Budaya-Tionghoa.Net | Sepengetahuan saya, tradisi ‘sembahyang rebutan‘ didasari oleh kisah salah satu murid Sang Buddha yaitu Mogalana yang memiliki kesaktian sehingga beliau mampu menuju ke alam neraka untuk menjenguk sang ibunda yang telah meninggal dunia.
|
Di sana beliau mendapati arwah ibunya sangat menderita, menjadi setan kelaparan, tidak mendapat makanan sampai2 berusaha menggigit jari2 tangannya sendiri. Melihat hal ini Mogalana sangat iba dan berusaha mengulurkan makanan untuk sang ibu, namun setiap kali makanan itu hampir sampai ke tangan ibunya, makanan tadi langsung berubah menjadi api.
Mogalana sangat sedih, kembali ke dunia dan bertanya kepada Sang Buddha bagaimana hal tsb dapat terjadi dan bagaimana cara menolong ibunya. Sang Buddha menjelaskan bahwa siksa neraka tsb diakibatkan perbuatan ibu Mogalana selama hidup di dunia, kikir, pelit terhadap fakir miskin, menghambur-hamburkan makanan, dan tidak mensyukuri berkah di dunia.
Satu2nya cara untuk membebaskan ibunya dari penderitaan neraka itu adalah melalui pelimpahan kebajikan. Kemudian Mogalana pulang ke rumah dan menjual seluruh harta peninggalan ibunya, mendermakan seluruhnya kepada fakir miskin dan mengikuti Sang Buddha. Setelah itu beliau kembali ke neraka dan mendapati sang ibu tidak lagi menjalani siksa neraka yang sangat mengerikan itu ( mendapatkan keringanan hukuman ).
Tradisi membagi2kan hasil bumi ( beras, mie, bihun, kue, buah2an, dll ) di kelenteng2 diwariskan turun temurun hingga sekarang untuk memberi kesempatan manusia di dunia agar bisa beramal kebajikan bagi para leluhurnya. Menurut kepercayaan, pada bulan 7 tgl 1 penanggalan Imlek, pintu neraka dibuka lebar2, para arwah diberi kesempatan turun ke dunia menjenguk anak cucunya.
Pada tgl 15 para arwah tsb harus kembali ke neraka, oleh sebab itu pada tgl 15 bulan 7 di keluarga2 yang masih menjunjung tradisi ini, mereka berkumpul dan mengadakan sembahyang bagi para leluhurnya lengkap dengan sajian berupa makanan2 kesukaan semasa hidupnya. Bagi para arwah yang anak cucunya tidak menyediakan sajian di rumah, mereka akan mencari makanan di kelenteng2 ( yang biasanya akan dibagikan kepada fakir miskin, para gelandangan dan pengemis ).
Salah satu fenomena alam yang saya amati berkaitan dengan tradisi ini, tiap bulan 7 penanggalan Imlek,angin cenderung bertiup lebih kencang dan banyak musibah terjadi. Konon hal ini disebabkan para arwah penagih hutang yang juga berkeliaran di dunia. Manusia dihimbau untuk senantiasa mawas diri dan beramal kebajikan sesuai kemampuan. Jadi kalau sekarang kita menemui orang2 yang berkecukupan ( bukan fakir miskin ) yang ikut2an berebut bahan makanan di kelenteng2, mungkin mereka belum memahami hakekat/ arti sembahyang rebutan secara utuh, justru seharusnya mereka ikut berderma agar leluhurnya bisa mendapatkan limpahan kebajikan.
(Lili Chandrayani)
Tambahan :
Tepatnya adalah Maudgalyayana (Sansekerta), bukan Mogallana (Pali), sebab tradisi I-lan Phun-hue/Yulanpenhui (Ulambhana) yang didasarkan pada kisah Mulian Jiu Mu (Maugalyayana Menolong Ibunya) hanya ada dalam tradisi Mahayana (Tai-seng Hut-kau/Dasheng Fojiao), bukan Hinayana (Siau-seng Hut-kau/Xiaosheng Fojiao).
Mengenai orang-orang kaya yang ikut-ikutan berebut makanan sembahyang Phou-tou/Pudu alias I-lan Phun-hue/Yulan Penhui, kebanyakan disebabkan salah persepsi, bahwa makanan yang direbut itu bisa mendatangkan kesejahteraan/keselamatan (peng-an/ping’an), padahal makanan itu seharusnya disumbangkan kepada orang yang kurang mampu.
Hakekat dari upacara sembahyang itu adalah mengajak kita untuk selalu memberi, bukan hanya menerima (tangan tertelungkup, bukan tengadah)! Memberi bukan hanya pada sembahyang Chit-goeh Phoa saja, tetapi setiap saat, setiap waktu. Kalau kita banyak memberi, kesejahteraan/keselamatan pasti akan selalu menyertai kita. Apabila kita ikut-ikutan merebut makanan tersebut, lalu apa bedanya kita dengan setan kelaparan (ngo-kui/e’gui) yang disembahyangi pada upacara tersebut?
(David Kwa)
Tautan Internal :
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/5500 (Lili Chandrayani)
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/5560 (David Kwa)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua