Sambutan ketua panitia pengarah
Peringatan 100 tahun berdirinya Perkumpulan Sosial Dharma Bhakti (Hok kian Hwee Kwan) di Propinsi Lampung telah menjadi catatan sejarah yang sangat berharga bagi kehidupan warga Tionghua, terutama bagi generasi muda keturunan Hok Kian.
Di usianya yang 100 tahun, kehadiran Perkumpulan Sosial Dharma Bhakti telash membuktikan bahwa keanekaragaman suku dan budaya diantara warga masyarakat di Indonesia, khususnya di Propinsi Lampung bukan menjadi penghalang dalam menumbuhkan sikap saling tolong-menolong, sikap saling menghormati serta jalinan keakraban yang terjalin baik selama ini.
Kita patut bersyukur kepada para pendahulu/pendiri Perkumpulan Sosial Dharma Bhakti yang telah memberikan contoh suri tauladan yang patut ditiru pada generasi penerus terutama dalam melanjutkan tongkat estafet guna mewujudkan cita-cita luhur mereka di masa mendatang. Paling tidak nilai luhur dan jiwa sosial yang selama ini telah dipupuk serta dibina para pendiri/pencetus perkumpulan dapat dijaga dan diestarikan.
Terutama dalam menyikapi dan mengimbangi berbagai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Sebagai generasi penerus pengemban misi Perkumpulan Sosial Dharma Bhakti patut bersyukur karena pendahulu-pendahulu kita juga telah mengantarkan wadah ini ke dalam kancah pergaulan yang lebih berwawasan dan bermasyarakat.
Sebagai wujud penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada para pencetus dan pendiri Perkumpulan Sosial Dharma Bhakti, kami mencoba merekam perjalanan sejarah mereka kedalam suatu buku kenangan satu abad (1902 – 2002) Berdirinya Perkumpulan Sosial Dharma Bhakti (Hok Kian Hwee Kwan).
Penerbitan buku ini bukan semata-mata ingin nenonjolkan diri melainkan sebagai cermin bagi generasi muda/penerus Perkumpulan Sosial Dharma Bhakti dan masyarakat luas bahwa berdirinya ok Kian Hwee Kwan bertujuan untuk mengedepankan sikap saling tolong-menolong diantara sesama warga masyarakat di Propinsi Lampung. Pada kesempatan yang berbahagia ini tidak lupa kami sampaikan ungkapan terima kasih kepada para tokoh/sesepuh seperti Oey Ho Tie, Liem Heng Tia, Tan Seng Beng dan nara sumber lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Untuk melengkapi buku ini kami juga mengambil dari berbagai referensi bahan bacaan yang dianggap perlu guna melengkapi tulisan. Dengan segala kerendahan hati kami juga menyampaikan permohonan maaf jika penerbitan buku ini masih dirasakan masih banyak kekurangan data sejarah maupun ada kesalahan penyebutan nama, tokoh, tempat, maupun kekeliruan di dalam mengutip informasi yang kami peroleh. Mudah-mudahan masih bisa memberikan manfaat yang besar.
Terima Kasih.
(S.C) Kencana Sukma.
*** 8099