Tionghoa dan Yahudi pasti memiliki hubungan yang dekat dan menyebar dari satu pihak ke pihak lain atau berasal dari sumber yang sama. Namun demikian, bagi sebuah sistem huruf agar dapat berkembang dari simbol Ganzhi, pasti ada suatu periode pengembangan.
Sebagian dari Kitab Yahudi ditulis pada 1400 SM, jadi naskah Yahudi pasti sudah ada beberapa ratus tahun sebelumnya dan elemen-elemen pada sistem Ganzhi sudah ada di Timur Tengah sebelum itu pula. Sistem Ganzhi pasti sudah dikenal di Timur Tengah pada 2000 SM Tradisi sistim Ganzhi sudah pada masa dinasti Xia (2203- 1766SM). Tulisan berupa ramalan di atas tulang sudah ditemukan di Tiongkok pada 1400 SM. Tulang-tulang ramalan orang Tionghoa ini sudah berkembang dengan baik, menunjukkan keberadaan setidaknya beberapa ratus tahun. Implikasinya, tulisan orang Tionghoa ini berasal dari mana sistim Ganzhi sudah ada sebelumnya di Timur Tengah.”
Intisari dari kutipan di atas adalah usaha William Chouw untuk mengungkapkan bahwa sistim Ganzhi tersebut berasal dari Timur Tengah. Apakah pendapat tersebut masuk akal? Marilah kita melakukan pembahasan ilmiah.
Asal mula Huruf Hibrani
Huruf Hibrani yang memang terdiri dari duapuluh-dua huruf, yakni: Alef, Beth, Gimel, Daled, He, Waw, Zayin, Het, Tet, Yod, Kaf, Lamech, Mem, Nun, Samech, Ayin, Pe, Tzadi, Kuf, Resh, Shin, Taf.; adalah merupakan perkembangan dari huruf-huruf lainnya di Timur Tengah yang lebih tua.
Pada mulanya manusia tidak mengenal tulisan, lambat laun dirasa perlu untuk mencatat peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, oleh karena itu inilah salah satu alasan manusia menciptakan tulisan. Buku “The Lion Encyclopedia of the Bible” halaman 37 menyatakan bahwa sejarah tulisan di Timur Tengah berawal dari tahun 3500 hingga 3000 SM.
Bahasa pertama yang dituliskan adalah Bahasa Sumeria, di mana mereka menggunakan gambar untuk melambangkan kata-kata. Sistim Sumeria ini mirip dengan penulisan Huruf Tionghoa, namun keduanya telah berkembang sendiri-sendiri, sebagaimana yang telah ditunjukkan pada bab 4.
Di mana pada bab tersebut kita telah mematahkan argumen William Chouw bahwa ada keterkaitan antara Huruf Tionghoa dan Sumeria. Selanjutnya Bahasa Assiria dan Babilonia, yang termasuk dalam rumpun Semit (rumpun bahasa yang sama dengan Bahasa Hibrani) dengan cepat mengembangkan sistim penulisannya sendiri.
Sistim penulisan yang mereka pergunakan berbeda dengan Sumeria, di mana dalam Bahasa Assiria dan Babilonia dipergunakan simbol untuk melambangkan suku kata. Agar jelas perhatikan analogi berikut ini. Apabila Orang Sumeria ingin menuliskan kata “kantung,” maka mereka benar-benar menggambar sebuah kantung. Tetapi apabila Orang Assiria atau Babilonia ingin menuliskan kata yang sama, maka mereka memiliki simbol tersendiri untuk menuliskan suku kata “kan” dan “tung.”
Dengan menggabungkan kedua suku kata tersebut, maka ditulislah kata yang dimaksud. Huruf-huruf yang dipergunakan oleh Bangsa Assiria dan Babilonia memiliki bentuk seperti paku, dan karenanya disebut dengan kuneiform atau huruf paku.
Fase berikutnya dalam perkembangan tulisan adalah dengan ditemukannya sistim alfabet atau abjad (seperti sistim penulisan bahasa kita). Sistim ini telah merevolusi cara penulisan secara total, karena pada sistim-sistim penulisan suatu bahasa yang lebih tua, selalu dipergunakan sangat banyak tanda-tanda.
Sebagai contoh pada sistim Sumeria, apabila tiap kata dilambangkan dengan sebuah simbol, maka dapat dibayangkan, berapa banyak simbol yang diperlukan. Buku “The Lion Encyclopedia of the Bible” pada halaman 39 mencatat:
“Arkeologi telah memungkinkan kita untuk menemukan kembali cukup banyak contoh mengenai abjab pada tingkat perkembangan awalnya. Namun banyak aspek dari perkembangannya yang belum dikenal. Nampaknya para penulis di Kanaan menyadari bahwa adalah mungkin untuk menuliskan suatu bahasa dengan tanpa melibatkan terlalu banyak huruf/ simbol.”
Abjad yang tertua di Timur Tengah berasal dari tahun 1500 SM dan dipergunakan oleh Bangsa Sinai-Kanaan. Abjad ini kemudian berkembang menjadi Abjadi Funisia pada tahun 1000 SM. Abjad Hibrani lama yang juga merupakan keturunan dari abjad tersebut muncul pada tahun 700 SM, namun keduapuluh-dua abjad Hibrani sebagaimana yang kita kenal sekarang baru ada pada abad pertama M.
Jumlah huruf-huruf yang menyusun abjad tersebut juga tidak sama dan selalu bertambah dari jaman ke jaman. Huruf Latin yang kita pergunakan sekarang, juga sesungguhnya merupakan keturunan dari abjad Sinai-Kanaan tersebut. Berikut ini akan ditampilkan tabel perkembangan abjad di Timur Tengah, di mana tabel tersebut direproduksi dari buku “The Lion Encyclopedia of the Bible” halaman 38.
[Gambar tabel yang tidak dapat ditampilkan]
Dengan melihat fakta di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa ternyata Sistim Ganzhi lebih tua dari abjad Hibrani yang baru ada pada abad pertama Masehi. Oleh karena itu kita dapat mematahkan argumen William Chouw bahwa Sistim Ganzhi berasal dari Timur Tengah.
Tradisi Kabala Yahudi
Pada bagian ini kita akan membahas mengenai Tradisi Kabala Yahudi untuk mematahkan argumen William Chouw mengenai keterkaitan antara Sistim Ganzhi dengan Tradisi Kabala Yahudi. Sebelumnya kita perlu mengenal terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan Kabala tersebut. Kabala (juga dieja sebagai Qabbalah dan Kabbalah) adalah suatu sistim keagamaan yang dipergunakan oleh mereka yang meyakininya untuk berinteraksi dengan Tuhan, melalui cara yang bersifat pribadi dan lebih dashyat (lihat buku “Merriam- Webster’s Encyclopedia of World Religions.” halaman 894).
Dengan cara ini Tuhan didekati melalui pengalaman-pengalaman mistis, sehingga Kabala dapat disebut sebagai tradisi mistisisme Yahudi. Kata Kabala ini berasal dari Bahasa Hibrani yang artinya “Tindakan Menerima” (Act of Receiving) atau “Tradisi Keagamaan” (Religious Tradition).
Tradisi mistisisme Yahudi ini sesungguhnya sudah berkembang lama, di samping Tradisi Tulisan sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Salah satu bentuknya adalah apa yang disebut dengan apokaliptisme (yakni ramalan mengenai masa mendatang yang diwahyukan secara rahasia).
Gerakan apokaliptik ini mencapai puncaknya pada masa penjajahan Yunani (Helenisme), yakni antara abad keenam hingga pertama Masehi), namun Kabala sebagai suatu tradisi terpisah baru ada setelah munculnya sebuah buku berjudul Sefer Yetsirah (“Buku Penciptaan”), yang ditulis antara abad keenam dan ketujuh.
Ada tiga versi buku ini dan isinya adalah mengisahkan penciptaan dunia ini melalui 10 sefirot dan 22 huruf yang membentuk Abjad Hibrani. Penciptaan ini terjadi melalui dalam tiga dimensi yang pararel, yakni Dunia Kosmis (Bahasa Hibrani: Olam), dimensi waktu (Bahasa Hibrani: Shanah, yang secara harafiah berarti tahun), dan dimensi manusia (Bahasa Hibrani: Nefesh, yang secara harafiah berarti: jiwa).
William Chouw untuk mendukung pendapatnya juga menyinggung mengenai buku ini, di mana pada halaman 37, buku “Jimat Pakua” ia menulis:
“Aspek yang luar biasa dan mengundang rasa ingin tahu dari sistem Ganzhi adalah persamaannya yang kuat dengan sistim Kabala Yahudi dan mungkin saja menyimpan rahasia mengenai asal mula huruf! Bahasa Yahudi memiliki sistim huruf yang terdiri dari atas duapuluh-dua huruf (ada kesalahan cetak pada naskah aslinya yang mencantumkannya sebagai duapuluh, karena Abjad Hibrani terdiri dari duapuluh-dua huruf – penulis). The Hebrew Sefer Yetsirah (Book of Creation/ Buku Penciptaan) mengelompokkan ke-22 huruf sebagai berikut:
Buku pertama: alef, mem, shin (salah cetak, pada naskah asli tertulis “shih”). Tiga huruf kunci ini berarti elemen udara, air,
dan api.
Buku kedua: tujuh huruf ganda: Beth, Gimel, Daled, Kaf, Pe, Resh, dan Taf. Mereka mewakili tujuh kualitas yang diperlukan dan kemungkinan situasi.
Buku ketiga: duabelas huruf sederhana meliputi dua belas arah, juga dua belas bulan dan dua belas organ tubuh manusia. Mereka juga sejajar dengan dua belas konstelasi. Akan terlihat bahwa buku ketiga Kabalik yang terdiri atas dua belas huruf itu amat serupa dengan Dua Belas Cabang Bumi dari sistem Ganzhi. Kombinasi buku pertama dan kedua pada huruf Kabalik juga akan mirip dengan Sepuluh Akar Surga Ganzhi…”
Pendapat William Chouw tersebut akan kita kritisi pada bagian berikut ini, namun selanjutnya untuk melengkapi pengetahuan kita mengenai Kabala, maka kini kita akan meneruskan terlebih dahulu pembahasan kita mengenai hal tersebut.
Di atas telah disinggung mengenai Tradisi Tulisan dalam Agama Yahudi. Tradisi Tulisan tersebut terdapat dalam kitab-kitab yang tercantum dalam Perjanjian Lama. Di samping Tradisi Tulisan tersebut, Bangsa Yahudi juga mengenal apa yang disebut Tradisi Lisan. Apa yang disebut dengan Tradisi Lisan tersebut mencakup pengajaran para guru- guru besar Agama Yahudi. Erich Fromm dalam bukunya “Manusia menjadi
Tuhan” halaman 10:
“Tradisi Lisan seperti Alkitab (pada naskah asli tertulis “Bibel”) tertulis, mengandung catatan ide yang diungkapkan selama lebih dari 1200 tahun. Jika kita bisa membayangkan bahwa Alkitab Yahudi kedua akan ditulis, itu pasti akan mengandung Talmud, tulisan Maimonides, Kabbalah, seperti juga perkataan guru Hasidik.”
Di sini kita bisa melihat bahwa Kabala merupakan bagian dari Tradisi Lisan Yahudi. Sesungguhnya mistisisme Yahudi juga terdapat pada Tradisi Tulisan, namun lebih mendapatkan tempatnya pada Tradisi Lisan Kini kita akan mempelajari filosofi yang terkandung dalam Sefer Yetsirah, untuk mengetahui ajaran dasar Kabala, terutama ajarannya mengenai Sefirot. Kaum Kabalis mengajarkan bahwa Tuhan mewujudkan dirinya di dalam sepuluh aspek yang disebut Sefirot.
Ajaran seperti ini memang sulit dimengerti, namun agar didapatkan sedikit gambaran mengenai ajaran tersebut akan dikutipkan dari buku karya Karen Armstrong yang berjudul “Sejarah Tuhan” halaman 324:
“Kesepuluh aspek ini beremanasi dari Tuhan yang gaib di kedalaman yang tak terhingga. Setiap sefirot mewakili satu tahap dalam pengungkapan wahyu En Sof (Tuhan – penulis) dan memiliki nama simboliknya sendiri, tetapi masing-masingnya mengandung keseluruhanmisteri tentang Tuhan dari sudut pandang tertentu…..Nama-nama (kesepuluh nama Sefirot – penulis) itu biasanya disusun secara urut sebagai berikut:
1.Kether Elyon: “Mahkota Tertinggi.”
2.Hokhmah: “Kebijaksanaan.”
3.Binah: “Akal.”
4.Hesed: “Cinta” atau “Pengampunan.”
5.Din: “Kekuasaan.”
6.Rakhamim: “Kasih Sayang.”
7.Netsakh: “Keabadian.”
8.Hod: “Keagungan.”
9.Yesod: “Fondasi.”
10.Malkuth: “Kerajaan”; disebut juga Shekinah….”
Apakah Sistim Ganzhi benar-benar sama dengan sistim keduapuluh- dua huruf Hibrani dalam Kabala?
Sebenarnya tidak mirip sama sekali, ketiga huruf Hibrani, yakni alef, mem, dan shin menurut Sefer Yetsirah dihubungkan dengan udara, air, dan api; sedangkan jia, yi, dan bing (tiga unsur pertama dari Sepuluh Akar Surga) adalah berhubungan dengan unsur kayu (keras dan lunak) beserta api (matahari). Selain itu Bangsa Tionghoa mengenal lima unsur (wuxing), yakni: tanah (du), kayu (mu), logam (qing), api (huo), dan air (shui), sebaliknya Bangsa Yahudi hanya mengenal tiga unsur (udara, air, dan api).
Lebih jauh lagi, 10 sefirot dan duapuluh-dua Huruf Hibrani dihubungkan dengan penciptaan dunia, sedangkan keduapuluh-dua unsurSistim Ganzhi tidak pernah dihubungkan dengan penciptaan dunia. Ini jelas sekali menunjukkan landasan filosofi yang berbeda jauh. Doktrin sefirot sebagai emanasi Tuhan, sebagaimana yang tercantum dalam
Ajaran Kabala juga merupakan sesuatu yang asing dalam filosofi Tiongkok. Nama-nama Sefirot tersebut jelas sekali tidak ada padanannya dalam filosofi Tiongkok dan merupakan sesuatu hal yang asing. Karena itu boleh menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antar keduanya. Waktu timbulnya Tradisi Kabala tersebut, yakni abad keenam dan ketujuh, menunjukkan bahwa tidak mungkin sistim Ganzhi tersebut berasal darinya, karena sistim Ganzhi telah ada terlebih dahulu.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua