Budaya-Tionghoa.Net | Dalam roman , Musashi yang sedang memulai karir awal sebagai petarung mengadakan perjalanan ke Hozoin. Ada dua pengalaman yang didapat Musashi yaitu seorang biarawan tua dan biarawan muda yang congkak.
|
Dalam perjalanan menuju tempat pertandingan Musashi bertemu dengan seorang biarawan tua terlihat lemah sedang mencangkul sayur-sayuran, Musashi mengajak berbicara tetapi rupanya orang tua itu tenggelam dalam pekerjaannya. Namun ketika berlalu , Musashi merasa diserang oleh kekuatan yang mengerikan yang menghujam tubuhnya dan ia meloncat ketakutan. Seluruh tubuhnya panas seolah-olah baru lolos dari pukulan pedang dan tombak yang mematikan. Sebenarnya apa yang terjadi ? Si Musashi merasakan pantulan dari dirinya sendiri.
Lain halnya dengan Hozoin lainnya seperti Agon yang akan dihadapi kemudian dalam duel ,. Agon yang muda dan temberang dan terbunuh seketika oleh Musashi dalam pertarungan yang tidak seimbang . Berikutnya Musashi mendapat pencerahan dari si kakek tua yang menghardik :
“Kalau obat dapat menyelamatkannya [Argon] , tidak akan aku coba menghentikan pertarungan tadi . Goblok !! [cat : ketika Musashi menghadapi Agon. Argon tidak menyadari bahwa Musashi adalah lawan yang sangat kuat ]
Si Biarawan tua kemudian berkenalan dengan Musashi.
“Ketika melihatku sebelumnya saat aku mencangkul , kau melompat menyingkir bukan?
“Ya”
“Kenapa begitu?”
Foto Ilustrasi : gotterdammerung.org , Musashi saat bertemu dengan Nikkan dalam “Miyamoto Musashi : Hannyazaka no ketto ” , 1962 )
“Saya bayangkan waktu itu , kakek bisa menggunakan cangkul sebagai senjata yang menghantam kaki saya. Saya merasa ada hawa pembunuh dalam pandangan kakek , seakan2 kakek sedang mencari titik terlemah dalam tubuh saya untuk diserang.”
Kakek tua itu tertawa.
“Nak , yang terjadi sebaliknya , kau masih ada lima puluh kaki jauhnya dariku , tetapi sudah kutangkap hawa pembunuh itu di udara. Kurasakan itu di ujung cangkulku. Sehingga bahkan waktu itupun kakek merasa harus siap mempertahankan diri. Kalau yang lewat itu cuma seorang petani biasa di sekitar , kakek sendiri tidak lebih dari seorang tua yang sedang mengurus sayur2an . Benar wahai Musashi , kau merasakan sikap permusuhanku , tetapi itupun sebenarnya pantulan dari sikapmu sendiri. Nak”
“Saya mengucapkan terima kasih atas pelajaran dari kakek.” Kemudian Musashi membungkuk dan memberi hormat. “Kedudukan kakek apa di kuil Hozoin ini?”
Oh kakek bukan dari kuil Hozoin ini , kakek ini kepala biara Ozoin , Nikkan.”
Ini fase perjalanan awal Musashi yang juga seni bela dirinya berasal dari pemikiran filsafat Tiongkok , art of war nya Tiongkok , yang memiliki pengaruh kuat di Jepang . Berikutnya dia akan bertemu dengan berbagai faset kehidupan , menghadapi nama besar . musuh yang lebih populer [atau sebut saja pakar] dan terkenal , nyatanya satu persatu jatuh di tangan Musashi . Dari Perguruan Yoshioka sampai pertarungan dengan Sasaki Kojiro. Musashi adalah salah satu figur terkenal dalam sejarah Jepang yang banyak mendapat pencerahan dari sumber2 klasik Tiongkok. Dari sepengggal kisah Musashi ini bisa dipetik beberapa pelajaran :
1. Kita harus mengerti batasan kemampuan diri sambil terus berupaya mengembangkan diri .
2. Jangan mengganggap rendah sesuatu dan jangan takabur.Yang tampak lemah bisa jadi kuat hanya saja mereka tidak mau memamerkan.
3. Terkadang sikap kita terhadap orang lain merupakan cerminan dari diri sendiri. Kita melihat orang lain buruk , bisa jadi itu cerminan dari diri kita . Jadi jangan lupa untuk terus melakukan introspeksi diri.
Rendah hatilah !!!
Kisah ini disadur dari novel karya Eiji Yoshikawa , “Musashi”
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua