Budaya-Tionghoa.Net | Karena provinsialisme ini dan pikiran yang konservatif dari golongan-golongan masing masing, maka mereka mengatakan perbedahannya dengan stereotip-stereotip, kata-kata yang negatif dari masing-masing golongan. Kontradiksi itu begitu beratnya sampai anak-anak mereka dilarang perkawinan campuran antara berbagai provinsi. Senario ini saya lihat pada teman-teman saya. Secara halusnya saya katakan orangtua mereka masing-masing bisa berkata : ”mereka melihat sesuatu, menurut pandangannya, persepsinya, diwarnai dengan kebiasaan mereka yang berlainan dengan kita. Kau tidak akan bisa cocok menika dengan dia, karena kebiasaan dan kultur yang berlainan.”
|
Yang jadi pertanyaan bagi saya ialah mengapa yang dipakai resmi oleh pemerintah Belanda doeloe ejaan, konotasinya bahasa dialek Fujian, Min-Nan, yaitu bahasa yang dipakai daerah selatan dari sungai Min di Fujian. Bahasa ini adalah bahasa Xiamen, Amoy. Bahasa ini dipakai untuk nama-nama Marga Tionghoa seperti: Yap, Tan, Go, The, Liem, Oei etc. juga nama Kong Koan, institusi pengurusan orang Tionghoa pada jaman Hindia Belanda Tempo Doeloe.
Ini mungkin yang datang pertama di Indonesia adalah orang dari Minnan, dan jumblah orang Minnan di Hindia Belanda paling banyak, maka dipakai kebanyakan orang Tionghoa oleh Belanda untuk mengatur orang Tionghoa yang baru datang (institusi yang dinamakan Kong Kuan). Ini terbukti juga kebanyakan Mayor, kapten, letnan dan Lotia adalah orang asal Minnan. Maka baik orang Hakka, Kanton, Fu Zhou, Fu Ching memakai nama dengan konotasi Minnan. Ini adalah konklusi saya mengingat jumblah banyaknya penduduk Tionghoa, dan para pemimpin Tionghoa pada Tempo Doeloe adalah orang Hokkian. Dari golongan Hakka hanya ada beberapa saja yang diangkat sebagai pengurus orang Tionghoa dengan titel militer.
Pertanyaan yang kedua ialah mengapa adanya perbedahan-perbedahan yang telah saya sebut diatas antar golongan Tionghoa ? Saya rasa perbedahan kebiasaan ini disebabkan dari beberapa factor, pertama-tama ialah geografi, besarnya negara Tiongkok dan provinsinya, klimatnya, kemakmuran tanahnya dan historinya. Jadi kebiasaan hidup menurut saya terutama ditentukan dengan kultur materi dari golongan-golongan itu, dan bagaimana masyarakat disatu daerah bisa memberikan kepuasan dalam jalan penghidupannya.
Orang Hakka rootsnya sebetulnya datang dari utara dan berpencaran diseluruh Tiongkok, karenanya mereka lebih berani beremigrasi, sifat-sifat yang juga dipunyai oleh orang-orang Amerika. Kebiasaan satu golongan disebabkan karena memori diluar kesadarannya dari pengalaman banyak orang-orang (leluhurnya) yang menahun, suatu keadaan yang dinamakan conditionir. Karena itu identitas ras, suku harus kita selidiki sebab-sebab dari perbedahan-perbedahan etnis untuk menemukan prinsip-prinsip yang menentukan kehidupan dan reaksi kita menghadapi sesuatu sehari-hari, yang kemudian jadi kebasaan dari satu etnis tertentu.”
Sesudah kita kenal persoalannya, kita bisa gunakan untuk menyelesaikan perbedahan yang ada dengan baik. Menurut saya faktor-faktor esentiil ialah, saling respek, toleransi, merendahkan diri, dan menerima adanya perbedahan ini. Keempat faktor ini adalah basis dari semua kebijakkan manusia.
Tetapi disampingnya kelainan dari norma-norma penghidupan mereka mempunyai persamaan ialah berani bekerja keras dan mengirit. Mereka lebih baik makan yang enak bersama keluarga untuk kesehatan turunannya dan keharmonian keluarga dari pada beli perabotan rumah tanggah. Karena itu rumah-rumah orang Tionghoa yang kayapun pada jaman Tempo Doeloe, terutama dari golongan yang disebut Totok, mebelnya simpel-simpel saja dan seperlunya.
Maka tidak mengherankan rumah-rumah kepunyaan orang Tionghoa besar-besar, meskipun mereka kaya tetapi rumahnya kelihatan kosong. Rumah-rumah demikian ini dapat dilihat dimana-mana, dan jelas tampak di Lasem, Gersik etc. Keadaan ini saya dapat lihat di keluarga kami, salah satu keluarga istri saya seorang Hokjia pedagang besar daon tembakau, rumahnya besar, dibangun dengan kayu-kayu jati yang besar-besar. Masuk rumahnya harus melangkai kayu yang besar. Karena kosong anak-anak dapat lari tanpa ada halangan seenaknya, kebonnya juga tidak ada bunga-bunga yang indah-indah dan terawat seperti rumah orang kaya. Pakeannya juga pakean Cina kuno dengan riem (sabohnya) besar dengan berisi uang dan berlian-berlian yang tinggi nilainya.
Orang Tionghoa umumnya berani dan bisa bekerja keras dan mempunyai talenta untuk dagang, berani spekulasi, sehingga bisa sukses dalam perdagangan. Ini karena perkataan Tionghoa Wei Ji, yang berarti krisis terdiri dari dua perkataan, bahaya (Wei) dan kemungkinan (Ji). Kalau kita berani mengambil keputusan, berani menghadapi bahaya, baru kita bisa mendapatkan kemungkinan sukses dalam perdagangan. Tentu persoalan ini harus dipikirkan risiko-risikonya dan di persiapkan agar bahayanya sekecil mungkin. Saya rasa yang sangat menonjol dari keluarga Tionghoa kepeduliannya dalam pendidikan anak-turunannya. Kesuksesan pendidikan dari orang Tionghoa ialah disebabkan karena respek dari kultur Tionghoa pada pendidikan yang diajarkan oleh Guru Besar Tiongkok Kong Fu Zi!
Dapat dikatakan bahwa orang Tionghoa dimana-mana, baik di Asia, Amerika Utara, Uni Eropa dan Afrika merupakan satu etnis yang kecil tetapi mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang keilmuan, ekonomi dan kesenian. Pengaruh ini sangat menyolok terutama di Asia Tenggara. Pada jaman Hindia Belanda sampai dengan masa kekuasaan Orde Lama orang Tionghoa memainkan peranan yang penting dalam social, budaya dan bahkan politik. Kita lihat banyaknya guru-guru besar asal Tionghoa di universitas-universitas Indonesia. Ahli-ahli dokter pribadi dari presiden Soekarno dan para menteri umumnya adalah ahli-ahli Tionghoa. Ahli hukum, legal advisor dari pemerintah Indonesia dalam banyak persoalan-persoalan diantaranya ialah tembakau di Bremen, Jerman Barat adalah prof. Dr. Gouw Giok Siong, seorang guru besar hukum internasional yang terkenal didunia etc.etc.
Orang Tionghoa disampingnya provinsialisme Tiongkok juga ada perbedahan antara Peranakan dan Totok, juga antara kedua ini mempunyai perbedahan-perbedahan dan kontradiksi-kontradiksi dalam tubuh masyarakat Tionghoa. Kontradiksi ini tidak berat, apalagi sesudah berdirinya Baperki, banyak institusi-institusi adalah hasil kerja sama yang baik antar orang Tionghoa, baik golongan Totok dan Peranakan, dan dalam badan Totok golongan-golongan provinsi. Kontradiksi ini adalah kontradiksi antar saudara, semua dapat diselesaiakan dalam suasana kekeluargaan.
(Han Hwie Song,33899)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Tautan Internal :
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/33899 (Han Hwie Song)