Budaya-Tionghoa.Net | Awal Bahasa Han Kuno Awal mulai ada sejak Dinasti Zhou awal dan pertengahan (sekitar abad 11 sampai 7 SM). Tulisan2 mengenai bahasa Han kuno di masa ini dapat kita lihat di peninggalan dari masa tersebut berupa tulisan2 pada perunggu, kumpulan2 Puisi (Shih Jing Ji), Books of Changes (I Jing) dan buku2 Sejarah. Penelitian terhadap bahasa Han kuno ini dilakukan terutama pada masa Dinasti Ching. Peneliti Barat yang terkenal dan ahli akan bahasa Han= kuno ini adalah ahli bahasa berkebangsaan Swiss, Bernhard Karlgren. Ia terutama meneliti tentang nada, intonasi dalam puisi2 dari masa itu dan sejarah perkembangan karakter Han.
|
Di masa Musim Semi dan Gugur, bahasa Han pertama mempunyai satu bentuk bahasa pemersatu yang disebut “Ya Yan”, artinya bahasa lembut, bahasa klasik. Bentuk bahasa inilah yang digunakan Konfusius dalam buku-bukunya dan digunakan secara luas pada masa tersebut. Namun bahasa Han pertama kali dipersatukan secara sistematis oleh Qin Shih Huang pada masa Dinasti Chin. Ia memperkenalkan (mempersatukan) sistem tulisan, bahasa resmi dan pemerintahan yang akhirnya mempengaruhi China selama beribu2 tahun.
Bahasa Han kuno pada masa itu utamanya menggunakan satu kata/nada (monosyllable). Itu makanya kita merasa puisi2 atau catatan2 di masa lalu kesemuanya sangat singkat namun pada mengandung maksa. Kata bijak Konfusius yang cuma 4 kata bila diterangkan dengan bahasa Han yang kita kenal sekarang dapat diterangkan berkalimat2. Kemudian pada masa2 berikutnya, banyak sekali perkembangan yang menyebabkan bahasa Han menjadi seperti yang kita kenal sekarang.
Bahasa Han Kuno Akhir Bahasa Han ini mulai berkembang pada masa dinasti Sui, Tang dan Sung (abad 7 sampai abad 10 M). Nada, intonasi dan struktur dalam bahasa Han di masa ini telah dapat lebih jelas direkonstruksi oleh para peneliti dan ahli bahasa. Rekonstruksi ini dapat didasarkan pada keragaman dialek yang ada sekarang dan penerjemahan dari dan ke bahasa luar pada masa tersebut. Dialek- dialek yang ada pada zaman sekarang seperti dialek Yueh (Kanton), Hakka (Khek) dan Min (Hokkian) masih mengandung nada2 dan intonasi dari masa tersebut. Nada2 akhiran seperti -p, -t, -k yang telah punah di dalam dialek Utara (bahasa Han) yang kita kenal sekarang masih ada dalam ketiga dialek tersebut. Di dalam dialek Wu (Shanghai) juga masih terdapat satu nada akhiran dengan menyumbat tenggorokan yang juga telah punah di dialek Utara.
Pada masa ini, Pu Tong Hua yang kita kenal sekarang belum ada, jadi struktur, kosa kata dan pelafalan yang digunakan para penyair puisi pada masa Dinasti Tang adalah dialek Kanton yang kita kenal sekarang. Dialek Kanton akhirnya tergeser ke selatan dan tetap mengandung nada2 dan struktur bahasa yang berasal dari bahasa Han Kuno Akhir. Jadi, ada benarnya bila ada peneliti dan ahli sastra yang menyatakan bahwa menyanyikan syair puisi Li Bai atau puisi lainnya dari zaman Dinasti Tang adalah lebih cocok dinyanyikan dengan lafal Kanton.
Dialek Min (Hokkian) juga terbentuk mulai masa ini karena ada 3 gelombang migrasi besar2an dari utara ke selatan pada masa tersebut : Migrasi pertama adalah sewaktu penyerbuan bangsa Barbar ke China Utara pada abad ke 4. Ada 8 keluarga besar (marga Lin, Huang, Chen, Zheng, Chan, Ping, He dan Hu) dari utara yang melakukan migrasi besar2an ke Cyuan Zhou di Fu Jian. Saat inilah terbentuk dialek Min dengan logat Cyuan Zhou. Migrasi kedua adalah pada abad ke-tujuh, pada saat itu ada pemberontakan di daerah Chau Zhou (Teochiu). Tang Gao Zong memerintahkan Chen Jeng dan Chen Yuan-kuang (ayah dan anak) untuk memadamkan pemberontakan. Saat ini terbentuklah dialek Min dengan logat Zhang Zhou. Migrasi ketiga adalah pada abad ke-sembilan. Penghujung dinasti Tang, terjadi kekacauan di selatan. Kekaisaran kemudian memerintahkan Wang Chau, Wang Shen-bang dan Wang Shen-tze (3 bersaudara) untuk memadamkan pemberontakan. Setelah berhasil dipadamkan, mereka diberi pangkat dan menetap di Fu Jian.
Jadi dialek Min, Kanton, Hakka memang terbentuk dari bahasa Han Kuno dan masih melestarikan struktur, tata bahasa dan nada intonasi bahasa Han Kuno dari Dinasti Sui, Tang dan Sung. Inilah yang menyebabkan saya tidak menganggap dialek2 tadi sebagai bahasa daerah. Lain dengan bahasa Tibet atau bahasa Manchuria yang saat ini menjadi bahasa daerah di dalam lingkup negara PRC. Disebut bahasa daerah karena antara bahasa Tibet, Manchuria dan bahasa Han memang tak ada hubungan sama sekali.
Rinto Jiang
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua