IMLEK
Hari raya imlek (Yinli Xinnian) jatuh pada tanggal 1 bulan 1 tahun Imlek (Cia Gwee Che It), bertepatan dengan penggantian tahun imlek yang berdasarkan perhitungan lunar (peredaran bulan), yang dikombinasikan dengan perhitungan berdasarkan peredaran matahari dan pergantian musim dari musim dingin ke musim semi. Penanggalan imlek ini banyak digunakan petani dan nelayan yang pekerjaannya sangat tergantung dan berhubungan dengan alam dan musim, maka kalender ini juga disebut nungli (nongli) yang artinya kalender untuk petani. Bila kita perhatikan biasanya menjelang Hari Raya Imlek banyak turun hujan, banyak buah-buahan seperti duku, rambutan, mangga, manggis, durian dan lain-lain juga panen ikan bandeng, udang dan hasil laut lainnya.
Tahun Baru Imlek diartikan memasuki musim semi di belahan bumi bagian Utara, maka disebut sebagai pesta musim semi yang dingin, gelap dengan pohon-pohon yang gundul, memasuki musim yang hangat, terang dengan pohon-pohon yang bersemi. Di Indonesia berarti memasuki musim tanam menyongsong musim hujan yang merata.
Hari Raya Imlek dirayakan oleh masyarakat Tionghua tanpa membedakan agama dan kepercayaan, karena mempunyai makna pengucapan syukur atas berkat dan kelimpahan pada tahun yang lalu, dan permohonan berkat dan pertolongan Tuhan pada tahun yang akan datang, maka Imlek bisa disebut sebagai hari pengucapan syukur yaitu “Thanks giving Day”. Bagi umat Kong Hu Cu dan Budha biasanya ibadat di Vihara/kelenteng (Miao) untuk bersembahyang dan menyerahkan derma berupa uang atau beras kepada pengurus rumah ibadah dan fakir miskin.
Ibadah bisa juga dilaksanakan tepat pada hari raya Imlek. Kebaktian dengan tema Imlek juga diadakan di Gereja, Mesjid atau rumah ibadat lainnya yang umatnya sebagian besar terdiri dari etnis Tionghua.
Menyambut hari raya imlek biasanya tiap keluarga membersihkan rumah terutama pada bagian dapur, karena dapur merupakan bagian dari rumah yang berjasa dan memberi kehidupan rumah tangga. Orang tua menyiapkan pakaian baru untuk anak-anaknya dan juga pembantu, sopir dan pekerja lainnya di rumah.
Menyiapkan makanan, kue, kolang kaling, agar-agar, manisan, lauk-pauk, daging, ikan bandeng dan buah-buahan, termasuk kue cina atau kue keranjang. Kue ini biasanya dikirim juga kepada orang tua, mertua, paman atau orang yang dituakan sebagai rasa hormat. Tiga hari sebelum hari raya imlek, di daerah permukiman Tionghua biasanya diadakan pasar malam, dimana diperjual belikan keperluan hari raya, baik untuk sembahyang maupun makan. Rumah tangga tidak menyapu di dalam rumah, maknanya agar rejeki tidak terbuang, juga mempunyai makna walaupun hanya sapu tetap perlu istirahat satu haru dalam setahun. Apabila terpaksa harus menyapu, maka sampahnya tidak dibuang sampai hari kedua imlek.
Tepat hari raya Imlek semua berpakaian baru dan rapi, anak-anak memberi hormat dengan cara Tionghua (bai atau pei) pada orang tua, kakek, nenek, kemudian pada kakaknya dengan ucapan selamat panjang umur, murah rejeki dan lain-lain. Pembantu dan pekerja rumah juga mengucapkan selamat pada majikannya, orang tua memberi angpao (hong bao) pada anak-anak dan pada pekerja rumah, pada anak-anak didoakan dan diberi nasehat agar rajin belajar, pandai, enteng jodoh, dll.
Selanjutnya makanan pun dihidangkan, setelah selesai makan maka keluarga menuju kerumah orang tua atau orang yang dituakan untuk menyampaikan ucapan selamat. Makanan, kue-kue kecil, agar-agar, manisan dan lain-lain disiapkan dimeja untuk menjamu tamu yang datang berkunjung.
Makanan-makanan yang lain dihidangkan masing-masing mempunyai makna antara lain: buah atep (kolang-kaling) agar kehidupan mantap, manisan cerme agar tokonya rame, agar-agar berbentuk bintang agar rejeki dan karirnya terang sepert bintang kue keranjang berarti tidak kekurangan sesuatu dan apabila tamu tersebut membawa anak, maka anak tersebut diberi ang pao (hong bau) juga.
Ang pao adalah amplop berwarna merah di dalamnya berisi uang biasanya uang yang masih baru dan terdiri dari dua lembar. Uang tersebut digunakan sebagai modal kerja, untuk keperluan sekolah, membeli sesuatu yang dicita-citakan dan sebagainya.
Pada hari raya Imlek apabila keadaan memungkinkan bisa memasang mercon menunjukan kegembiraan karena rejekinya meledak, bagi keluarga yang mampu dapat dirayakan dengan mengundang barongsai (wushi atau xingsih) untuk disajikan sanak saudara dan kerabat yang datang berkunjung ke rumah. Mengundang barongsay mempunyai makna mengundang rejeki, menolak bala.
Tari liong (wulong) atau barongsay pada mulanya adalah prosesi pengusiran bala, saat ini sudah bergeser sebagai pertunjukan kesenia yang tinggi mutunya yang patut ditonton bahkan telah dipertandingkan di tingkat internasional.
Pada tanggal 8 malam, bagi umat Kong Hu Cu dan penganut kepercayaan tradisional menyelenggarakan sembahyang Tuhan Allah.
Perayaan dan tradisi kunjung berkunjung berlangsung sampai dengan tanggal 15 pada malam 15 diadakan pesta Cap Go Me (yuan xiao jie). Pada perayaan Cap Go Me rumah-rumah memasang lampion warna-warni, diselenggarakan juga karnaval dan hiburan panggung, kaum muda-mudi keluar rumah membeli makanan, melihat lampion dan lain-lain. Makanan yang khas pada hari ini adalah lontong Cap Go Meh.
Setiap pesta Cap Go Meh selesai maka acara kunjung mengunjungi selesai, masyarakat kembali lagi mengerjakan pekerjaannya untuk satu tahun lamanya, khusus bagi petani saat ini adalah momentum yang tepat untuk bertanam, menabur bibit ikan bandeng dan lain-lain. Kaum pedagang mulai giat dengan usahanya karena tahun sudah berganti, rejekipun berubah dan meningkat.***