Budaya-Tionghoa.Net | Ada pertanyaan seperti ini. Apakah Fengshui hanya sekedar mitos saja atau memang ada manfaatnya. Seperti misalkan rumah tusuk sate , apakah dapat membawa bencana bagi penghuninya ? Sebetulnya Feng shui adalah ilmu tata letak bangunan yang munculnya berdasarkan pembuktian empiris. Karena keterbatasan pengetahuan orang masa lalu maka dikaitkan dengan mitos (Levis Strauss). IM Pei seorang arsitek Amerika keturunan Tionghoa pernah ditanya tentang feng shui ini,apakah percaya dengan itu ?
Yes,I believe it but not in superstition…[IM Pei]
|
Tentang rumah tusuk sate sebetulnya sangat rasional kalau mendapatkan angin yang cukup besar akibat lorong udara didepannya. Akibatnya kalau tidak dapat dimanage dengan baik akan menimbulkan masalah buat penghuni rumah, kalau tidak tahan akan mudah sakit,kalau sakit tidak dapat bekerja dan akan melarat atau mati.
Juga pada masa lalu kalau ada kendaraan kereta yang ditarik kuda pada saat akan berbelok,tiba-tiba kudanya larat maka akan menabrak rumah yang tusuk sate.Tapi itu dulu dimana kendaraan tidak punya rem yang canggih. Jadi sebenarnya ada penjelasan rasionalnya.
Fengshui sebenarnya telah ada jauh sebelum Taoisme lahir, kira-kira telah berumur 3000 tahun. Di zaman dinasti Han dan sebelumnya, Fengshui adalah sebuah ilmu geografi arsitektur, perumahan dan pertanahan yang sangat biasa. Belum ada istilah Fengshui pada zaman ini, istilahnya adalah “Xing Fa” yang terdiri dari dua bagian besar yaitu “Xiang Min Zhai” yang mengurusi perumahan dan arsitektur serta “Tu Yi Fa” yang mengurusi tentang topologi.
Fengshui mendapat nama Fengshui setelah dikonstruksi dan mendapat struktur yang lebih sempurna pada zaman dinasti Jin, terutama karena mendapat pengaruh dari tradisi penguburan yang umum di zaman tersebut, mungkin ada yang tahu tentang “Zang Jing” yang ditulis oleh Guo Pu.
Di zaman dinasti Tang, Fengshui sendiri dan Metoda Fengshui berkembang terpisah. Fengshui murni tetap pada topologi sedangkan Metoda Fengshui kemudian lebih terfokus pada tata letak penguburan. Dalam perkembangannya, Metoda Fengshui kemudian digabung maupun ditambahkan dengan berbagai ilmu dan metode lainnya sehingga membentuk banyak cabang Fengshui yang kita kenal sekarang.
Tahayulitas pada Fengshui mulai berkembang pada zaman Tang dan mencapai puncaknya pada zaman Ming dan Qing. Tentunya ada tahyulitas yang dapat dijawab secara “ilmiah” namun banyak yang tidak berdasar dan perlu (harus menurut saya) untuk dikikis.
Tahayulitas seperti itulah yang perlu ditolak, namun tidak dengan menolak mentah-mentah Fengshui itu sendiri serta mengolok-ngolok orang yang percaya Fengshui sebagai orang tidak berpendidikan, tidak saintifik dan mudah dibodohi dan biasanya merupakan orang kuno yang ada di tingkat bawah masyarakat space-age dan science-religion di masa ini.
Pikiran bahwa Fengshui = tahayul tentu bukan muncul kemarin malam, namun telah ada berabad lamanya, bahkan oleh ilmuwan Tiongkok sendiri. Pikiran seperti ini telah usang karena sementara kita sedang bergulat menolak dan menidaksetujui Fengshui, para ilmuwan Barat telah mengambilnya, mengadopsi serta mungkin saja bersiap2 memperkenalkan kembali kepada dunia timur.
Biasalah, kita memang selalu ketinggalan beberapa langkah dari Barat karena mereka selalu dapat mencari segala manfaat dari apa yang telah kita tinggalkan untuk kemudian diperkenalkan sebagai ilmu Barat yang kemudian kita puja-puja. Lihat saja senapan, spagheti, kompas, planetarium, obat bius untuk anestetik, ilmu forensik. Sedikit yang tahu kalau itu pertama adanya di Tiongkok bukan ditemukan oleh Barat. Ironis bukan?
Fengshui bukan segalanya, masih banyak yang perlu kita perhatikan daripada cuma memperhatikan Fengshui terlebih-lebih yang bertolak dari pandangan tendensius, setuju tidak setuju atau bermanfaat tidak bermanfaat. Otokritik dan reformasi terhadap Fengshui telah dilakukan oleh para ilmuwan dan itu merupakan urusan mereka. Saya dalam kehidupan universitas saya juga tertarik dengan Fengshui yang nampaknya sangat asing bagi saya, walaupun itu adalah produk leluhur.
Dalam pemahaman saya akan sejarah Fengshui, bila saya kebetulan adalah pakar Fengshui, maka saya akan cenderung berinisiatif menggunakan Fengshui yang ada pada sebelum zaman dinasti Han sebelum ia dijejali segala tahyulitas dan metoda2 lain untuk mengkritik ketahyulan yang melekat pada Fengshui. Bukan menggunakan segala framework dan kerangka ilmiah Barat untuk mengkritik Fengshui itu sendiri. Bagaimana kita bisa mengadakan kritik dengan membandingkan apple to durian ?
Kembali lagi ke masalah Fengshui, bagaimana kalau Qi yang penting dalam Fengshui tadi benar-benar memang mempengaruhi bagaimana dunia ini berjalan yang merupakan salah satu bentuk kekuatan tidak terlihat yang tidak dapat dijelaskan dalam kerangka ilmiah masa kini? Yang tidak kelihatan belum tentu berarti tidak ada bukan?
Setelah dinasti Han dimana pemikiran mengenai Qi menjadi suatu konsep meluas maka konsep ini juga tidak dapat dihindari mendominasi Feng Shui. Pada masa pra Han , konsep Qi tetap ada dalam Feng Shui tapi tidak memegang peranan dominan. Yang dominan adalah Yin Yang serta lima unsur.
Sedangkan ilmu Feng Shui yang sekarang sedang trend adalah teknik Xuan Kong Fei Xing dengan menerbangkan bintang-bintang dalam Luo Shu untuk menempatkan posisi-posisi yang baik sesuai pergerakan Qi.
Berkaitan dengan sistem penghitungan Da Shan Yuan per 180 tahun yang dibagi menjadi tiga yaitu siklus 60 tahun yang mana berkaitan dengan 60 hua jia Zhi. Teknik Xuan Kong ini sebenarnya teknik yang tidak temasuk kuno bahkan baru berumur sekitar seratus tahun lebih.
Jika ingin mempelajari Feng Shui seyogyanya menguasai Xing Fa (kadang disebut Luan Tou) bukan menerbangkan bintang-bintang.
Buang tahayulnya, jangan buang Fengshuinya.
J.Loekito Kartono / Rinto Jiang / Xuan Tong / 10536
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua