Budaya-Tionghoa.Net |Kebudayaan dan filosofi Tiongkok sangat besar dalam perubahan yang sangat menentukan di Benua Eropa. Eropa di abad 16 , sedang di landa konflik sektarian akibat munculnya Reformasi Protestan. Jesuit muncul sebagai jawaban Kontra-Reformasi.
Jesuit banyak melakukan misi di benua Asia, seperti Jepang dan Tiongkok.
Penerjemahan Besar2an Dari Tiongkok ke Eropa.
0. Michele Ruggieri 羅明堅(1543-1607) , datang dari Goa mencapai Macao . Menjadi Jesuit pertama yang memakai nama Tiongkok.
1. Gonzales Mendoza (1540 – 1617) . Membuat laporan tertulis pertama The History of the Great and Mighty Kingdom of China and the Situation. Buku ini di terjembahkan ke dalam 7 bahasa.Dan di reprint 28 kali. Edisi pertama muncul di Roma tahun 1585.
2. Matteo Ricci 利瑪竇 (1522 – 1610) , Jesuit paling termashur juga diarynya di edit oleh Nichlas Trigault,SJ dan diberi judul “De Christiana Expeditione Apud Sinas Suscepta ab Societas Jes “. Diterbitkan tahun 1642 dan iterjemahkan ke dalam 6 bahasa. Selain juga Ricci menerjemahkan banyak buku terutama Confuciusism.
3. Alvarez de Semedo , Tidak seperti umumnya Jesuit yang ada disekitar Peking (Beijing) , Semedo malah tinggal di selatan Tiongkok. Tahun 1625 Semedo mengunjungi X’ian dan menjadi orang Eropa pertama yang recovered Nestorian Tablet. Tahun 1640 Semedo kembali ke Portugis dan membuat laporan “Relacao de Propagacao de fe regno da China e Outros”. Melalui bantuan Manuel de Faria I Sousa di publish kembali dengan judul ” Imperio de La China ( Madrid 1642). Di terjemahkan ke bahasa Italia (1643) , Prancis (1645) , Inggris (1655). Peran Semedo dalam fenomena sinophile di Eropa cukup besar karena bukunya mencakup Tiongkok secara luas ,mulai dari habit , bahasa, permainan , pernikahan , senjata militer , nobility, pemerintahan , muslim Tiongkok , Yahudi di Tiongkok.
4. Martino Martini 衛匡國 (1614-1661) menulis saat Manchu menguasai Tiongkok (De Bello Tartaric Historia) yang mencapai sukses di Eropa dan dibuat dalam 28 edisi dan 8 bahasa. Martini juga Diterjemahkan kedalam 9 bahasa dan 21 edisi . Martini juga menyiapkan Novus Atlas Sinensis (1655). Atlasnya bisa di download http://www.library.csuhayward.edu/atlas/reprod_index.htm
5. Athanasius Kircher (1601 – 1682) , menulis “China Ilustrata , dan diterbitkan di Amsterdam(1667)
6. Jean Bapttist Halde , menulis buku ” Description geographique , historique , chronologique, politique et pshysique de l’ Empire de la Chine et de la Tartarie Chinoise. (1735)
7. Tao Te Ching , muncul di British Royal Society (1788)
8. Philippe Couplet 柏应理(1623 – 1693) mempublikasikan terjemahan dari , The Analects, Doctrine of The Mean , Great Learning.(1687)
9. Francois Noel
a. Da Xue (Great Learning)
b. The Zhong Yong ( Doctrine of The Mean)
c. The Lun Yu (Analects
10. Christian Wolff mengkaji buku tulisan Francois Noel dalam Acta Eruditorum (1711-12). Dan Wolff (Oratio de Sinarum Philosophia)
11. Leibniz menulis “Novissima Sinica” 1697
12. Theophil Sigfried Bayer (1694 – 1738) berhubungan dengan jesuit dari Prancis yang sedang berada di Beijing , lantas menulis buku the horis sinicis et cyclo hororario .(St Petersburg 1735)……..(kamus latin –
chinese)
13. Voltaire (1694-1778) , De La Chine Article (1764)
**
Leibniz
Leibniz ,seorang ilmuwan genius yg terkenal, Ketertarikan Leibniz terhadap Tiongkok di mulai pada tahun 1668 setelah membaca buku2 terjemahan tentang tiongkok. 1689 Leibniz bertemu dengan seorang Jesuit , Claudio Filipo Grimaldi yang menjadi jembatan Leibniz untuk bekorespodensi dengan jesuit2 yang sedang berada di tiongkok.1697 Leibniz mempublikasikan “Novissima Sinica” kumpulan document Tiongkok termasuk perjanjian Treaty of Nerchinsk antara Russia dan Tiongkok. Koresponden Leibniz dan Joachim Bouvet (白晋) berlangsung dalam 14 kali surat menyurat. Bouvet bahkan sempat mengajari Kaisar Kang Xi . Bouvet fokus pada I – Ching . Dan dari hasil korespondensi itu Leibniz berkenalan dengan I Ching , mengilhami sistem bilangan biner Leibniz.
Pendapat:
1. Leibniz berpendapat bahwa Eropa dan Tiongkok saling melengkapi satu sama lain , western physics dan eastern ethics . Eropa unggul dalam teoritis tapi lemah dibidang etika dan politik.
2. Sekalipun Leibniz seorang protestan , tapi Leibniz berada pada pihak Jesuit dalam Rites Controversy. Leibniz menilai Toleransi beragama juga di perlihatkan oleh kebijakan Kang Xi , dapat di adopsi untuk konflik protestan vs katolik yang mengancam Eropa. Dijaman Leibniz , Prancis dibawah Louis XIV mengeluarkan Edict of Nantes (1598) dan melakukan persekusi terhadap kaum Huguenot. Leibniz berharap agar Eropa , khususnya Prancis untuk meniru Tiongkok dalam hal toleransi beragama. Tetapi muncullah Rites Controversy , dimana Tiongkok di judge sebagai negara pagan. Ordo Dominika yang menjegal Jesuit , dan berujung pada tindakan balasan dari Tiongkok.
3. Untuk bidang etika politik , Leibniz merujuk pada Confucianisme. Terhadap dimensi etika dan politik , Leibniz sama sekali tidak mengaitkan logika dan matematika.
I praise the foresight of Matteo Ricci, a great man, for following the example of the Church Fathers who interpreted Plato and other philosophers in a Christian fashion. Let us suppose he didn’t understand properly-may we not for this reason retain their opinions, like gold, purged of all impurities? If we ever impute to Confucius doctrines that are not his, certainly no pious deception would be more innocent, since danger to those mistaken and offence to those who teach is absent. (Leibniz , On The Civil Cult of Confucius , 1700)
4. Dalam karya sentralnya atas filosofi Tiongkok , (The Discourse on Natural Theology of The Chinese) , Leibniz menerjemahkan konsep Neo Confucian dari li (principle) , qi (energy/force) dan taiji (the great ultimate) ke dalam konsep metafisika. Untuk menyokong dari diskursus tersebut , Leibniz secara explisit menggunakan karya Neo Confucian di abad ke 12 , Zhu Xi , yang diterjemahkan oleh Longobardi , SJ. Leibniz gagal mengkaji pengaruh buddhist dan taoist ke pemikiran Neo Confucian , tapi tetap melanjutkan etika Confucian yang di motivasi dengan semangat yang sama.
But who would have believed that there is on earth a people who, though we are in our view so very advanced in every branch of behaviour, still surpass us in comprehending the precepts of civil life? Yet now we find this to be so, as we learn to know them better. And so if we are their equals in the industrial arts, and ahead of them in contemplative sciences, certainly they surpass us (though it is almost shameful to confess this) in practical philosophy, that is, in the precepts of ethics and politics adapted to present life and use of mortals. Indeed, it is difficult to describe how beautifully all the laws of the Chinese, in contrast to those of other peoples, are directed to the achievement of public tranquillity and the establishment of social order, so that men shall be disrupted in their relations as little as possible. (Leibniz , Novissima Sinica )
5. Confusianism bahkan berperan penting dalam sejarah evolusi Akunting. Accounting must be proper (Confucius) . Confucius adalah manajer warehouse. Spirit Confucius menuntun rakyat Tiongkok selama ribuan tahun untuk membentuk kembali kehidupan sosial dalam setiap fase evolusi. Contohnya , adalah evolusi metode penyimpanan buku sebagai satu dari teknik mutakhir Tiongkok selama ribuan tahun. Ide utama dari evolusi akunting di Tiongkok adalah “spending no more than income” yang di adopsi sejak jaman Zhou Dinasty. Sepanjang Dinasti Han, perbedaan antara profit , expense , cost telah dikenal. Dinasti Ming telah mengembangkan revenue sources dan reducing expenditures. Juga mengembangkan warehouse management theory. (Chow , et al 2007) . Secara keseluruhan , sepanjang sejarah Tiongkok , telah dikembangkan , internal checking, external auditing , design of accounts dan reports , auditing organisations, bookkeeping methods, budgeting, standard costing, management regulations. Dan antar hubungan pribadi , Guan Xi adalah term sosial yang menggambarkan jaringan network.
“In the cult which the Chinese display towards Confucius and other deceased worthy of merit,especially their own ancestors, it apparently happens that there are rites which many elsewhere would view as religious ones. But it is quite certain that these symbols are mostly so ambiguous that their veneration can be seen as some sort of political cult, like emperors… We indeed know the Chinese people have gone to more extremes in ceremonial pomp than other nations, and i this regard they have fallen into excess. But such excesses do not require a strict interpretation. Therefore one must examine their opinions on souls on the basis of the appropriate evidence. This is especially important if according to the writings canonized by scholars, one could demonstrate that the literati thought that the souls of Confucius…” (Leibniz , Novissima Sinica ) Artikel , The Historical Evolution of Accounting In China) (Novissima Sinica) : Effect of Culture (2nd Part) , Juni , 2008
6. Memuji sebuah negara yang sudah divonis negara pagan adalah tindakan nekat bisa berujung pada persekusi (Seperti kelak di alami oleh Christian Wolff) . Jadi seperti umumnya pada jaman itu , buku2 yang dinilai rawan hanya dapat di publikasikan secara terbatas atau bahkan pribadi. Karena itu di jamannya , Novissima Sinica – Leibniz hanya di cetak tidak lebih dari 50 buku.
Christian Wolff
1. Muridnya Leibniz , Christian Wolff memberi pidato pelantikan di Universitas Halle tahun 1721. Diberi judul “De Sinarum Philosophia Practica” atau kelak disebut “La Belle Wolfienne”. Hal ini membuat Wolff diusir dari tanah Prusia , karena kaum Pietist berhasil meyakinkan raja Prusia.
2. Peristiwa itu direkam oleh Voltaire dalam “De La Chine” (1764)
Wolff dan Filosofi Tiongkok
Persamaan antara Wolff dan etika Tiongkok apa yang Wolff sendiri sebut sebagai decorum.
a. Decorum adalah sama dengan Ritual Confucian (li) , yang juga menjadi topik dalam The Rites Controversy. Decorum juga bisa berarti “The Tao of the ancient kings” (lao wang zhi dao , Analects 1.12) . Neo Confucianist menamakan decorum of heaven ( tian li)
d. Confucius mendefinisikannya sebagai form of humaneness (ren). Sebagai negatif golden rule
“Do not impose on others what you would not like yourself. (ji suo bu yu, wu shi yu ren, Analects 12.2).
Sebaliknya , Christian Thomasius (1655-1728) mengartikan decorum sebagai positive golden rule ( quod vis ut alii tibi faciant , tu ipsis falacies)
b. Wolff bermain dengan bentuk2 dan fungsi2 yang tidak saja mempertajam kemampuan kognitifnya , tapi juga mensupply dengan perspektif Tao .
When I took on the arduous business [of applying the geometric method to philosophy], I had to learn that extraordinary progress is still needed in mathematics for the sake of its heuristic structure . . .I also understood that the entire philosophical canon had to be tied to mathematics. . . . Then I developed the ontological concept of perfection . . . and was blessed ( mihi datum fuerat) to see in metaphysics the perfection of the entire universe . . . Afterwards I thought about the direction of free actions toward the perfection of the microcosm (directionem actionum liberarum ad perfectionem microcosmi ).
b. Ketika Wolff menerapkan struktur heuristic matematika ke dalam filosofi, Wolff melihat batasan . Tapi kemudian dia mempelajari
I realized that this direction [of free actions] is not different from the one prescribed by the laws of nature (eam non diversam esse ab illa, quae lege naturali praecepta . . . habetur). That is, the same direction that strives for the perfection of the microcosm also strives for the perfection of the macrocosm (eandemque directionem, quae ad microcosmi perfectionem tendit, ad ipsam macrocosmi tendere perfectionem). So I was finally convinced that the first principle . . . of decorum itself is the direction of human activity to the perfection of the microcosm, and consequently to the perfection of the macrocosm. (l. 42-45)
c. Walau sudah berada di usia tua , Wolff adalah perintis di masa mudanya, dan Immanuel Kant beruntung menuntut ilmu darinya
Attentively studying the Classics . . . I was certain (nullus dubitavi) that the . . . Chinese, particularly Confucius, had the same notion, albeit confused and vague, a notion that can therefore be seen only by people who are getting it (ut non agnoscatur nisi a possidente).
c. Sekarang Wolff mendapat perhatian. Wolff tidak peduli walau “seeing the nature” (guandao ziran) memprovokasi pendengarnya di universitas Halle termasuk Joachim Lange (1670 -1744) yang di inaugurasi menggantikan Wolff yang didepak setelah Wolff mengeluarkan pidato berupa litani2 terhadap Tiongkok dan Filosofinya. (De Sinarum Philosophia Practica)
After I rationally confirmed the doctrines and facts of the Classics, I understood that my ethics and Chinese ethics match (praxin Sinarum a mea abludere intelligebam).
Voltaire
Voltaire adalah seorang sinophile. Bukti penting dari sinophilia-nya ada pada L’ Orphelin de la Chine (1755) yang merupakan adaptasi dari drama Tiongkok Zhaoshi gu-er di era dinasti Yuan.Voltaire juga berusaha membuktikan pandangan Rosseau yang salah , tentang Tiongkok sebagai bukti peradaban yang terdegradasi. Voltaire menulis drama Tiongkok untuk menunjukkan sebaliknya dengan menunjukkan natural superiority of reason diatas barbarism mengambil tokoh sentral Genghis Khan.
Disetiap kesempatan Voltaire selalu membela Tiongkok dari serangan Montesquie yang mengatakan bahwa
“China wasn’t ruled by reason and wisdom , as depicted by the Jesuit, but by the rod” (L’esprit des Lois ,1748), Rosseau dan lain2 . (Voltaire’s L’ Essai sur les moeurs et l’esprit des nations (1756)
Immanuel Kant
Nietsche menyebut Kant(1724-1804) sebagai “Chinaman of Konisberg”. Tapi ada lagi yang menyebutnya ” Tao of Konisberg”.
Masalah Immanuel Kant ini biarlah menjadi pekerjaan rumah buat Insinyur Nyoo .
Kesimpulan
1. Sejak kiprah Jesuit di Tiongkok , sebenarnya sudah terjadi apa yang Leibniz katakan : to erect scientific academis in Europe and China , which should enable scientific exchange. Jadi banyak sekali pemikir Eropa terkemuka , mulai dari Leibniz , Christian Wolff , Voltaire , dll sebagai sinophile. Nietsche sendiri menjuluki Kant sebagai “The Chinaman of Konigsberg”.
2. Penemuan bangsa Tiongkok juga di akui Francis Bacon dalam Novum Organumnya sebagai .
Printing, gunpowder and the compass: These three have changed the whole face and state of things throughout the world; the first literature, the second in warfare, the third in navigation; whence have followed innumerable changes, in so much that no empire, no sect, no star seems to have exerted greater power and influence in human affairs than these mechanical discoveries.”[ (Francis Bacon – Novum Organum)
3. Jadi yah sebenarnya peradaban barat itu pertama2 di topang oleh filsafat yunani , terus medieval ditopang oleh translate besar2an buku berbahasa Arab , dan di generasi dunia baru , di topang oleh transfer2 pengetahuan dari Timur Jauh terutama Tiongkok.
Referensi
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/38464
- David E. Mungello, “Curious Land: Jesuit Accommodation and the Origins of Sinology”, University of Hawaii Press, 1989
- Juan Gonzalez de Mendoza, George Thomas Staunton, “The History of the Great and Mighty Kingdom of China , Hakluyt Society, 1854: v.2 Original Harvard University
- “Asia in the Making of Europe: A Century of Advance”, Book 2, South Asia, , University of Chicago Press
- http://www.fordham.edu/halsall/eastasia/781nestorian.html
- Adrian Hsia, Taiwan Journal of East Asian Studies , Euro Sinica
- The Orphan of China (Voltaire): A Tragedy, as it is Perform’d atthe Theatre-Royal, in Drury-Lane , Arthur Murphy, Jean-Baptiste Du Halde (1759)
- Jesuit Journeys In Chinese Studies , Yves Camus , Macao Ricci Institute World Conference on Sinology 2007 , Renmin University of China , Beijing.
- John Lust, “Western Books on China published up to 1850”, in the Library of the School of Oriental and African Studies, University of London.
- The Historical Evolution of Accounting In China) (Novissima Sinica) : Effect of Culture (2nd Part) , Juni , 2008
- The Orphan of China (L’ Orphelin de la Chine) , Oxford , Voltaire, (English Version)
- Martin Schonfeld, Kant’s Thing In Itself , or The Tao of Konigsberg. Presidential Address of the 48th Annual Meeting of The Florida Philosophical Association. , University of South Florida and National Taiwan University.(2003)
Photo Credit
- Novissima Sinica Cover