Budaya-Tionghoa.Net | Membangun nasib adalah untuk membentuk nasib daripada terikat olehnya. Pelajaran ini adalah membicarakan tentang prinsip dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengubah nasib. Berdasarkan pengalamannya, Liao Fan mengajarkan anaknya jangan terikat nasib dan berusaha sebaik mungkin melaksanakan kebaikan serta menghindarkan segala perbuatan tidak baik.
|
“Seseorang seharusnya tidak menolak melakukan perbuatan baik yang sekecil apapun dan berani berbuat sesuatu kesalahan, yang dianggap adalah hanya suatu kesalahan kecil”. Bila seseorang melakukan sesuatu yang baik, sudah pasti nasibnya akan berubah, seperti kata pepatah “Menghindari segala perbuatan tidak baik dan mempraktekkan segala yang baik, akan mengurangi bencana dan mendatangkan kebaikan” atau “Orang berbuat baik, manfaatnya belum kita terima, tetapi bencana sudah menjauhi, orang berbuat kejahatan, bencana belum menimpa, akan tetapi manfaat baik yang telah kita miliki sudah menjauh”. Ini adalah prinsip yang harus senantiasa diingat untuk membangun nasib.
“Menghindari segala perbuatan tidak baik dan mempraktekkan
segala yang baik, akan mengurangi bencana dan mendatangkan
kebaikan”
“Orang berbuat baik, manfaatnya belum kita terima, tetapi
bencana sudah menjauhi, orang berbuat kejahatan, bencana
belum menimpa, akan tetapi manfaat baik yang telah kita miliki
sudah menjauh”.
Sejak kecil saya telah kehilangan ayah, ibu menganjurkan saya untuk belajar ilmu pengobatan, selain untuk menghidupi diri sendiri dan menyembuhkan orang lain, juga merupakan keinginan ayah saya. Maka saya belajar ilmu pengobatan untuk memenuhi kehendak ibu.
Pada suatu hari di Vihara Che Yin She, saya bertemu seseorang yang sudah tua, berpenampilan anggun bagaikan seorang malaikat, ia berkata : “Anda ditakdirkan sebagai seorang pejabat, tahun depan anda adalah seorang “Siu Chai” (Gelar seorang siswa setelah lulus ujian di Kabupaten), mengapa tidak belajar?”
Saya memberitahukan alasannya, serta menanyakan nama dan asal usulnya. Orang tua itu berkata : “Nama keluarga saya Khong, berasal dari propinsi Yin Nan, ahli ilmu Sau Tze Huang Cik Cing Se (Sejenis ilmu Tiongkok kuno untuk meramal), ditakdirkan untuk diwariskan kepada anda.”
Saya memberitahu ibu hal ini dan mengundang Tuan Khong pulang serta menetap sementara di rumah. Ibu ingin saya melayani Tuan Khong dengan baik, setelah menguji keahlian menghitung, meramal nasib saya, ternyata segala hal besar/kecil yang diramalnya adalah tepat sekali, sehingga saya percaya dan mulai belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian “Siu Chai”. Tuan Khong meramalkan lagi bahwa untuk ujian tingkat Kabupaten,
untuk gelar “Thun Sen” akan mendapat ranking 14, untuk ujian tingkat Kotamadya akan mendapat ranking 72, ujian di tingkat Propinsi mendapat ranking 9. Tahun berikutnya, saya mengikuti ujian di 3 lokasi dan lulus tepat sesuai ranking yang diramalkan Tuan Khong. Oleh karena itu saya mohon diramalkan nasib seumur hidup. Tuan Khong meramalkan, bahwa pada ujian tahun x saya akan mendapat ranking ke berapa, tahun y akan mendapat tambahan tunjangan makanan dari pemerintah, tahun z akan mendapat gelar “Kung Sen”, pada tahun xx akan diangkat sebagai Bupati di propinsi She Cuan selama 3,5 tahun dan meletakkan jabatan pulang kampung. Meninggal pada umur 53 tahun, tanggal 14 Agustus diantara jam 1-3 pagi dan tidak mempunyai anak. Sejak itu, semua ujian yang saya ikuti lulus dengan ranking seperti Tuan Khong ramalkan. Tuan Khong juga meramalkan bahwa saya akan menerima tunjangan beras dari pemerintah (dahulu gaji dibayar dengan beras, bukan uang) sebesar 91 she 5 thou, baru akan naik pangkat “Kung Sen”, tetapi waktu menerima gaji 70 she, saya sudah naik pangkat sebagai “Kung Sen”, karena itu saya mulai meragukan ketepatan ramalan Tuan Khong, tetapi tidak diduga surat permohonan untuk mengisi lowongan “Kung Sen” ditolak, sampai tahun Ting Mau atasan dari penguji menemukan bahwa hasil ujian saya yang mengandung usulan-usulan serta pandangan kepada pemerintah baik sekali dan tidak tega memendam bakat seseorang, maka memerintahkan untuk mengajukan permohonan secara resmi ke pejabat penguji. Kenaikan pangkat “Kung Sen” tersebut dihitung kembali, tunjangan beras yang saya terima tepat 91 she 5 thou.
Sejak peristiwa ini saya percaya pada takdir, semua sudah ditentukan sejak kita dilahirkan, sehingga saya menjadi pasif terhadap kehidupan ini, tidak bergairah dan tidak menuntut. Setelah terpilih sebagai pelajar negara, saya belajar di sebuah Universitas Beijing. Selama 1 tahun tinggal di Ibukota, saya tertarik akan meditasi dan selalu duduk tenang tanpa pikiran, kehilangan minat belajar dan sama sekali tidak belajar lagi.
Sebelum masuk Universitas Nanjing, saya mengunjungi seorang guru aliran Zen yang bernama Yun Gu di gunung Chishia. Kami duduk berhadapan di ruang meditasi selama 3 hari 3 malam tanpa tidur. Guru Yun Gu lalu bertanya : “Sebagai penyebab orang awam tidak dapat menjadi orang arif adalah terlalu banyak pikiran kacau balau, terlalu banyak keinginan serta terikat oleh nafsu-nafsu indranya. Selama 3 hari meditasi kita, menurut observasi saya, tidak sehelai jua pikiran dan nafsu tidak baik timbul pada diri anda, mengapa?” Saya menjawab : “Tuan Khong telah meramal seluruh nasib kehidupan saya, promosi, jabatan, keuntungan, kegagalan, kematian semua telah ditakdirkan, tidak ada gunanya lagi bagi saya berpikir untuk menginginkan sesuatu, itu sebabnya tidak sehelai jua pikiran timbul dalam meditasi’.
Guru Yun Gu tertawa dan berkata : “Saya kira anda seorang luar biasa yang telah melatih diri untuk mencapai taraf ini, sekarang saya sadar bahwa anda tidak lain juga seorang manusia awam”. Saya merasa heran dan memohon Guru Yun Gu menjelaskannya apakah seseorang dapat luput dari nasibnya, Beliau menjawab : “Manusia awam otaknya selalu dipenuhi oleh pikiran kacau dan angan-angan, sudah tentu mereka terikat oleh Chi dari Yin dan Yang sebagai penentuan yang disebut sebagai takdir. Kita tidak dapat mengingkari bahwa takdir itu ada, akan tetapi hanya manusia awamlah yang terikat olehnya. Takdir tidak dapat mengikat orang yang berbuat banyak kebaikan.
“Karena akumulasi banyak kebajikan, maka akan mengubah takdir menjadi lebih baik. Nasib dibuat sendiri, penampilan seseorang bersumber dari hati, bencana dan keberuntungan tanpa pintu, manusia sendirilah yang mengundangnya”.
Akumulasi kebajikan yang banyak sudah pasti akan mengubah nasib buruk menjadi baik, yang miskin menjadi kaya, pendek umur menjadi panjang umur. Hal yang sama nasib juga tidak dapat mengikat mereka yang banyak membuat kejahatan. Bila seseorang membuat banyak kejahatan, keberuntungan yang dibawa sejak lahir (takdir) akan berubah menjadi bencana.
Selama 20 tahun anda hidup sesuai dengan apa yang diramalkan Tuan Khong dan tidak membuat sesuatu untuk mengubahnya dan terikat oleh nasib anda sendiri. Saya bertanya : “Menurut guru, apakah seseorang dapat mengubah nasibnya dan melepaskan diri dari takdir?” Guru menjawab : “Kita membentuk nasib sendiri, baik atau buruk juga ditentukan oleh diri sendiri. Bila saya berbuat jahat, bencana akan menimpa saya, bila saya berbuat baik, maka keberuntungan akan datang kepada saya. Tertulis juga dalam buku kebijakan kuno, bila seseorang menginginkan kekayaan, reputasi, anak laki/perempuan, panjang umur, ia akan mendapatkannya, hanya dengan membuat banyak kebajikan untuk melepaskan diri dari genggaman nasib.
