Budaya-Tionghoa.Net | Raja terakhir Dinasti Shang, Di Xin adalah merupakan seorang penguasa yang kejam, sebagaimana halnya Jie, raja terakhir Dinasti Xia. Dengan tanpa memperdulikan kekacauan yang terjadi di negaranya, ia memerintahkan pembangunan istana dan taman-taman yang indah. Untuk menekan orang-orang yang tidak bersedia patuh padanya, dipergunakanlah alat-alat penyiksaan yang mengerikan, kekacauan di tengah masyarakat pun makin menjadi-jadi.
|
Zhou, sebuah negeri di daerah perbatasanpun menjadi makin maju. Ia semakin bertambah kuat di bawah pemerintahan Raja Wen. Tatkala Raja Wen wafat, maka puteranya, Ji Fa, menggantikannya memerintah negeri tersebut dengan gelar Raja Wu. Pada tahun 1122 SM dengan disertai oleh Jiang Shang dan Zhou Dan, Raja Wu melakukan serangan untuk menghukum kelaliman Dixin. Pada saat itu, tentara Shang yang telah banyak menderita akibat ulah raja mereka sendiri, berbalik mendukung Raja Wu dan bersama-sama berbaris menuju ibu kota Shang. Di Xin bunuh diri dan berakhirlah Dinasti Shang.
Secara tradisional Dinasti Zhou dibagi menjadi empat periode sebagai berikut: Zhou Barat, yang beribukotakan di Houjing, berkuasa hingga tahun 711 SM, Dinasti Zhou Timur yang memindahkan ibu kotanya ke sebelah timur (kota Luoyang sekarang), ChunQiu [Jaman Musim Semi dan Rontok] (770-476 SM), dan ZhanGuo [Masa Perang Antar Negeri] (475-221 M). Dinasti Zhou merupakan dinasti yang terlama memerintah di Tiongkok, yakni sekitar 800 tahun dan terkenal oleh karena pencapaiannya dalam bidang filosofis.
Pada masa dinasti ini lahirlah para filosof yang terkemuka, seperti misalnya: Lao Zi, Kong Zi (yang terkenal di Barat dengan sebutan Confucius di-Indonesiakan sebagai Konfusius atau Khonghucu), Meng Zi (lebih terkenal di Barat dengan sebutan Mencius di-Indonesiakan sebagai Mensius), dan lain sebagainya. Namun yang terpenting dari semua ahli filsafat itu memang hanya tiga yakni: Lao Zi, Kong Zi dan Meng Zi.
Selain ketiga ahli filsafat terkemuka tersebut, terdapat pula aliran filsafat yang cukup penting, yakni legalisme (Fajia).Barangkali sebelum melanjutkan pembahasan, kita perlu mempelajari secara ringkas riwayat dan ajaran masing-masing ahli filsafat terkemuka tersebut. Selain itu kita juga akan membahas mengenai aliran Fajia (legalisme), karena akan berperanan penting terhadap penyatuan Tiongkok di bawah Dinasti Qin.
Pada perkembangan selanjutnya Dinasti Zhou terpecah belah menjadi banyak negara-negara feodal yang saling berperang. Jaman tersebut dinamakan Jaman Musim Semi dan Rontok (Chun Qiu) yang berlangsung dari tahun 770 – 476 SM. Masing-masing berupaya untuk menjadi yang terkuat, hingga akhirnya pemerintah pusat Dinasti Zhou menjadi lemah dan hanya dapat bertahan hingga tahun 256 SM. Pada akhirnya hanya tinggal tersisa tujuh negara bagian yang terkuat, yakni: Han, Wei, Zhao, Qin, Chu, Yan, dan Qi. Jaman itu dinamakan “Masa Perang Antar Negeri” (Zhanguo) dan berlangsung dari tahun 475 – 221 SM. Dari ketujuh negara tersebut, Qin berhasil menjadi yang terkuat. Pada tahun 221 SM, di bawah pemimpinnya yang bergelar Qin Shihhuangdi, mereka berhasil menyatukan seluruh Tiongkok dan mendirikan Dinasti Qin.
Sumbangsih Dinasti Zhou bagi peradaban Tionghoa adalah ajaran dari para filosof terkemuka tersebut. Ujian negara yang ditetapkan bagi calon pejabat negara adalah didasarkan pada Ajaran Konfusius dan ini baru dihapuskan pada tahun 1911 (sekitar 2400 tahun setelah kelahiran Konfusius), saat runtuhnya sistim kerajaan di Tiongkok.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua