Budaya-Tionghoa.Net| Dinasti Qing sama dengan Dinasti Yuan merupakan dinasti bangsa asing di Tiongkok, karena didirikan Bangsa Manchu, dan sekaligus merupakan dinasti terakhir di Tiongkok. Shunzhi yang merupakan kaisar pertamanya harus berjuang keras untuk membersihkan Tiongkok dari sisa-sisa Dinasti Ming secara bertahap. Peristiwa penting yang patut dicatat adalah kunjungan duta besar Macartney dari Inggris untuk membuka hubungan bagi Tiongkok dan dunia Barat, namun sayangnya hubungan dengan bangsa Barat ini kelak diakhiri dengan penjajahan beberapa bagian Tiongkok. Kunjungan ini terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Qianlong (1736-1795) dan bertujuan untuk membuka hubungan dagang serta kedutaan di Tiongkok.
|
Tetapi Qianlong menjawabnya dengan pernyataan, Aku tidak menghargai sedikitpun barang aneh ataupun luar biasa dan tidak memerlukan hasil dari negara Anda. Utusan ini dapat dinilai sebagai suatu kegagalan.
Qianlong digantikan oleh putera kelimanya Jiaqing (1796-1820), pada masanya berkembanglah perasaan anti Manchu di kalanganBangsa Tionghoa, yang mendorong timbulnya berbagai perkumpulan rahasia untuk menggulingkan Dinasti Qing, seperti misalnya perkumpulan Teratai Putih.
Pada masa kaisar berikutnya Daoguang (1821-1850), terjadilah peristiwa penting dalam sejarah Tiongkok, yakni Perang Candu. Latar belakang perang ini adalah sebagai berikut: semenjak kegagalan kunjungan Macartney dilakukanlah perdagangan segitiga. Pembelian sutra dan teh oleh Inggris dari Tiongkok dibayar dengan opium yang berasal dari India. Oleh karena masuknya candu ke Tiongkok ini, maka menyebabkan makin berlipat gandanya pecandu, sehingga akhirnya Tiongkok harus mengimpor candu dari pihak Inggris, dimana selama kurun waktu 40 tahun, impor candu telah membengkak dari 1000 kotak menjadi 40.000 kotak. Makin meningkatnya pecandu opium ini melemahkan negara dengan dua cara, yakni melemahnya sumber daya manusia serta mengalirnya kekayaan negara ke barat. Menimbang makin meningkatnya pencandu opium yang pada tahun 1830-an sudah mencapai 10 juta jiwa, maka Kaisar Daoguang memutuskan untuk mengeluarkan surat perintah pada Lin Zexu (1785-1850) untuk menekan perdagangan candu tersebut.
Sebagai pelaksanaan titah kaisar tersebut Lin menyita dan membakar candu milik Inggris. Ada beberapa hal yang jarang disebutkan oleh para penulis Barat, sesungguhnya candu tersebut bukan hanya sekedar disita, tapi Tiongkok bersedia memberi ganti rugi berupa uang perak 10 tael serta teh 1 bal utk setiap peti candu. Lin juga sebelumnya telah menulis surat ke Ratu Inggris dan memohon utk menghentikan kegiatan perdagangan candu via EIC (East India Company) sebelum mengambil tindakan tegas. Pihak Inggris marah dan menyatakan perang kepada Tiongkok sehingga meletuslah Perang Candu (1840-1842). Perang ini diakhiri dengan kekalahan Tiongkok, karena persenjataan barat yang lebih canggih serta makin melemahnya kekuatan Dinasti Qing sendiri. Pada masa selanjutnya kita dapat melihat bahwa kekuatan barat makin leluasa menguasai Tiongkok secara perlahan-lahan. Pemberontakan yang terjadi di mana-mana juga makin memperlemah Dinasti Qing.
Pemberontakan Taiping (1850-1864) merupakan pukulan besar bagi Dinasti Qing, yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Xianfeng (1851-1861). Pemimpinnya adalah Hong Xiuquan, seseorang yang terpengaruh oleh Agama Kristen. Pada mulanya bangsa Barat bersimpati pada pemberontakan ini, namun setelah mengetahui bahwa Hong mempunyai doktrin yang agak miring,dengan menyatakan diri sebagai adik Yesus Kristus, maka bangsa Baratpun berbalik mendukung Dinasti Qing. Pemberontakan ini pada akhirnya berhasil dipadamkan dengan bantuan barat sehingga menunjukkan makin bergantungnya Tiongkok pada barat. Sentimen anti-Manchu berkembang subur di mana- mana, salah seorang tokoh paling menonjol adalah Sun Yatsen, dimana ia pada akhirnya pada tanggal 15 Februari 1912 berhasil membuat kaisar terakhir Dinasti Qing, Puyi (1909-1911) turun tahta. Tiongkok menjadi negara republik. Runtuhlah sistim dinasti yang telah berlangsung selama kurang lebih 5000 tahun semenjak Yu, pendiri Dinasti Xia hingga Puyi, kaisar terakhir Tiongkok.
Xuan Tong