Mencius pernah mengemukakan bahwa apa yang kita inginkan dapat tercapai dan kita sendiri yang harus melaksanakan, ini adalah yang berkaitan dengan kebajikan, kebaikan moralitas diri sendiri, akan tetapi yang berkaitan dengan kekayaan, kejayaan, reputasi, itu adalah harus melalui pemberian orang lain, bagaimana kita memperolehnya?” Guru berkata lagi : “Perkataan Mencius benar, tetapi anda belum menangkap arti sebenarnya. Hui Neng (guru besar dari aliran Zen) pernah mengajarkan: “Semua ladang kebajikan berada di hati, bila kita mencari dari dalam diri, semuanya dapat tercapai, perbuatan baik akan mengundang keberuntungan dan perbuatan tidak baik akan mengundang bencana. Keberuntungan dan bencana tidak lain tidak bukan hanyalah refleksi dari dalam diri kita sendiri. Bila kita mencari dalam diri kita, bukan hanya menemukan kualitas sifat luhur jati diri, tetapi juga kekayaan, reputasi serta segala keinginan duniawi dan akhirat”.
Bila segala keberuntungan memang sudah ditakdirkan milik kita, kita akan memperolehnya walaupun tidak mengejarnya, akan tetapi bila tidak demikian, walaupun dengan cara menipu, mencuri, berusaha mati-matian mengejarnya kita tidak akan memperolehnya.
Guru berkata lagi : “Bila seseorang mencari keberuntungan dari luar bahkan berbuat kejahatan untuk memperolehnya, dia tidak hanya kehilangan segala budi baiknya, tetapi termasuk segala keberuntungan yang ditakdirkan menjadi miliknya, lebih-lebih lagi ketamakan, kebencian yang berada dalam benak seseorang akan mengurangi keberuntungannya, karena itu kita harus sadar, bahwa tidak ada gunanya bila kita dengan membabi buta mencari keberuntungan. Apa yang diramalkan Tuan Khong tentang kehidupan anda?”
Saya memberitahukan semua yang diramalkan Tuan Khong tentang saya kepada guru. Guru bertanya: “Apakah anda merasa berhak mendapat posisi di pemerintahan atau seorang anak?” Setelah lama mengintrospeksi perbuatan dan sikap saya masa lalu. Saya menjawab : “Tidak, saya tidak berhak mendapat posisi di pemerintah atau seorang anak, mereka yang mendapat
posisi di pemerintah, semua mempunyai penampilan yang baik sedangkan saya tidak, saya juga tidak banyak membuat kebajikan untuk membangun nasib baik, saya tidak sabar dan tidak displin, bicara seenaknya tanpa memperdulikan perasaan orang lain, sombong dan bangga diri. Semua ini adalah tanda-tanda bahwa saya tidak bernasib baik juga tidak berbudi, bagaimana mungkin saya mendapat posisi di pemerintah.” Selanjutnya, kita lihat mengapa Tuan Liau Fan tidak mempunyai anak.
Menyenangi kebersihan adalah baik, tetapi merupakan suatu problem jika kesenangan tersebut sudah melampaui batas. Seperti pepatah kuno “Kehidupan akan tumbuh dari debu bumi, air yang terlalu jernih tidak menghasilkan ikan”.
Alasan saya tidak berhak mendapat anak adalah: pertama saya terlalu menyenangi kebersihan, mengakibatkan kurang memperhatikan orang lain. Alasan kedua adalah saya cepat marah dan emosi.
Keharmonisan adalah suatu latihan untuk semua kehidupan, kasih sayang dan kebajikan adalah dasar untuk memproduksi dan kemarahan/emosi adalah sumber kegersangan.
Alasan ketiga adalah saya terlalu mementingkan reputasi dan tidak mau berkorban apapun untuk kepentingan orang lain. Alasan keempat adalah saya berbicara terlalu banyak sehingga mengkonsumsi terlalu banyak “Chi” (energi). Alasan kelima adalah saya suka minum alkohol yang mengikis semangat saya.
Untuk tetap sehat, seseorang seharusnya tidak bergadang sepanjang malam tanpa istirahat/tidur.
