Budaya-Tionghoa.Net | Rupanya mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman Chun-qiu Zhan-guo memang menarik. Sesuai dengan alur perbincangan dalam mailing list Budaya Tionghoa ini, saya akan menyajikan cerita “Shang-yang Nam-men Li-mu” atau Shang-yang menegakkan tonggak kayu dipintu selatan. Kemudian “Fen-shu Kang-ru” atau membakar buku mengubur hidup-hidup pelajar Ru. Kisah ini bersumber dari “Dong-Zhou Lie-guo Zhi” atau cirita berbagai negeri Kerajaan Zhou-timur.
|
Diantara tujuh Negara-Jagoan zaman zhan-guo (Zhan-guo Qi-xiong), dalam banyak bidang antara lain politik, ekonomi dan kebudayaan, dibanding berbagai negeri didataran tengah Tiongkok lainnya, negeri Qin paling lemah. Bahkan negeri Wei yang bertetangga disebelahnya saja jauh lebih kuat, tanah yang semula milik negeri Qin disebelah barat sungaipun diserobot tidak sedikit.
Tahun 361 SM, raja-muda (zhu-hou) Qin Xiao-gong naik tahta, beliau mengambil ketetapan kerja keras memperkuat-diri (Fa-fen-tu-qiang) dengan merekrut orang-orang pandai. Dia membuat maklumat : Tak peduli dia itu orang negeri Qin atau bukan, asal bisa membuat negeri Qin kuat, dia akan diberi pangkat.
Seruan Qin Xiao-gong ini betul-betul menarik perhatian banyak orang. Ada seorang bangsawan negeri Wei marga Gong-sun bernama Yang, atau karena dianugrahi wilayah didaerah “Shang” (sekarang kecamatan Shang-timur propinsi Shanxi) maka juga dipanggil Shang Yang, artinya Yang dari daerah Shang. Kerena tidak mendapat penghargaan dinegeri Wei, beliau pergi kenegeri Qin minta bertemu pada Qin Xiao-gong.
Kata Shang Yang pada Qin Xiao-gong : “Bila negara ingin kuat, maka harus memperhatikan pertanian, memberi penghargaan para jendral dan prajurit; Jika ingin negara tertib maka dibutuhkan hukuman dan anugrah (punishment & reward), dengan adanya hukuman dan anugrah pepemerintahakan berwibawa, segala perubahan mudah dijalankan.”
Qin Xiao-gong sangat menyetujui usulan Shang Yang ini, tetapi, ada sebagian bangsawan dan menteri besar sangat menentang. Qin Xiao-gong melihat yang menentang banyak, sedang dirinya naik tahta belum lama, khawatir terjadi kerusuhan, reformasi ditunda sementara dulu.
Setelah lewat dua tahun, posisi Qin Xiao-gong telah kuat, diangkatlah Shang Yang menjadi Zuo-shu-zhang (setara menteri besar Qing dinegeri Qin), kata dia, semua masalah reformasi negeri Qin diserahkan pada Zuo-shu-zhang.
Segera saja Shang Yang membuat undang-undang reformasi, tetapi dia khawatir rakyat tidak yakin akan dia dan tidak mengindahkannya. Untuk itu, diperintahkan mendirikan sebuah balok setinggi tiga ‘zang’ (sekarang kira-kira 6,6 meter) dipintu selatan kota dan dikeluarkannya perintah : “Siapa bisa memindah balok ini kepintu utara diberi hadiah sepuluh tail emas.”
Sebentar saja orang berkerumun dipintu selatan dan maklumat itu menjadi buah bibir banyak orang. Orang berkata: “Banyak yang bisa mengangkat balok ini, masak butuh hadian sepuluh tail emas ?” Ada yang bilang : “Kira-kira Zuo-shu-zhang sedang berkelakar !”
Orang-orang saling pandang satu sama lain, tetapi tidak ada yang mengangkat. Shang Yang tahu bahwa perintahnya tidak dipercaya rakyat, maka dinaikkanlah hadiahnya menjadi lima puluh tail emas. Tak disangka, semakin tinggi hadiah, rakyat semakin merasa tidak masuk akal. Balok tetap tidak ada yang mengangkat.
Sementara kerumunan orang berbincang-bincang tentang hadiah, muncullah seseorang : “Biar kucoba”. Diangkatlah balok itu sampai kepintu utara. Cepat saja Shang Yang memerintah orang itu menemuinya dan diserahkanlah emas lima puluh tail sedikitpun tidak kurang.
Peristiwa ini sebentar saja menyebar kemana-mana sehingga suasana heboh. Rakyat berkata : “Perintah Zuo-shu-zhang tidak main-main !” Shang Yang sadar bahwa perintahnya telah berfungsi, segera saja undang undang yang sudah ditulis diumumkan. Undang-undang baru itu tegas antara hadiah dan hukuman, tingi-rendahnya kepangkatan dan gelar kebangsawanan ditentukan oleh jasa dalam peperangan.
Bangsawan yang tidak punya jasa militer tidak dapat gelar bangsawan; siapa menghasilkan bahan makanan semakin banyak dibebaskan dari wajib kerja; pedagang siapa saja yang karena malas hingga menjadi miskin, bersama anak istrinya dijadikan budak !
Dengan reformasi, Shang Yang telah membuat produktivitas pertanian dan kekuatan militer negeri Qin kuat. Tak lama kemudian, negeri Qin menyerbu daerah barat negeri Wei, dari arah barat terus ketimur, ibukota negeri Wei, An-yi pun diduduki, negeri Wei musnah.
Tahun 350 SM, Shang Yang melakukan reformasi kedua, isinya antara lain :
- Menghapus sistem “Jing-tian”, jalan-jalan antara sawah diluku menjadi persawahan. Tanah-tanah cukup luas yang dijadikan pemisah antar daerah diratakan dijadikan persawahan. Siapa saja membuka ladang baru, ladang itu menjadi miliknya. Tanah boleh diperjualbelikan.
- Membentuk sistem kabupaten. Kota dan desa digabung menjadi kabupaten diatur oleh pejabat negara, dengan cara ini kekuasaan semakin tersentral.
- Ibukota dipindah ke Xian-yang. Demi expansi ketimur, ibu-kota yang semula di Yong-cheng (sekarang kecamatan Xi dipropinsi Shan-xi) dipindah kesebelah utara sungai Wei (sekarang terletak disisi selatan kota Xian-yang propinsi Shan-xi).
Reformasi besar-besaran ini tentu menimbulkan pertentangan cukup hebat, banyak kaum bangsawan dan menteri besar menentang. Pada suatu hari, tai-zi (pangeran penerus tahta) negeri Qin melanggar undang-undang. Shang-yang menghadap Qin Xiao-gong dan berkata : “Undang-undang negara dari atas sampai bawah harus dipatuhi. Bila yang diatas tidak patuh, kerajaan tidak akan dipercaya rakyat. Pangeran melanggar hukum, gurunya harus dihukum.” Akhirnya, kedua guru pangeran, Gong-zi Wen dan Gong-sun Jia dihukum, yang satu dipotong hidungnya, yang satu mukanya ditato. Dengan demikian para bangsawan dan
menteri besar tidak berani melanggar hukum lagi.
Sepuluh tahun kemudian, negeri Qin semakin kuat. Raja Zhou mengirim utusan menghadiahi Qin Xiao-gong daging sesajen dan Xiao-gong diangkat menjadi Fang-hou (pemimpin satu wilayah kerajaan kecil zhu-hou). Para zhu-hou pada memberi selamat pada negeri Qin. Negeri Wei terpaksa menyerahkan wilayah sebelah barat sungai pada negeri Qin lalu memindah ibu-kotanya ke Da-liang (sekarang kota Kai-feng dipropinsi He-nan).
WS Indarto Tan , 29222
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua