Budaya-Tionghoa.Net | Tulisan dan Ada . Demikian pidato Nadine Gordimer, seorang wanita Yahudi cemerlang seperti halnya Arendt, di podium penghargaan Nobelnya. Pidato ini menceritakan petualangan bagaimana suatu kata-kata itu berkembang , dari semula verbal , kemudian menjadi tulisan (yg selama ini kita baca) , dan sekarang kemudian lebih dekat ke langit , mengalami transformasi dan disiarkan melalui satelit. Pidato Gordimer ini menggenapi Bacon , makna keabadian dan eksistensi dari tulisan.
|
Barang siapa menguasai kata , dia memiliki kuasa , mempunyai jam tayang yang tinggi (prime time) . Hitler menggunakan kekuatan orasinya , gagasan di pikirannya menjelma menjadi kata(dalam bentuk suara) mendikte pendengar untuk tunduk. Saat gagasan itu menjelma menjadi kata (dalam bentuk text) , Mein Kampf , bukunya menjangkau lebih banyak orang lagi , di kabarkan Hitler menjadi kaya dari royalti buku ini saja. Hitler dari prajurit kelas teri , seniman gagal , menapak naik menjadi Fuhrer.
Peninggalan tertulis paling awal juga menunjukkan eksistensi suatu peradaban. Entah siapakah yang lebih tua dan lebih awal itu bukan esensi yang ingin saya sampaikan , tapi Bangsa Tiongkok dikenal sebagai negara dengan sejarah panjang karena peninggalan tertulis mereka berlangsung ribuan tahun dan kontinue. Pentingnya tulisan ini memberi peran tinggi bangsa Tiongkok ini , dalam peran sentral mereka di dunia klasik , berkaitan dengan teknologi kertas dan printing.
Printing, gunpowder and the compass: These three have changed the whole face and state of things throughout the world; the first literature, the second in warfare, the third in navigation; whence have followed innumerable changes, in so much that no empire, no sect, no star seems to have exerted greater power and influence in human affairs than these mechanical discoveries.”[ (Francis Bacon – Novum Organum)
Teknologi printing yang memungkinkan terjadinya multiplikasi , penggandaan , ide , gagasan , bisa menyentuh lebih banyak orang lagi. Memungkinkan terjadinya dialog sebagai bagian dari writing , reading , pada akhirnya speaking , listening dan dialog itu sendiri . Semuanya masih dalam rumpun kata. Suatu dialog tanpa putus , mensimulasikan suatu “healthy politics” dalam impian Sokratik-Arendt ,tentang suatu masyarakat Athena , Athenian (bukan Spartha-nya Rosseau) . Suatu diskursus agonistik , seperti perlombaan atletik di masa Yunani Kuno dimana masalah menang tidak menjadi soal .
{.For Arendt , a healthy politics is an agonistic politic of open , never ending debat ; a politics that takes place in a public realm free of force and coercion , upon a “stage” suitable for the expression of human plurality and civic equality}…………. {The politics of debate and persuasion is what generates the “shining brightness” of the public sphere, linking action and thought through reasoned speech (logos)} …… .{ To be political, to live in a polis, meant that everything was decided through words and persuasion and not through force and violence } ……. (Villa) [2]
Walau segala sesuatu yang ideal itu sulit di laksanakan , suatu konflik ide mulai dari perdebatan di tanah kusir , bukan di “agora” , tapi dialog di antara pemikir besar semakin di permudah dengan teknologi printing , dan menyusul teknologi transportasi dan telekomunikasi , menyebabkan kemajuan di berbagai bidang (selain perang tentunya) jarak waktunya semakin dekat , ide baru muncul hitungan tahun ,teknologi baru muncul dalam hitungan bulan. Kadang di percepat dengan banjir darah.
Amerika menerima limpahan talenta hasil dari eksodus Yahudi pada saat Hitler naik , dan muncul anti-semit secara legal , (Nuremberg Rallies ) . Jika suatu moda perpindahan ide bisa melalui wujud pelaku atau penggagas , maka perpindahan ide dalam bentuk lain , penerjemahan besar-besaran adalah seperti eksodus ide , memindahkan kepala para genius klasik ke dalam buku dengan bahasa yang baru dari bahasa yang lama. Penerjemahan besar2an buku Arab ke bahasa Latin berperan bagaikan ‘stormking’ yang menyelamatkan Eropa dari kegelapan. Eksodus ide berikutnya adalah penerjemahan besar-besaran buku Tiongkok ke dalam berbagai bahasa Eropa, menyelamatkan Eropa dari permasalahan toleransi beragama yang kacau balau pada masa itu di Eropa.
Dalam tulisan saya sebelumnya [“Pengaruh Tiongkok Terhadap Eropa “] dijelaskan bahwa sekalipun Leibniz seorang protestan , tapi Leibniz berada pada pihak Jesuit dalam Rites Controversy. Leibniz menilai toleransi beragama juga di perlihatkan oleh kebijakan Kang Xi , dapat di adopsi untuk konflik protestan vs katolik yang mengancam Eropa. Dijaman Leibniz , Prancis dibawah Louis XIV mengeluarkan Edict of Nantes (1598) dan melakukan persekusi terhadap kaum Huguenot. Leibniz berharap agar Eropa , khususnya Prancis untuk meniru Tiongkok dalam hal toleransi beragama. Tetapi muncullah Rites Controversy , dimana Tiongkok di judge sebagai negara pagan. Ordo Dominika yang menjegal Jesuit , dan berujung pada tindakan balasan dari Tiongkok. Masalah toleransi ini merupakan salah satu faset , faktor , dari bagaimana negara yang sedang berkembang maupun negara hiperpower kelak akan menentukan nasibnya , ada mekanisme lain berupa rivalitas , yang akan memacu kreativitas lain seperti contoh Tiongkok , dan mungkin India. [3]
Dualisme Tulisan
Sebelumnya telah saya utarakan , bagaimana kata , bertransformasi , dari suara yang terdengar oleh bunyi , tulisan yang terlihat oleh mata , dan bagaimana menjadi suatu dialog. Bagaimana peninggalan sejarah tertulis menjadi milestone peradaban, bagaimana kertas kemudian teknologi penting merupakan kontribusi penting Tiongkok dalam sejarah peradaban manusia.
Bagaimana tulisan semakin penting bagi pelestarian budaya (pelaku internal ) , justru terlihat dari bagaimana juga tulisan itu diberangus dalam berbagai peristiwa sejarah seperti pembakaran buku dimasa Dinasti Qin dan tekanan politik di masa Orde Baru. Sehingga banyak sekali Tionghoa yang tidak bisa lagi berbahasa dialek dan juga bahasa Mandarin. Bagaimana tulisan juga bisa dijadikan pemberangusan budaya (pelaku external ) Bukankah dikatakan bahwa buku-buku yang dianggap bidah dari pelaku agama tertentu itu dinilai mengancam . Hal tersebut adalah indikasi mengenai kekuatan dari suatu bahasa , meminjam dualisme pedang , dengan tulisan pula budaya “dilestarikan”dan berkembang dan dengan tulisan juga budaya bisa diberangus yang akan tuntas jika melalui 2-3 generasi . Bermain dalam dualisme ini kita harus kembali ke makna tulisan sendiri itu positif (saya belum menemukan lawan kata tulisan , seperti halnya obat dan racun).
Tulisan sendiri berperan dalam wujud budaya , seni sastra , puisi , tale dll , sistem kepercayaan , kajian budaya , studi , catatan historis , banyak lagi. Tulisan dan Oral (seperti yang di kemukakan saudara Ardian ) juga berperan dalam pelestarian dan perkembangan budaya. Walau saya pribadi memberi bobot lebih besar , tapi bisa dianggap tulisan dan oral memiliki kerabatan , sebagai Kata.
Bagian lain yang tidak kalah penting adalah dialog . Forum ini adalah salah satu bentuk dialog tapi dalam bentuk tertulis. Bagi yang benar-benar mencintai budaya tionghoa , harus mewujudkan dialog lain , dalam bentuk diskusi kecil , atau dalam bentuk seminar , , tanpa mempedulikan soal menang kalah , benar salah , tapi demi suatu tujuan bersama , pelestarian dan perkembangan budaya itu sendiri .
TAUTAN INTERNAL:
- Dada , “Pengaruh Tiongkok Terhadap Eropa ” , http://web.budaya-tionghoa.net/religi-filosofi/kristen/102-pengaruh-tiongkok-thdp-eropa-
- Dada , “Toleransi , The Power of Hyperpower” , http://web.budaya-tionghoa.net/home/544-toleransi-the-power-of-hyperpower
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/52470
REFERENSI
- Nadine Gordimer , “Writing and Being”
- Dana R Villa , “Arendt and Heideger”