Budaya-Tionghoa.Net | Sebutan Tang ren atau orang Tang sebenarnya pada jaman Tang sudah dipakai. Pada masa pemerintahan Tang Xuanzong ( 685-762 C.E ), negara-negara luar bisa dikatakan mengadakan hubungan diplomatik dan saat itu Tiongkok mengalami masa kejayaan, orang-orang luar menyebut orang dari Tiongkok adalah orang dari dinasti Tang.
Sebutan orang Han sebenarnya juga bisa dikatakan pada masa dinasti kejatuhan dinasti Tang mulai populer dipergunakan. Dan ternyata yang menggunakannya adalah kerajaan Liao yang menerima penaklukan dari kerajaan Han selanjutnya. Istilah ini dipergunakan terus hingga dinasti Yuan.
Ketika diaspora etnis Tionghoa bertebaran pada masa dinasti Qing, terutama pada abad ke 19, diaspora Tionghoa menyebut diri mereka adalah orang Tang. Ini dapat saya katakan berkaitan dengan perasaan tidak mau mengakui sebagai bagian dari penduduk kerajaan Qing.
Pada umumnya jaman lampau, penduduk daratan Tiongkok menyebut dirinya sebagai rakyat dari dinasti yang berkuasa. Sebagai contoh misalnya Wei guo ren, Zhao guo ren, Liang guo ren dan
sebagainya. Secara umum, mereka akan menyebut diri mereka adalah penduduk negri tengah.
Tapi ketika mereka dijajah oleh penguasa non Tionghoa, seperti jaman Yuan dan Qing, banyak dari mereka yang perantauan enggan menyebut diri mereka adalah penduduk dinasti tersebut.
Tapi dinasti Yuan mengukuhkan sebutan orang Han dalam sistem kelas dinasti Yuan tersebut.
Di Tiongkok sendiri, di daerah selatan atau yang kita kenal sebagai daerah Fujian dan Guangdong, mereka yang tinggal disana mayoritas adalah etnis Han. Hal ini bisa kita lihat dari ktp mereka.
Mengenai pencatatan yang dilakukan oleh para musafir Tiongkok, saya jadi teringat ada komentar bahwa Ge Hong dan seorang bhiksu ( cat:maaf saya lupa namanya ) sudah pernah datang ke Nan Yang atau Asia Tenggara, bahkan bhiksu tersebut konon sudah mencapai Irian Jaya pada masa dinasti Utara Selatan. Karena bukti-bukti belum mendukung sehingga kedua orang tersebut belum dapat dikatakan benar telah berlayar hingga Asia Tenggara.
Perjalanan atau ekspedisi yang tercata memang sudah mulai dilakukan sejak jaman dinasti Qin, tapi tidak memungkiri terjadinya perdagangan antar bangsa Tionghoa dengan bangsa lain. Seperti misalnya sebutan Syna dan Seres untuk Tionghoa yang sudah disebutkan pada masa dinasti Zhou.
Kecap manislah yang dapat dikatakan alkuluturasi makanan, kecap sendiri bisa kecap asin atau kecap manis.
Mengenai kegiatan kaum peranakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, saya pernah mendengar bahwa pada tahun 80an kegiatan ciotao masih ada disekitar pedesaan Jawa Tengah, tepatnya daerah Banjaran dan Slawi. Tapi apakah masih bertahan hingga kini ?
Gambang Semarang memang merupakan ciri khas peranakan di Jawa Tengah tepatnya daerah Semarang dan sekitarnya. Mungkin bisa bertanya lebih jauh kepada bapak Soenarto yang sepanjang saya tahu sedang menyusun buku tentang pengaruh budaya Tionghoa terhadap masyarakat Jawa.
Hormat saya,
Xuan Tong
———————–
Artikel Terkait
{module [26]}
———————–
Referensi :
- Zhongguo lishi da cidian ( cat: kamus lengkap sejarah Tiongkok ), Shanghai dictionary publisher, tahun 2000
- Zhongguo quanshi ( cat: ensiklopedia lengkap Tiongkok, bab dinasti Tang, dinasti Qing ), People’s Publisher, 1994
- Ci Hai ( cat: kamus lengkap bahasa Mandarin, jilid 1 ), China bookstore publisher.
- Zhongguo Wenming shi ( cat: Sejarah budaya Tiongkok, jilid 1 dan 2 ), Flower city publisher, 2001
- Zhonghua wenhua 5000 nian, ( cat : Budaya Tionghoa 5000 tahun ), 9 regions publisher, 1998