Budaya-Tionghoa.Net | Candi Borobudur bukan Theravada Buddhism, tetapi termasuk Mahayan Buddhism cabang Tantrayana. Tantrayana Jawa terutama menyebut ajaran mereka sebagai Tantrayana Kasogatan.
|
Menurut catatan sejarah di Singasari, buddhisme di sana banyak yang menganut aliran pemikiran Bojana. Beda utama tantra Bojana dengan aliran lain adalah dalam metode untuk melepaskan diri dari ketergantungan atas kenikmatan duniawi. Cara mereka adalah jangan menghindari kenikmatan justru harus dinikmati sepuas-puasnya sampai satu titik maka jiwa manusia akan bosan akan kenikmatan itu dan di situlah ketergantungan atas kenikmatan duniawi akan mulai ditinggalkan.
Karena masa candi Borobudur berabad-abad sebelum Singasari saya kurang tahu apakah kepercayaan tantra wangsa Syailendra juga mirip dengan tantra Bojana jaman Singasari. Namun kita bisa lihat tingkat/bagian bawah Kamadhatu candi Borobudur yang memuat relief2 kenikmatan duniawi, sepertinya kurang lebih sama.
Tibetan Buddhism sendiri menurut sejarah mereka merupakan lanjutan dari Tantrayana Nusantara karena pelopor-pelopor Tibetan Buddhism banyak yang belajar mengenai Tantra di Srivijaya dan Jawa. Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa. Mereka menyebutnya Bumishambara. Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran selatan, Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme nusantara adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana.Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada Thailand sekte….) baru mendapatkan stimulus sejak kejadian
Hormat saya,
Yongde
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua