Budaya-Tionghoa.Net | ADA sebuah makam kuno yang terlupakan di Gang Taruna, Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat, yaitu makam tokoh pionir perantau Tionghoa bernama Souw Beng Kong (1580-1644) yang diberi jabatan Kapiten Non Militer oleh VOC sejak tanggal 11-10-1619 s/d 8-4-1644. Ketika itu daratan Tiongkok masih berada di bawah kekuasaan Dinasti Ming, jadi orang Tionghoa saat itu belum memakai kuncir di kepalanya. Tempat kelahiran Souw Beng Kong adalah Desa Tongan Provinsi Fujian Tingkok Selatan. Di tempat persinggahannya yang pertama di Banten, ia berhasil menjadi seorang pedagang yang ulung dan tokoh penting.
|
Beserta sekitar 200 orang perantauan Tionghoa lainnya, ia meninggalkan Banten pindah ke Batavia. JPZ Coen sangat berterima kasih atas segala jasanya karena turut membangun kota Batavia. Orang Belanda biasa menyebut namanya ”Bencon”. Ia menjadi sahabat karib JPZ Coen dan merupakan tokoh besar yang berjasa bagi kehidupan masyarakat Tionghoa di kala itu. Ia berjasa pula dalam pengembangan persawahan dan perkebunan tebu, dan menjelang akhir hayatnya sempat berlayar ke Pulau Formosa untuk memajukan hubungan niaga langsung antara Formosa dan Batavia.
Sekitar 60 tahun yang lalu makamnya masih tampak utuh dan di mulut Gang Taruna masih berdiri tegak sebuah gapura. Gang Taruna dulunya bernama Gang Souw Beng Kong. Pada bulan Oktober 1929 ”KONG KUAN” (Dewan Perwakilan Masyarakat Tinghoa) menyediakan dana sebesar 2.500 Golden untuk biaya renovasi makam tersebut. Pada saat ini makam SBK, turut terhimpit dengan laju perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yang sangat pesat. Namun kita masih sangat bersyukur kalau makam kuno itu masih bisa bertahan dan tidak sampai tergusur walau pada saat ini dalam kondisi sangat terlantar dan nyaris punah.
SBK dimakamkan di atas tanah perkebunan miliknya sendiri dan di sekitarnya sebetulnya masih ada beberapa makam lainnya dari keluarga SBK, tetapi pada saat ini semuanya sudah musnah kecuali masih tertinggal satu saja yang kondisinya serupa dengan makam SBK. Sungguh sayang sekali nama Souw Beng Kong atau Bencon kurang melegenda dalam komunitas suku Tionghoa. Tetapi titik terang sudah mulai terlihat dalam era reformasi dengan adanya beberapa tulisan yang membahas makam kuno yang terlupakan itu, antara lain di Jakarta Post (2/12/2002) dan Mandarin Post (Agustus 2002) serta usaha penelitian pakar sejarah A Heuken, Denys Lombard dan Claudine Salmon.
Beberapa dosen dan mahasiswa Fak Teknik Arsitektur UNTAR yang dikepalai Ir WP Zhong, menyatakan keprihatinannya karena di atas makam kuno itu sudah dibangun rumah tinggal dan lingkungan sekitarnya sudah padat sekali dengan perumahan kumuh. Tulisan ini hendak membangkitkan kesadaran dan rasa kepedulian masyarakat suku Tionghoa terutama sekali kepada Organisasi Paguyuban Sosial Marga TH-Indonesia, INTI, MAKIN, Yin Hua Rhu Shang, Perkumpulan Hakka dan lain-lain untuk mulai memberikan perhatian dan penghargaan kepada makam kuno yang merupakan monumen bersejarah tokoh pionir perantau Tionghoa yang turut membangun kota Batavia ini. Kiranya sudah saatnya untuk mengadakan tindakan konservasi dan renovasi atau sebagai langkah pendahuluan dibangun dahulu sebuah gapura di mulut Gang Taruna itu. Hal itu patut dilakukan demi menghormati leluhur kita agar pendidikan etika moral dan warisan budaya luhur bisa berlanjut terus sampai generasi seterusnya.
2 Desember 2003
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua