Permainan Barongsai
Permainan barongsai umumnya dapat diperagakan dalam dua gaya yaitu gaya bebas (free style) yang mengimprovisasi sendiri gerakannya, dan satunya lagi adalah gaya yang mengikuti koreografi yang sudah ditentukan sebelumnya, hal ini tergantung dari pilihan dan situasi yang membutuhkannya.
Gaya bebas biasanya digunakan ketika barongsai dalam perjalanan parade meliwati kompleks perumahan atau pertokoan, atau mengunjungi rumah dan toko (Pai) dalam perayaan Imlek. Gaya yang di koreografi dengan urutan gerakan tertentu, umumnya di mainkan pada acara pertunjukan panggung, pertandingan atau acara khusus lainnya.
Permainan Barongsai diiringi selalu dengan tiga alat instrumen yang mendampinginya yaitu tambur (da shi gu), gong (luo) dan gembreng atau cimbal (bo). Disini ada dua metode penggunaan instrumen tersebut, yang satu instrumen musik mengikuti pergerakan Barongsai dan yang lainnya terjadi sebaliknya, yaitu barongsai yang mengikuti irama dan tempo musik. Kedua-duanya dapat digunakan bergantian tergantung pilihan, kesepakatan antara pemain dan situasi.
Umumnya pemain tambur (pemain gong dan cimbal mengikuti pemain tambur) mengikuti irama dan tempo gerakan barongsai, jadi barongsai yang menentukan irama permainan disini dan tambur harus mengikuti dan menyesuaikan irama dan temponya barongsai serta harus siap setiap saat untuk mengantisipasi setiap perubahan gerakan barongsai yang mendadak.
Metode lain adalah sebaliknya yaitu pemain tambur yang merupakan salah satu pemain terpenting dalam permainan barongsai ini, menentukan irama, urutan, tempo, isi, tanda dan pola permainan. Dia
harus dapat menguasai lapangan atau area permainan dan dapat berimprovisasi, memberikan panduan, mengantisipasi terhadap situasi yang tidak terduga sebelumnya serta menjaga kekompakan dan keselarasan dari keseluruhan tim.
Pemain barongsai harus bereaksi, mengkordinasikan gerakannya dengan irama tambur, gong dan cimbal, siap antisipasi terhadap perubahan, sehingga permainannya terlihat sebagai kesatuan yang harmonis.
Pemain Barongsai adalah yang terpenting dalam setiap permainan barongsai, dia harus memiliki kemampuan mengekspresikan benda mati agar menjadi hidup, dinamis, dan penuh vitalitas, serta harus dapat mengekspresikan beberapa karakter suasana hati, mud, dan emosi seekor singa, seperti, gembira, marah, angkuh, kecewa, nakal, curiga, mengancam, mabuk, rakus dan ingin tahu.
Selain itu harus menguasai gerakan-gerakan singa seperti cara berdiri, berjalan, mencakar, istirahat, memanjat, berlari, melompat, berguling dan membersihkan kuping dengan kaki, berkedip mata, serta
menguasai urutan fase-fase permainan seperti tidur, pembukaan, bermain, mencari sesuatu, makan, penutupan dan tidur kembali. Seperti halnya dengan tarian “Ball Room Dancing”, barongsai juga mempunyai formasi atau figur gerakan tertentu seperti formasi Pakua dan macam- macam gerakan lainnya, tergantung perkumpuan dan alirannya.
Permainan Barongsai pada hakikatnya adalah gabungan antara seni dan keahlian bela diri (Kung Fu), karena dituntut dari seorang pemain untuk memiliki fisik sehat, kuat, reaksi cepat, fleksibel, stamina tinggi, gesit, lincah, dan memiliki kuda-kuda serta otot yang kokoh.
Karena itu banyak perkumpulan barongsai berawal dari perguruan silat Kung Fu. Seorang pemain juga harus menguasai jurus-jurus dasar akrobatik, untuk meloncat, salto, berguling dan menjaga keseimbangan tubuh. Tetapi sekarang banyak perkumpulan barongsai yang didirikan dari perkumpulan seni budaya dan bukan hanya dari perguruan silat saja.
Klimaks dari atraksi permainan barongsai biasanya merebut amplop merah berisi uang atau Angpao (lay see) yang diikat dengan sawi hijau atau selada air (cai qing) yang biasanya digantung antara 4,5 m
sampai dengan 6 m diatas permukaan tanah. Dan ini biasanya hanya pemain yang terlatih dapat mencapainya dengan berkerja sama dengan pemain lainnya seperti membentuk sebuah pyramida manusia.
Perebutan Angpao ini sering menjadi objek kompetisi sengit antara perkumpulan sehingga menjadi sebuah atraksi yang menarik bagi para penonton serta dapat menilai barongsai mana yang lebih unggul. Disini reputasi dan keahlian setiap perkumpulan barongsai diuji..
Pada tahun 1950-1960-an, tak jarang suka terjadi persaingan sengit antara perkumpulan Barongsai sehingga sering terjadi bentrokkan fisik antara mereka. Di Hongkong pernah terjadi persaingan dan perkelahian antara perkumpulan sedemikian rupa, sehingga pemerintah Hong Kong mengeluarkan larangan untuk bermain Barongsai ke jalanan, tanpa mendapatkan ijin sebelumnya.
Dalam perkembangannya sekarang, telah diadakan kompetisi dan pertandingan barongsai internasional yang damai antara bangsa, seperti yang telah beberapa kali diselenggarakan di Genting Highlands (Malaysia) hampir setiap tahunnya. Kompetisi ini menilai kemampuan tim-tim Barongsai dari mancanegara untuk merebut titel “World Lion King” yang bertujuan untuk mengangkat standard kemampuan barongsai dari seluruh dunia.
Kreativitas, daya improvisasi, kemampuan akrobatik, keharmonisan, keunikan, tingkat kesulitan, teamwork, keindahan kostum dan pukulan instrumen tambur menjadi kriteria penilaian juri. Salah satu tingkat permainan yang sulit adalah permainan diatas tiang-tiang yang
bervariasi ketinggiannya dari 0,8 meter sampai dengan 3 meter, setiap tim Barongsai diberi waktu maksimum 15 menit untuk memperagakan kemampuannya.
Etiket dan kebiasaan umum permainan Barongsai
Barongsai umumnya baru boleh digunakan setelah meliwati ritual pencucian atau pembukaan mata terlebih dahulu (Dian Jing), tujuannya ialah untuk membangkitkan dan mendapatkan restu serta spirit kepada Barongsai baru tersebut. Sesudah ini secarik kain merah diikatkan pada tanduk Barongsai tersebut sebagai lambang dari Singa yang sudah jinak.
Kemudian barongsai perlahan-lahan membuka mulut, menggoyang kuping, dan bangkit, diiringi dengan tambur, gong dan gembreng, lalu memberikan penghormatan tiga kali dengan bungkukan (soja), kemudian membungkuk tiga kali lagi ke arah altar (meja sembahyang) sebelum memulai debut perdananya.
Sebelum dan sesudah main, barongsai harus melakukan ritual penghormatan dengan membungkuk tiga kali.
Kalau meliwati vihara dan kelenteng atau rumah abu, barongsai diwajibkan melakukan penghormatan tiga kali dengan membungkuk, untuk penghormatan..
Sekiranya dua barongsai bertemu di jalan dari kelompok berlainan, maka masing-masing memberikan penghormatan dengan tiga bungkukan dan tidak boleh mengangkat kepala lebih tinggi dari yang lainnya, mulut tertutup serta tidak boleh berdiri hanya satu kaki saja dengan mengangkat kaki yang lainnya. dan kalau bertemu dengan barongsai yang lebih senior, barongsai muda harus merendahkan kepalanya, sebagai tanda penghormatan terhadap barongsai yang lebih senior.
Sebelum masuk atau keluar bangunan, barongsai membungkuk tiga kali memberikan penghormatan lebih dahulu, dan kalau sekiranya didalam bangunan ada meja sembahyang, maka barongsai memberikan penghormatan yang sama terhadap meja sembahyang tersebut.
Masuk atau keluar ke/dari sebuah bangunan, buntut barongsai harus terlebih dahulu yang meliwatinya, lalu kemudian menyusul kepalanya, dan biasanya kaki kiri terlebih dahulu yang melangkah.
Barongsai tua yang meninggal (karena rusak dan sudah lama usianya), secara tradisi dilakukan ritual pembakaran kepalanya, sebagai bentuk pemakaman yang layak.