Alasan keenam saya tidak mempunyai anak adalah saya suka bergadang sampai larut malam, tidak memelihara energi, selain ini saya masih mempunyai banyak kesalahan yang terlalu banyak jika diutarakan. Guru berkata : “Lalu menurut anda, ada banyak hal di dunia ini yang anda tidak pantas memilikinya, tidak hanya reputasi dan anak?”
Mereka yang memiliki jutaan dollar pada kehidupan ini, pasti telah mengumpulkan banyak kebajikan berdana pada masa lalunya. Mereka yang memiliki ribuan dollar juga karena telah mengumpulkan perbuatan baik sebanyak itu. Mereka yang meninggal karena kelaparan, sebenarnya adalah karena karmanya harus meninggal dalam keadaan demikian. Mereka harus
jelas bahwa pikiran dan perbuatan masa lampau merekalah yang membentuk nasibnya. Akibat yang kita terima sekarang hanyalah hasil perbuatan diri sendiri. Yang Kuasa tidak berbuat lebih dari hanya menghukum yang jahat sesuai apa yang pantas diterima dan menganugerahi keberuntungan yang pantas bagi yang berbuat baik.
Bencana dan keberuntungan adalah dibuat oleh diri sendiri. Orang bijak sadar bahwa keberhasilan atau kegagalan hidupnya adalah konsekwensi dari perbuatan dan pikiran sendiri, hanya orang awam yang menganggap semua ini adalah nasib/takdir.
Guru berkata : “Melahirkan anak adalah sama dengan buah tumbuh dari bibit, bila bibit ditanam dengan baik, buahnya subur, bila ditanam dengan tidak baik, buahnya juga tidak subur. Sebagai contoh: seseorang bila mengumpulkan kebajikan untuk ratusan generasi, maka ratusan generasi turunannya akan menikmatinya, bila hanya mengumpukan kebaikan untuk 10 generasi, maka hanya 10 generasi turunannya yang menikmati, demikian juga yang 3 generasi dan 2 generasi. Bagi mereka yang tidak mempunyai keturunan, karena mereka tidak membuat kebajikan, sebaliknya memiliki banyak kekacauan. Sekarang anda menyadari kekurangan anda, anda boleh berusaha untuk mengubah apa yang menyebabkan anda tidak mempunyai anak dan posisi di pemerintah, anda harus berbuat baik, sabar, memperlakukan orang lain penuh kasih sayang, harmonis, rawatlah kesehatan, memelihara energi dan semangat anda.
Anggaplah bahwa semua yang lalu sudah berakhir kemarin, masa depan dimulai hari ini. Bila anda mempunyai persepsi ini, maka anda adalah seorang yang baru lahir. Bahkan walaupun bila badan kita terikat oleh nasib, bagaimana mungkin pikiran baik dan disiplin tinggi tidak mendapat perhatian Yang Kuasa? Sesuai yang tercantum dalam buku sejarah Tiongkok . . . . . . . .
Seseorang mungkin dapat melepaskan diri dari takdir asalnya, tetapi seseorang tidak pernah dapat melepaskan diri dari bencana atas kejahatan yang telah dilakukannya. Dengan kata lain, setelah seseorang dapat mengubah nasib hasil perbuatan masa lampau, tetapi bila seseorang terus menerus bertingkah laku amoral, maka tidak akan ada kesempatan untuk menghindari dari bencana
berat.
Guru berkata : “Seperti tertulis dalam buku syair : Manusia harus selalu instrospeksi diri apakah pikiran dan perbuatan sesuai dengan hukum alam dan kehendak Yang Kuasa. Bila seseorang mempraktekkan cara ini, niscaya
keberuntungan akan diperoleh tanpa dicari. Untuk memilih keberuntungan atau
sebaliknya adalah tergantung pada diri sendiri.
Tuan Khong telah meramal bahwa anda tidak mendapat posisi di Pemerintah dan seorang anak. Kita dapat menganggap ini adalah takdir, tetapi itu dapat dirubah. Anda hanya perlu mengubah kebiasaan buruk anda. Praktekkan kebaikan untuk mengumpulkan kebajikan. Ini adalah usaha anda untuk membangun nasib baik, tidak ada orang yang dapat merampas dari anda. Bagaimana mungkin anda tidak dapat menikmatinya?
Dalam buku I Ching (buku tentang perubahan) tertulis : membantu orang akan membawa keberuntungan dan menghindari bencana! Pada bab pertama buku I Ching juga tertulis : “Keluarga yang membuat kebajikan akan mewariskan keberuntungan kepada anak cucunya. Anda percaya itu? “Saya mengerti dan percaya apa yang diajarkan guru dan memberi penghormatan yang besar kepadanya. Lalu saya menyesali segala perbuatan2 buruk masa lalu, besar atau kecil. Saya menulis keinginan saya untuk lulus dalam ujian negara dan bersumpah akan membuat tiga ribu jenis kebajikan untuk menunjukkan rasa terima kasih dan syukur kepada Leluhur, Langit dan Bumi. Setelah mendengar sumpah saya, guru Yun Gu memberikan saya satu daftar dan mengajarkan saya bagaimana mencatat perbuatan baik dan tidak baik yang telah saya janjikan. Beliau memberitahukan bahwa perbuatan buruk akan menetralisir perbuatan baik yang telah saya kumpulkan.
Bila seseorang berkeinginan sesuatu untuk mengubah nasib, yang terpenting adalah pikiran yang tenang, dengan cara ini, keinginan tersebut dapat tercapai. Mencius menulis dalam bukunya yang berjudul : “Prinsip untuk membentuk nasib bahwa tidak ada perbedaan antara panjang umur dan pendek umur”, sekilas pandang, seseorang akan merasa sangat sulit untuk dimengerti, bagaimana panjang umur dan pendek umur itu sama?
Sebenarnya bila kita melihat ke dalam diri kita, kita akan menemui tidak ada perbedaan. Kita memandangnya dari segi persamaan dan hidup bermoral tanpa memperdulikan saat yang baik atau buruk, bila seseorang dapat mempraktekkan sesuai, niscaya seseorang dapat menguasai kekayaan dan kemiskinan. Oleh sebab itu, bila seseorang sanggup membangun dan membentuk nasib sendiri, tidak ada masalah apakah saat ini kita kaya atau miskin.
Seperti seorang yang kaya raya tidak berbuat sembrono karena dia kaya, dan seorang yang miskin tidak berbuat kejahatan karena dia miskin, dalam hal yang sama, seseorang harus melaksanakan tanggung jawabnya untuk tetap sebagai seorang manusia sejati.
Guru berkata : “Jika seseorang dapat mempraktekkan moralitas dalam kondisi apapun, sudah tentu dia akan mengubah miskin menjadi kaya, yang kaya dapat mempertahankan kekayaannya lebih lama. Demikian juga pandangan yang sama terhadap panjang umur dan pendek umur, seseorang yang mengetahui bahwa dia berumur pendek seharusnya tidak berpikir : Saya sudah harus meninggal, tidak perlu berbuat kebajikan, saya akan mencari keuntungan dengan mencuri dan membunuh sewaktu saya masih sanggup.
Sebaliknya, seseorang yang sudah mengetahui bahwa dia akan berumur pendek, harus lebih rajin melatih diri untuk membuat kebajikan, untuk memperoleh umur yang panjang pada kehidupan yang akan datang dan mungkin dengan melaksanakan banyak kebaikan bahkan dapat memperpanjang umurnya sekarang. Seseorang yang panjang umur janganlah
berpikir, bahwa saya masih banyak waktu di dunia ini, tidak masalah bila sesekali berbuat kesalahan”.
Mendapat umur panjang tersebut tidak mudah, malahan harus lebih giat berbuat kebajikan dan melatih budi luhur diri, kalau tidak, kita akan cepat menghabiskan umur yang panjang tersebut karena dikompensasikan dengan tindakan amoral.
Guru berkata : “Seseorang yang mengerti prinsip ini, akan mengubah umur pendek menjadi umur panjang melalui sikap luhur dan kebajikan. Masalah hidup dan mati adalah hal yang paling kritis dalam kehidupan. Oleh sebab itu, umur panjang atau pendek juga merupakan hal yang terpenting bagi kita. Demikian juga masalah kaya dan miskin, reputasi baik dan jelek”.
Itu sebabnya Mencius tidak menjelaskan lagi masalah kaya/miskin, reputasi baik/jelek tersebut di atas, karena Beliau telah menjelaskan tentang umur panjang dan umur pendek dan itu adalah hal yang sama prosesnya.
Lalu guru mengajarkan kepada saya ajaran Mencius tentang pelatihan diri. Seseorang yang ingin melatih diri, harus melaksanakan setiap hari dan setiap saat, waspada akan perbuatan sendiri, meyakinkan diri bahwa setiap perbuatan dan pikiran itu tidak melanggar hukum/ peraturan, ingat bahwa untuk mengubah nasib adalah tergantung kepada akumulasi kebajikan, agar mendapat berkah dari Yang Kuasa. Saat melatih diri, seseorang harus sadar akan kesalahan yang telah diperbuatnya dan segera berusaha mengoreksinya/mengaku salah persis seperti kita mengobati diri saat sakit.
Ketekunan adalah faktor utama dalam pelatihan ini dan bila hal ini telah matang segera kita menerima hasilnya. Saat ini, nasib seseorang sudah pasti berubah menjadi lebih baik. Kita harus berusaha menghapus semua kebiasaan dan pikiran yang buruk. Kita akan benar-benar mendapat manfaat yang nyata bilamana kita telah mencapai ke tingkatan “tanpa pikiran”.
Tadinya saya bernama Shuei Hai, yang berarti “berpengetahuan luas” setelah menerima ajaran guru ini, saya mengubah nama menjadi Liau Fan yang berarti “Melampaui/menyadari keadaan umum”, menunjukkan bahwa pengertian saya akan kebenaran untuk mengubah nasib sendiri dan saya tidak ingin menyerupai manusia biasa yang membiarkan diri dikontrol nasib.
Sejak itu, saya selalu waspada akan semua pikiran dan perbuatan saya. Saya sangat hati-hati dan teliti dalam pikiran dan pengambilan tindakan, sehingga saya merasa telah berbeda dari sebelumnya. Dahulu, saya selalu sembrono, tidak konsentrasi dan saya sama sekali tidak disiplin.
Sekarang, saya sangat teliti dan hati-hati berpikir, berbicara dan berbuat, saya bahkan mempertahankan sikap ini pada saat bila sedang sendirian, karena saya sadar Yang Kuasa, Dewa, Malaikat yang berada di mana-mana sedang mengawasi segala pikiran dan tindakan saya. Bahkan bila bertemu dengan orang yang tidak menyenangi dan mencaci maki saya, saya dapat menerima dengan sabar dan tenang, tidak ada perasaan unuk melawan atau bertengkar dengan mereka.
Setahun setelah saya menemui Tuan Khong, saya mengikuti ujian dasar negara, yang mana Tuan Khong meramal bahwa saya akan mendapat ranking 3, ternyata saya mendapat ranking pertama, ramalan Tuan Khong tidak akurat lagi. Tuan Khong meramal bahwa saya sama sekali tidak akan lulus dalam ujian akhir negara, tetapi pada musim gugur, saya berhasil lulus. Ini adalah di luar takdir saya, tetapi saya mendapatkannya.
Guru berkata : “Nasib dapat dirubah”.
Sekarang saya lebih mempercayainya! Walaupun saya telah banyak mengoreksi kesalahan saya, saya menemukan bahwa saya tidak dapat sepenuh hati melakukan sesuatu, walaupun saya melaksanakannya, tetapi masih merasa terpaksa dan tidak dengan hati yang tulus. Saya mengintrospeksi ke dalam diri dan menemukan masih banyak kekurangan.
Banyak orang mempunyai kesempatan membuat kebajikan, tetapi tidak antusias membuatnya atau ragu-ragu bila sedang membantu sesama yang memerlukan bantuan tersebut.
Kadang-kadang saya memaksa diri berbuat baik, tetapi ucapan saya masih tidak ramah dan penuh emosi, saya masih dapat berlaku baik bila sedang tenang, tetapi setelah minum alkohol, saya akan kehilangan disiplin dan bertindak tanpa dapat mengontrol diri. Walaupun saya selalu praktekkan kebajikan dan mengumpulkan pahala, tetapi kesalahan dan kekurangan saya sangat banyak sehingga menghapuskan perbuatan baik saya. Waktu saya banyak terbuang sia-sia dan tidak berharga, saya memerlukan waktu 10 tahun untuk mencapai 3.000 jenis kebaikan yang saya janjikan.
Saya memohon untuk mendapat anak dan berjanji akan membuat 3.000 jenis kebajikan lagi, beberapa tahun kemudian mama anda melahirkan anda dan memberi nama Tian Chi.
Setiap kali saya melakukan satu kebaikan, saya mencatat di sebuah buku, mama saya buta huruf, menggunakan bulu angsa sebagai pena dan mencelup ke dalam tinta membuat satu lingkaran merah di kalender untuk menandai setiap perbuatan baik yang telah dilakukannya. Kadang kala dia memberi makanan kepada orang miskin, atau membeli binatang di pasar lalu melepaskannya di hutan, dia mencatat semua ini dengan lingkaran merah di kalender, dia sering dapat mengumpulkan lebih dari 10 lingkaran merah dalam satu hari.
Setiap hari kami mempraktekkan ini selama empat tahun, 3.000 kebajikan dapat diselesaikan. Sekali lagi saya membuat persembahan di rumah kita. Pada tanggal 13 September tahun yang sama, saya membuat permohonan ketiga, untuk lulus dalam ujian pada level “Jinshr”. Saya berjanji akan membuat 10.000 kebaikan, tiga tahun kemudian permohonan saya tercapai, saya lulus ujian level
Jinshr, dan diangkat sebagai Bupati di Propinsi Baodi. Di kantor, saya menyediakan sebuah buku kecil untuk mencatat kebaikan dan kesalahan yang telah saya buat dan menamakannya “Buku Disiplin Pikiran”.
Buku tersebut dinamai “Buku Disiplin Pikiran” dengan harapan untuk membantu Tuan Liao Fan menghindari diri dari keegoisan dan pikiran-pikiran tidak baik.
Sejak hari itu, saya mencatat semua perbuatan baik dan buruk saya dalam buku tersebut dan meletakkannya di atas meja saya. Setiap petang saya membakar dupa di sebuah altar kecil di kebun untuk melaporkan segala perbuatan saya kepada Yang Kuasa. Suatu kali, mama saya sangat prihatin ketika melihat saya tidak dapat membuat banyak kebaikan dan bertanya : “Dahulu kala, saya dapat membantu anda membuat banyak kebaikan dan sanggup menyelesaikan 3.000 kebaikan. Sekarang, anda berjanji akan membuat 10.000 kebaikan, di kantor ini kesempatan kita untuk berbuat kebaikan sangat kecil, berapa lama janjimu dapat dipenuhi?”
Malam itu, setelah mama saya berkata hal ini, saya bermimpi bertemu dengan seorang malaikat dan saya mengatakan masalah saya dalam menyelesaikan 10.000 kebajikan tersebut. Malaikat tersebut berkata: “Ketika anda menjabat sebagai Bupati, anda menurunkan pajak untuk sewa ladang bagi para petani, itu adalah kebajikan yang besar sekali, pahala ini telah mencakup 10.000 kebajikan yang anda janjikan, janji anda telah terpenuhi”. Memang petani di Propinsi Baodi harus membayar pajak yang sangat tinggi ketika saya tiba di sana. Saya menurunkan pajak atas ladang padi tersebut hampir setengahnya, akan tetapi saya masih merasa aneh…
Bagaimana malaikat tersebut mengetahui tentang penurunan pajak tersebut? Tuan Liao Fan tetap meragukan dan heran bagaimana hanya sebuah perbuatan dapat menandingi 10.000 kebajikan.
Kebetulan, guru besar aliran Zen, Huang Yu sedang melakukan perjalanan ke gunung U Thai dan singgah di Baodi, saya mengundangnya ke rumah, menceritakan tentang mimpi dan bertanya apakah itu dapat dipercaya? Guru Huan Yu berkata : “Ketika membuat kebaikan, seseorang harus jujur dan tulus serta tidak mengharapkan balasan atau bertindak salah. Bila seseorang
membuat kebaikan dengan jujur dan tulus, tentu saja hanya satu perbuatan dapat dibandingkan 10.000 kebajikan. Selain itu, tindakan anda denganmenurunkan pajak di Propinsi ini, bermanfaat bagi lebih dari 10.000 penduduk, anda telah meringankan penderitaan rakyat karena harus membayar pajak yang tinggi. Anda sudah pasti akan memperoleh keberuntungan yang sangat besar dari tindakan ini”.
Setelah mendengar kata-kata guru Huan Yu, hati saya dipenuhi oleh perasaan bersyukur dan segera memberikan semua tabungan saya kepada Beliau untuk dibawa ke gunung U Thai, saya memesan agar uang itu dipergunakan untuk mempersembahkan makanan Vegetarian bagi 10.000 Bhiksu dan membantu saya menyalurkan pahala atas tindakan ini.
Dari tindakan Liao Fan ini, dapat dinilai bahwa Beliau adalah seorang dermawan yang dapat bertindak cepat, MEMBERI tanpa sedikit juga keraguan dan perasaan terpaksa, inilah penyebab Beliau memperoleh keberuntungan raksasa yang tidak ternilai.
Liao Fan bukan berasal dari keluarga kaya, Beliau percaya hukum karma, Beliau adalah seorang pejabat yang taat hukum dan bersih, tidak KKN, tidak mau mengambil uang haram. Hasil seorang pejabat negara seberapa? Tetapi Beliau rela dan segera menyumbangkan seluruh tabungannya, ini adalah sebuah tindakan luar biasa yang sulit ditemui.
Tuan Khong telah meramalkan bahwa saya akan meninggal pada umur 53 tahun, tetapi saya tetap hidup sampai sekarang 69 tahun tanpa menderita penyakit apapun, walaupun saya tidak memohon panjang umur dari Yang Kuasa. Sekarang saya berumur 69 tahun, dan telah hidup lebih 16 tahun dari yang telah ditakdirkan. Dalam buku Su Ching Tiongkok tertulis . . .
“Hukum alam tidak mudah dipercaya dan tidak mungkin tetap saja/tidak berubah, terlebih-lebih takdir tidak mungkin tidak berubah”.
Sejak itu saya percaya, orang yang berkata bahwa bencana dan keberuntungan adalah takdir, pasti dia adalah seorang awam, jika dia berkata bahwa bencana dan keberuntungan adalah tergantung kepada hati masing-masing individu, berbuat kebaikan akan mendapat nasib yang baik, orang ini pasti seorang manusia sejati, seorang bijak dan seorang Nabi.
Tian Chi anakku, saya tidak mengetahui perjalanan kehidupan anda bagaimana? Akan tetapi kita selalu bersiap untuk menghadapi keadaan yang paling jelek, karena itu, walaupun dalam keadaan makmur, tetaplah hidup sederhana, bila segala sesuatu berjalan lancar, tetaplah bersikap mawas diri dan waspada, bila anda kaya raya, tetaplah hidup hemat dan sederhana, bila disayangi/didukung orang, janganlah sombong, bila dijunjung tinggi/dihormati orang, janganlah membanggakan diri, bila anda berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas, tetaplah menghormati orang, jangan malu bertanya, karena setiap orang pasti ada kelebihannya yang tidak kita ketahui, pasti ada orang yang lebih pintar, lebih hebat dari kita. Selalulah laksanakan sedemikian rupa, berpegang teguh pada moralitas, kontrol diri, maka kita akan memiliki budi luhur, mengubah nasib dan mendapat berkah.
Selalu melatih diri agar nama baik leluhur tidak tercemar, setiap hari berusaha memperbaiki serta menebus dosa orang tua, ke atas selalu ingat jasa negara dan masyarakat yang telah membimbing kita, ke bawah berusaha mensejahterakan istri anak, selalu bersiap untuk membantu orang yang memerlukan, selalu berdisiplin ketat terhadap diri, selalu instropeksi dan
mengoreksi diri. Suatu saat bila anda merasa puas dalam keadaan begini, menganggap diri adalah seorang yang sempurna, tidak mempunyai kesalahan/kekurangan, maka anda telah mengalami kemunduran. Orang-orang pintar di dunia karena merasa diri adalah orang sempurna sehinga menolak melatih moralitas dan membentuk akhlak yang baik, tidak dapat memajukan
usahanya, semua ini karena kelengahan mereka, malas dan hanya menginginkan kesenangan.
Tian Chi, ajaran Guru Yun Gu benar-benar sangat tepat dan berbobot, sebagai manusia sepantasnyalah giat mempelajarinya, tekun mempraktekkannya, bijaklah mempergunakan setiap detik waktu anda untuk melatih diri, mengisi diri, jangan menyia-nyiakannya.
”Nilai suatu kehidupan bukanlah berdasarkan seberapa banyak yang kita dapat, melainkan berdasarkan seberapa banyak kita telah memberi kepada yang benar-benar memerlukan”.
Hengki Suryadi
Catatan Admin : Tulisan ini terdiri dari Empat bagian
***
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net , NAMA PENULIS dan LINK aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.