Budaya-Tionghoa.Net | Singa baru di dalam arsitektur tradisional Tionghoa sayang sekali sebenarnya tidak ada makna persamaan gendernya. Di dalam sejarah kebudayaan Tionghoa, wanita cuma pernah menjadi gender yang lebih tinggi daripada lelaki di zaman Nuwa, waktu itu marga diturunkan dari ibu.
|
Satu dasar dari pandangan ini di zaman itu adalah manusia dilahirkan dari rahim ibu, sehingga semua manusia dianggap berasal dari wanita. Pandangan ini kemudian pelan2 berubah setelah Nuwa menciptakan tata cara perkawinan.
Di zaman2 berikutnya, wanita menjadi sebuah simbol kekayaan bagi lelaki. Seorang lelaki lazim memiliki istri beberapa orang sebaliknya tidak diperbolehkan. Masih ingat peribahasa “san qi si qie” yang arti harfiahnya “3 istri 4 selir”. Bukan berarti harfiah dalam angka, namun sebagai perlambang seorang lelaki lazim beristri banyak.
Singa di Tiongkok?
Seperti di Indonesia, di Tiongkok tidak ada singa. Bahkan sebenarnya orang Tiongkok di banyak zaman tidak pernah melihat singa benaran. Lalu darimana singa yang ada di dalam benak orang Tiongkok di zaman dulu? Singa pertama yang sampai ke Tiongkok di zaman Han, dikisahkan pada masa pemerintahan Kaisar Han Xiandi, Kerajaan Anxi dekat India mengirimkan singa sebagai upeti kepada Tiongkok. Namun anehnya, singa di dalam bahasa Tionghoa kemudian mengambil nama dari negara lain yang juga punya hubungan erat dengan Tiongkok di zaman Tang. Singa dalam dialek Mandarin adalah Shi-zi (Hokkian: Sai-a) mengambil nama dari Shizi Guo yang merupakan nama kuno Sri Lanka di zaman Tang.
Sejak itu, singa menjadi sebuah perlambang raja binatang karena kegagahannya, keangkeran dan kekuatannya. Dari sini pula singa dianggap sebagai sebuah lambang untuk mengusir kejahatan dan perlindungan.
Bentuk singa batu
Sebenarnya bentuk singa batu dalam arsitektur tradisional itu tidak menyerupai singa yang sebenarnya. Singa pahatan selalu digambarkan menarik dengan hidung besar, mata bulat menonjol lalu mulut terbuka lebar dengan rambut keriting serta kaki yang kokoh. Sebenarnya lebih mirip anjing atau kucing.
Ini dikarenakan selain sebagai simbol pelindung, pengusir hawa jahat; ke dalam pahatan singa juga dimasukkan unsur artistik.
Selain itu, singa batu juga dipahat untuk simbol menyambut pengunjung.
Letak singa batu
Singa batu di depan pintu atau halaman sebuah bangunan tradisional Tiongkok selalu berpasangan. Singa jantan di sebelah kiri dan singa betina di sebelah kanan. Ini dikarenakan kiri dianggap sebagai letak yang lebih besar daripada kanan di dalam kebudayaan Tionghoa, juga untuk memenuhi standar “nan zuo nu you” = “lelaki di kiri, wanita di kanan”.
Namun ada beberapa pengecualian di beberapa bangunan di tempat tertentu. Tentu saja karena ini tidak diharuskan. Seperti yang dikatakan Tjoei Sian-heng, adalah benar bahwa kebiasaan memahat singa jantan dengan bola mainan sedangkan singa betina dengan anak singa kecil.
Rinto Jiang
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | ICCSG