Budaya-Tionghoa.Net | Judi walaupun bukan sesuatu yang haram di kalangan Tionghua, namun sebenarnya juga bukan sesuatu yang dianjurkan. Judi di dalam pemikiran orang Tionghoa dianggap sebagai salah satu media untuk mengadu nasib, mendapatkan kemujuran. Sebenarnya tidak ada dasar yang kuat untuk alasan ini, cuma satu kepercayaan yang muncul dari kenyataan bahwa sebenarnya judi itu hanyalah sebuah bentuk rekreasi.
|
Dewa Judi tidak ada dalam kepercayaan tradisional Tionghoa, yang ada biasanya hanya Dewa Kekayaan (Cai Sin Yia, atau Cai Shen Ye dalam mandarin) dan sejenisnya. Dewa Kekayaan ini macam2 lagi pembagiannya, yang artinya, Dewa Kekayaan ini tidak merujuk kepada 1 dewa sahaja.
Di kalangan awam orang Tionghoa, terkadang dewa disalah-gunakan, beberapa dewa dianggap dapat menambah kemujuran, memberikan petunjuk dalam berjudi, ini terutama dalam judi yang berbentuk lotere, Porkas atau SDSB sejenisnya. Ini dikarenakan definisi dewa-dewi di kalangan awam Tionghoa sangat bervariasi, bahkan ada penjahat yang didewakan, karena dianggap sebagai “pahlawan”, macam seorang perampok bank di Taiwan yang telah dihukum mati. Berita TV menunjukkan bahwa penjahat tadi didewakan (dijadikan panutan) oleh para penjahat2 lainnya. Ini ridiculous.
Nah, kembali kepada meminta kemujuran pada dewa-dewi untuk urusan berjudi, saya kira ini juga bukan satu hal yang baik, karena menurunkan derajat penghormatan pada dewa-dewi itu sendiri. Bila meminta kemujuran untuk berusaha, wiraswasta dan lain2, ini lebih dapat diterima. Saya anggap itu sebagai satu motivasi psikologis untuk berusaha.
Lagipula, apakah yang meminta nomor kode judi (buntut) kepada dewa-dewi itu tahu bahwa yang memberikan kode itu benar dewa-dewi yang bersangkutan? Kalau tahu sejarah hidup seorang dewa, Kwan Kong misalnya, jejali dulu pertanyaan mengenai sejarah kehidupannya, kalau medium (tang-ki) yang dirasuki tahu, saya mungkin masih akan percaya kalau itu benar Kwan Kong yang datang.
Judi selama dianggap sebagai sarana rekreasi, saya kira tidak ada salahnya. Namun bila telah dianggap sebagai sarana mencari penghidupan, saya kira ini sudah melenceng karena judi merusak. Berapa banyak orang yang rusak masa depannya karena judi. Ada orang yang menang, tentu saja ada yang kalah. Jangan cuma melihat gemerlap kemenangan, liriklah sebentar bagaimana susahnya menjadi orang2 yang kalah.
Di Taiwan dan RRC, judi dilarang. Namun untuk mahyong yang dianggap sebagai warisan budaya diperbolehkan asalkan dalam waktu dan tempat yang bersamaan tidak lebih dari 1 meja (4 orang). 1 meja dianggap sebagai rekreasi, namun lebih dari 1 meja dianggap sebagai perjudian.
Di HK saya kurang tahu, namun di Makau yah judi itu legal.
Rinto Jiang
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua