Budaya-Tionghoa.Net | Warto ex mahasiswa antropologi budaya IKIP Negeri Semarang, yang juga sekretaris I PPI Jateng, adalah teman setikar ketika sama-sama menjadi tapol.
Liem yang telah bekerja di NIAC sejak kira-kira tahun 1970 pada suatu hari menemui Warto di pondokannya di daerah manggarai pada bulan maret 1972. Ketika itu Liem datang bersama kakaknya Liem Kok Gie. Ketika itu Warto sangat menderita, karena menganggur selama setengah tahun. Suatu dialog menarik antara Warto dan Liem Kok Bie telah disampaikan kepada penulis sebagai berikut :
|
LKB (Liem Kok Bie) : Warto kerja dimana??o>
WT (Warto): Saya masih menganggur?
LKB : Apakah masih ada tabungan??o>
WT : Sudah tidak bisa makan.?o>
LKB : Sekarang makan apa??o>
WT : Saya minta kiriman tepung singkong dari Wonogiri.?o>
LKB : Mau atau tidak kau bekerja ??o>
WT : Bekerja apa??o>
LKB : Bekerja di Casino.?o>
WT : Bukankah sejak dulu kita mengharamkan judi??o>
LKB : Di Casino kamu tidak berjudi, tapi bekerja yang mendapatkan gaji Jangan sok 搈oralis?kalau kamu kelaparan sampai mati tidakkah artinya itu moralis??o>
WT : Bukankah yang boleh menjadi karyawan Casino hanya orang tionghoa saja ??o>
LKB : Itu bisa diatur , sebab saya yang menjadi sponsor .?o>
WT : Bagaimana mengaturnya ? Bukankah saya berkulit agak kehitaman??o>
LKB : Itu mudah. Kau saya akui sebagai adikku. Ayahku kawin lagi dengan seorang
perempuan jawa dan melahirkan kau.?o>
WT : Bukankah ini menyangkut martabat orangtua kamu??o>
LKB : Ayahku tidak butuh martabat, karena ayahku sudah meninggal. Yang penting kesulitanmu teratasi. Pikir dulu jangan lama-lama memberi jawaban. Mumpung ada kesempatan. Jadi kalau kau mau, kau adalah adikku dari lain ibu. Ayahmu sama dengan ayahku yaitu Liem Ing Sien.
Setelah mempertimbangkan masak-masak akhirnya Warto setuju dengan ide Liem itu dan bekerja di NIAC mulai 1972 hingga 1981, karena NIAC dibubarkan oleh rezim Soeharto. Warto kemudian beralih kebidang angkutan sedang Liem membantu istrinya Ir. Kwik Tjing Nio yang menjadi kontraktor. Liem bertugas untuk melakukan lobi dan bergerak dilapangan, sedang soal hitung-menghitung dilaksanakan oleh istrinya.
Sangat disayangkan, bahwa kemudian istri Liem terserang kanker darah dan setelah berobat hingga ke Singapura, R.S, Jakarta, R.S Gatot Subroto, dan R.S Kapuk akhirnya pada tanggal 15 Februari 2007, ia menghembuskan nafas yang terakhir, yang merupakan pukulan sangat berat bagi Liem.
Dikalangan keluarga Liem, keluarga Warto diperlakukan sebagai keluarga sendiri. Bagi Warto, ibunya Liem, Liem Kok Bie dan istrinya, ketiga orang itu adalah orang terbaik sedunia setelah ayah ?ibu Warto.
Setelah istrinya wafat, Liem masih melanjutkan usaha kontraktor, walaupun tak jarang ia mesti menangis, ingat istri tercintanya jika menghadapi hitungan. Walaupun tampak tegar, tapi sebetulnya hatinya hancur ?lebur, hingga akhirnya maut menjemputnya, karena kanker prostat yang dideritanya, yang hampir tak pernah diutarakan, baik kepada keluarga maupun teman-temannya. Liem ingin meneladani Jesus Kristus ingin memikul salibnya seorang diri. Selamat jalan Bie, semoga Tuhan mengampuni segala kesalahan dosamu di masa hidupmu dan membebaskanmu dari api pensucian serta membimbing arwahmu ke surga.
oleh : Go Sien Ay
Majalah SINERGI No-Oktober-Nopember
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua 45269
Catatan Admin : Tulisan ini terdiri dari empat bagian , telusuri artikel terkait untuk menelusuri keseluruhan artikel.
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.