|
Ketika Qin Shi Huang meninggal dalam perjalanan, Zhao Gao menghasut/berkomplot dengan Li Si untuk merubah surat wasiat kaisar. Qin Shi Huang sebenarnya bermaksud untuk mewariskan tahta kepada pangeran Fu Su, anak sulungnya yang diasingkan ke perbatasan Utara karena berselisih paham dengan ayahnya mengenai pembakaran buku dan pembunuhan kaum terpelajar aliran Konfusius.
Zhao Gao dan Li Si kemudian merubah surat wasiat kaisar, mengangkat pangeran Hu Hai, anak bungsu Qin Shi Huang sebagai kaisar baru, Qin Er Huang (kaisar Qin kedua). Juga memalsukan titah kaisar untuk memerintahkan pangeran Fu Su bunuh diri, mencabut jendral Meng Tian dari kekuasaan militer lalu mengeluarkan titah agar Meng Tian bunuh diri juga. Jendral Meng Yi (adik Meng Tian) yang dulu pernah menjatuhkan hukuman mati kepada Zhao Gao juga tidak ketinggalan dibunuh sekalian.
Setelah kaisar Hu Hai naik tahta, Zhao Gao mengkonsolidasikan kekuasaan dengan menghabisi lawan-lawan politiknya, termasuk Li Si. Li Si difitnah dan dijatuhi hukuman mati beserta seluruh keturunannya (3 generasi). Zhao Gao lalu menggantikan Li Si sebagai perdana menteri. Lalu giliran kaisar Hu Hai dicekoki wanita dan arak. Hu Hai yang memang pada dasarnya tidak cakap memerintah negara tenggelam dalam segala kesenangan hasil kerja keras para pendahulu Qin.
Untuk membersihkan kalangan pemerintahan dari orang-orang yang berani melawannya, suatu hari Zhao Gao membawa seekor rusa dalam sidang/rapat istana. Kepada kaisar Hu Hai, Zhao Gao mengatakan bahwa rusa itu adalah seekor kuda. Para pejabat/mentri yang sudah dikuasai/takut kepada Zhao Gao juga mengutarakan hal yang sama, walaupun Hu Hai sendiri meragukan hal tersebut. Hanya segelintir pejabat/mentri yang berani mengutarakan kebenaran bahwa binatang itu adalah rusa, bukan kuda. Mereka lalu segera dihukum mati oleh Zhao Gao karena dianggap melawan dirinya.
Sementara itu, negara kacau balau karena pemimpinnya tidak cakap. Di sana-sini timbul pemberontakan. Zhao Gao menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari Hu Hai dengan terus menenggelamkannya dalam kenikmatan duniawi. Semua surat pemberitahuan dan permohonan bala bantuan disortir dari kaisar. Setiap kali Hu Hai bertanya kepada Zhao Gao sebagai perdana menteri, Zhao Gao selalu menjawab bahwa negara tentram, rakyat makmur.
Akhirnya pasukan pemberontak di bawah pimpinan Liu Bang mencapai Xian Yang, ibukota Qin. Zhao Gao yang panik kemudian membunuh Hu Hai (atau memaksanya bunuh diri). Diceritakan sebelum dibunuh, Hu Hai yang pengecut memohon ampun namun tidak digubris oleh Zhao Gao. Zhao Gao kemudian mengangkat Zi Ying, putra Fu Su menjadi kaisar yang baru. Zi Ying yang mewarisi sifat ayahnya lalu membunuh Zhao Gao dan menyerahkan diri kepada Liu Bang. Dinasti Qin berakhir sudah.
Berikut ini pendapat pribadi. Kalau pangeran Fu Su mau menggunakan sedikit rasio berdasarkan ajaran Fa Jia / legalisme tentunya dia tidak akan se-gegabah itu bunuh diri. Karena kekuasaan militer pada saat itu terkonsentrasi di Utara di bawah pimpinan jendral Meng Tian, yang merupakan guru pangeran Fu Su. Dia bisa saja memanfaatkan militer untuk merebut kekuasaan yang memang seharusnya diwariskan ke dirinya. Sejarah bisa sangat berbeda, karena diceritakan bahwa pangeran Fu Su memiliki modal kecakapan untuk memerintah negara. Namun apa daya, pangeran Fu Su mungkin terpengaruh oleh ajaran Xiao/Bakti Konfusius, rela bunuh diri karena demi bakti terhadap orang tua. Terus terang menjadi pertanyaan yang sangat menghantui saya, bagaimana bila suatu saat kita mengalami dilema seperti Fu Su ? Disuruh bunuh diri atau berkorban nyawa oleh orang tua sendiri demi bakti. Akankah kita melakukannya ?
Henyung , 15414