Budaya-Tionghoa.Net| Setiap menjelang tanggal limabelas di bulan ke delapan penanggalan Imlek, biasanya kita banyak melihat kue dengan bentuk khas di jual dimana-mana. Kue-kue kecoklatan dengan bentuk menarik berukir-ukir, dan biasanya dikemas dalam kotak kotak cantik ini dikenal dengan nama Tiong Chiu Pia, yang artinya kue pertengahan musim gugur.
|
Penanggalan Imlek berdasarkan edaran bulan, mencatat puncak setiap musim. Dan tanggal 15 bulan 8 imlek yang biasa disebut Zhong Qiu (tiong chiu, atau Chung ch’iu) ini sejak jaman Song (420) diresmikan sebagai festival/ perayaan puncak musim gugur dalam penanggalan imlek. Yang mana tahun ini jatuh pada tanggal 22 September 2010, dipercaya adalah saat dimana bulan purnama paling besar terlihat
Pada festival ini biasanya keluarga besar berkumpul, anak perempuan yang sudah menikah pulang ke rumah orangtuanya, mengajak suami dan anak-anaknya sambil membawakan penganan khas untuk disantap bersama keluarga sambil menikmati indahnya bulan purnama. Dahulu, sebelum adanya listrik, di beberapa tempat perayaan pertengahan musim gugur ini dimeriahkan juga dengan pasar malam dan orang menggantungkan lentera-lentera di lapangan besar, sehingga orang dapat berjalan jalan dalam keramaian laksana siang hari.
Kue Bulan (yue bing) adalah penganan wajib dalam festival ini. Kue kue yang dipanggang hingga keemasan ini terdiri dari bagian luar dan bagian isi. Biasanya berbentuk bulat, dengan hiasan yang dicetak serupa ukiran berbentuk bunga, tumbuhan, kelinci atau awan, menggambarkan bayang-bayang yang kita lihat di permukaan bulan. Gambar gambar ini tercipta, dikaitkan dengan legenda Chang O, seorang dewi yang tinggal di bulan ditemani seekor kelinci kesayangannya.
Legenda lain, dikaitkan dengan kue bulan adalah kisah patriotik tentang bangsa Han, yang melakukan pemberontakan terhadap penindasan bangsa mongol di jaman Yuan (). Pada masa itu, bangsa Mongol sangat ketat mengawasi patriot-patriot suku Han, sehingga antar mereka sulit melakukan komunikasi. Akhirnya rencana pemberontakan di tulis di kertas, dan diselipkan ke dalam isi kue bulan, dan dihantarkan kepada sesama patriot. Cara ini memungkinkan rencana perlawanan diketahui banyak orang Han, tanpa sepengetahuan penguasa mongol, yang menghasilkan satu kemenangan yang diingat sepanjang jaman, diceritakan dari generasi ke generasi, terutama saat keluarga berkumpul menikmati kue bulan ini.
Masing masing daerah punya keistimewaan sendiri dalam pembuatan kue ini. Mulai dari adonan luar dan adonan isi, yang biasanya terbuat dari pasta kacang hijau, atau kacang tanah, atau biji bunga teratai, hingga yang disesuaikan dengan hasil alam setempat, seperti isi nangka, isi nanas, isi duren seperti yang bisa ditemukan di Jakarata.
Kue bulan ala jakarta, merk yang paling terkenal adalah sin hap hoat, bentuknya bundar sempurna persis bulan purnama, dengan ketebalan sekitar 1.5 sentimeter punya keunikan sendiri dibanding kue bulan dari negeri asalnya. Dengan adonan kulit yang tidak banyak berminyak dan tidak begitu manis, namun biasanya bagian isinya terbuat dari buah buahan setempat yang dijadikan pasta manis. Dengan ukuran diameter berlainan karena kalau digunakan untuk sembahyang biasanya terdiri dari 7 atau 5 atau 3 buah, disusun seperti piramid dari paling besar ke paling kecil.
Sedangkan kue bulan dari medan, bentuk dan rasanya hampir sama dengan buatan malaysia dan singapura, lebih legit karena terbuat dari adonan tepung dan minyak, kadangkala untuk isinya ditambahi telur matang bagian merahnya. Dikatakan standar kue bulan yang top adalah yang kulitnya tipis, isinya banyak tapi kulitnya tidak boleh sampai retak, juga jumlah merah telurnya semakin banyak semakin mahal.
Cara menikmati kue bulan, karena manis dan legitnya, biasanya satu kue bulan tidak pernah dimakan sendirian, idealnya satu buah kue bulan dipotong jadi delapan, selain karena ukuran yang standar, juga karena delapan dalam dialeknya sama bunyi dengan kata fat, yang berarti rejeki atau kaya. Selain itu, juga dimakan bersama dengan teh, yang rasanya cenderung pahit seperti misalnya teh long jin, pu erh atau teh tubruk, untuk melarutkan lemak dan rasa manis di lidah.
Di Glodok Jakarta, bisa ditemukan berbagai macam model kue bulan atau moon cake. Mulai dari yag buatan lokal. Sampai yang buatan Malaysia, Hongkong dan China. Namun cara menikmatinya sama saja, dipotong, dimakan, lalu dibasuh dengan teh hangat, nyammmmm.
(Julia Lau )
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
[Foto Ilustrasi : Junelee ,”Moon Cake” , Lisensi : CC-by-sa-1.0]