Budaya-Tionghoa.Net | Selain 3B (Bibir, Bubur, Bunaken), Manado juga terkenal dengan perayaan Cap Go Meh-nya atau disebut juga perayaan Goan Siao. Perayaan Cap Go Meh di Manado hampir semeriah perayaan Cap Go Meh di Singkawang ditinjau dari segi atraksi dan jumlah pengunjunganya, hanya Manado tidak mempunyai pawai Lampion seperti di Singkawang, yang diadakan dua hari sebelum perayaan Cap Go Meh sebagai puncak atraksinya. Kedua perayaan Cap Go Meh di kedua kota tersebut mempunyai keunikan masing-masing.
|
Sebagai ibukota propinsi Sulawesi Utara, Manado lebih mudah pencapaiannya dibandingkan dengan Singkawang, karena Manado mempunyai lapangan terbang sendiri (Sam Ratulangi) yang telah
dimodernisasi, sehingga para wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara dapat langsung tiba ditempat (banyak perusahan penerbangan dengan tujuan Manado), sedangkan Singkawang masih belum memilikinya, sehingga para wisatawan yang menggunakan pesawat terbang harus mendarat di Pontianak dahulu sebelum menempuh jalan darat selama 2,5-3 jam menuju Singkawang.
Selain itu juga tersedia hotel-hotel yang relatif cukup banyak dan berbintang, seperti Hotel Ritzy (dahulu Novotel namanya) yang letaknya di Manado Boulevard dan dapat melihat teluk Manado serta P.Bunaken, Hotel Gran Puri, Hotel Sahid Manado, Kima Bajo Resort & Spa Hotel, Hotel Santika dan Hotel Sedona (keduanya relatif cukup jauh letaknya dari pusat kota, walaupun berbintang dan menarik) dll.
Perayaan Cap Go Meh atau perayaan Goan Siau di Manado juga menampilkan Tatung seperti di Singkawang yang sebutannya Tang Sin, tetapi jumlah Tang Sin (atau Tatung) tidaklah sebanyak seperti yang dijumpai di Singkawang yang jumlahnya sangat besar, biasanya di Manado jumlahnya sekitar 10 orang, mungkin juga karena tidak sebanyak kelenteng seperti di Singkawang (ada enam tempat ibadah umat Tridharma atau kelenteng di Manado)
Prosesi perayaan biasanya dimulai dari Kelenteng Ban Hian Kiong, sebagai kelenteng yang dituakan di Manado, yang terletak jalan Panjaitan, di pusat perdagangan atau pecinan kota Manado. Pemain- pemain Barongsai dan Liongnya juga ada yang didatangkan dari luar daerah, seperti Makassar, Surabaya, Malang dll.
Perayaan Cap Go Meh di Manado juga merupakan suatu pesta rakyat (orang Manado memang gemar berpesta), peserta dan pengunjungnya berdatangan dari berbagai kota dan daerah seperti Tomohon, Bitung, Tondano, Kotamobagu, Tahuna, Siau hingga Gorontalo, Ternate, Palu, Makassar dll. serta wisatawan dari berbagai mancanegara seperti dari Filipina, Malaysia dan Singapura.
Perayaan Cap Go Meh ini juga dimeriahkan dengan tarian perang khas Minahasa yang disebut Tarian Kabasaran (Cakalele) dan musik bambu, musik tiup bambu seng serta klarinet yang memainkan musik dan lagu-lagu populer rakyat Minahasa (Folk Songs) seperti Mars Minahasa, Si Patokaan dll.
Dalam prosesi Cap Go Meh atau Goan Siao ini juga melibatkan barisan ritual umat Tridharma dan selain itu juga ada atraksi pawai yang disebut pikulan, yaitu pawai yang menampilkan tokoh-tokoh populer atau pahlawan dari cerita legenda Tiongkok, dewa-dewa umat Tridharma dan biasanya diperankan oleh anak kecil.
(Golden Horde, 31245)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua