Budaya-Tionghoa.Net | Cina Benteng adalah Tionghoa Tangerang, sebab Benteng merupakan nama lain buat kota Tangerang. itulah sebabnya, kereta api ekspres jakarta Kota – Tangerang namanya juga Benteng express. sebagai suatu entitas budaya, kelompok etnik Cina Benteng tersebar di seluruh kabupaten Tangerang, beberapa juga ada di beberapa wilayah di Jakarta barat, seperti Jelambar, Jembatan Dua, Jembatan Gambang, Jembatan Tiga, Teluk Gong, Kapuk, dan sebagainya.
Selain mayoritas di kota Tangerang, kelompok etnik Cina Benteng juga tersebar hingga ke desa-desa di seluruh kabupaten Tangerang.mereka sudah berada di tempat ini sejak ratusan tahun lalu, sehingga akulturasi yang terjadi sangatlah intens. oleh penduduk non-Tionghoa didaerah-daerah itu, mereka bukan dianggap orang asing, tetapi “pribumi” (maaf, meminjam istilah orde baru), sebab sering terjalin hubungan kekerabatan antara mereka.
Di kalangan mereka, sebutan orang Cina buat orang Tionghoa maupun orang Kampung buat orang non-Tionghoa bukanlah sesuatu yang dianggap menghina, sebab hal itu sudah menjadi hal yang lumrah dan berjalan turun-temurun dan tak ada campur tangan unsur politik yang masuk.
Takkan ada orang yang merasa kurang enak badan mendengar kalimat misalnya: “Bapanya orang Cina, ema (ibu)-nya mah orang Kampung,” karena orang Kampung di sini menyatakan mereka yang punya kampung alias penduduk “asli” setempat, bukan menghina. Dan perkawinan campur antara orang Cina dan orang Kampung banyak terjadi. Karena mereka sendiri sudah merasa nyaman-nyaman saja dengan sebutan Cina Benteng dan mempertahankan identitas khas mereka,
Benteng adalah sebutan setelah kemerdekaan untuk wilayah seluruh tanggeran (nama aslinya, Tangerang sebenarnya salah eja).Tangerang adalah perubahan dari kata Sunda tanggeran. Dalan bahasa Sunda, tanggeran artinya “sesuatu yang didirikan dengan kokoh” (naon-naon anu
ditangtungkeun kalawan ajeg).Disebut Benteng karena disana pernah ada perbentengan kumpeni untuk melawan kesultanan Banten. Lalu pada masa kolonial, tanah disana dijual Belanda ke 70 orang tuan tanah, kebanyakan Tionghoa.
Sebutan Benteng untuk Tangerang tidak hanya dipakai di kalangan Tionghoa saja, namun umum. Buktinya ya Kereta AC Ekspres jurusan Jakarta Kota-Tangerang pp bernama Benteng Ekpress itu. Dalam berbagai pertikaian di mana-mana beberapa tahun lalu, di sebuah jalan di tengah kota Tangerang terbentang spanduk bertulisan Anak Benteng Cinta Damai, dengan huruf A, B, C, dan D besar-besar dan warna-warni.
Sebutan Benteng sudah ada sejak jaman Belanda. Di Encyclopædia van Nederlandsch-Indië (Ensiklopedia Hindia Belanda, 1922) ada lema Benteng, yang menjelaskan Benteng sebagai nama lain kota Tangerang , termasuk tentang kecap Benteng yang sangat terkenal itu.
Tangerang terkenal dengan produksi kecap. Dari jaman kumpeni, masa kolonial, masa pendudukan Jepang sampai kemerdekaan Indonesia. Kecap produksi sini dikenal dengan nama Kecap Benteng. Kecap kelas satu. Topi bambu juga terkenal disini. Pada 1887 saja Tangerang mengekspor 145juta buah topi bambu. Industri topi bambu hancur pada masa jepang dan tidak pernah bangkit lagi. (Jalan Raya Pos, Jalan Daendels -Pramoedya A. Toer)
Mengenai kecap Benteng, sampai sekarang kecap Benteng yang terkenal adalah Kecap Siong Hin (SH). Di seluruh Tangerang banyak orang memakai kecap Benteng yang satu ini, selain kecap keluaran pabrik Teng Giok Seng. Penyebarannya bahkan sampai ke Bogor, sehingga Kecap SH tidak sulit dicari.
Di Jakarta sendiri, sebelum jatuh ke tangan Unilever, Kecap Bango yang dulu pabriknya ada di Asem Lama (Wachid Hasjim), seberang Pasar Tenabang, juga memakai label kecap Benteng no. 1, sebab Tjoa Seng Ho, pemiliknya terdahulu, konon adalah seorang Cina Benteng.
David Kwa , Gunawan , 54440
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Sumber :
- Encyclopædia van Nederlandsch-Indië Ensiklopedia Hindia Belanda, 1922
- Pramoedya A. Toer , Jalan Raya Pos, Jalan Daendels –