Budaya-Tionghoa.Net|Mungkin disini perlu dijelaskan sedikit mengenai prinsip analisapasien menurut ilmu sinse. Ada empat tahap yaitu Wen (tanya) , wang (mengamati) , wen (mencium) , qie (periksa nadi). Seorang sinshe harus bertanya dahulu keluhan pasien , mengamati raut muka , lidah , bola mata bahkan kulit tubuh , melihat bagaimana nafasnya , tekanan suaranya , mencium bau tubuh (terkadang hingga titik extreme menciumi bau kotoran dan melihat kotorannya seperti apa) dan memeriksa nadi agar diagnosanya lebih tepat lagi. Dari situ dibuat suatu kesimpulan mengenai penyebabnya , apakah karena faktor emosi , meridian mana yang tidak seimbang dan banyak hal lainnya.
|
Ketika sinse memberi obat atau ramuan , mengacu kepada panduan ramuan seperti misalnya kitab Shang Han Lun. Isi ramuan itu tidak dengan jumlah dosis , pengamatan atau hasil diagnosa sinshe itu yang membuat dosis , misalnya Dang Gui untuk pasien A adalah 10 gram dan untuk pasien B adalah 5 gram. Jadi tetap disesuaikan dengan kondisi tubuh. Selain itu juga diperlukan pemahaman karakteristik bahan ramuan , seperti misalnya apakah sifatnya pahit , panas , berfungsi untuk meridian apa.
Masalahnya yang sering beredar disini ini adalah mereka yang misalnya sakit batuk kemudian ke sinshe A , mendapat ramuan dan ternyata sembuh, kemudian memberikan resep obat itu untuk anaknya. Tanpa pernah melihat apakah batuk berdahak atau batuk kering. Jadi tetap saja diperlukan tabib atau sinshe yang berpengalaman untuk menilai obatnya seperti apa. Minimnya pengetahuan dan terkadang hanya sekedar apa yang didengar. Misalnya therapi urine yang mana sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh orang yang meridian ginjal dan kandung kemih itu tidak seimbang atau dengan kata lain adalah sakit ginjal atau sakit kandung kemih.
Bicara logika , coba lihat meridian tubuh , ada yang disebut tiga unsur pemanas. Itu tidak pernah ada dalam bentuk fisik seperti apakah tiga unsur pemanas itu. Tapi meridian ini menjadi penunjang basic pengobatan Tiongkok. Prinsip lima unsur atau lima organ tubuh yang saling berkaitan , Yin Yang , empat musim (empat arah atau geografis) , emosi manusia , itu menjadi salah satu dasar pengobatan Tiongkok.
Penelitian juga dilakukan oleh para sinshe atau bisa disebut ahli- ahli pengobatan. Li Shizhen , Wuchuo , Sun Simao adalah sedikit dari ratusan nama yang turut menguji dan memperbaiki teori serta mengembangkan cara-cara pengobatan. Memang terkadang promosi dari mulut ke mulut itu lebih ampuh tapi sayangnya kurang pengetahuan. Misalnya ada yang menulis mengenai Ling Zhi yang digunakan untuk rematik. Saya tidak pernah mendengar Lingzhi digunakan untuk rematik.
Kita kalau mau jujur kepada sejarah , ternyata sistem pengobatan Barat juga berasal dari pengobatan tradisionil Yunani. Ribuan tahun sebelum William Harvey mengenal peredaran darah , kitab Huangdi Neijing sudah mencatat itu. Perbedaan mendasar antara pengobatan Timur dan Barat sebenarnya hanya dari cara memandang bagaimana melihat pasien dan filsafat apa yang mendasari itu.
Sekarang mari kita lihat lagi , pengobatan Tiongkok mengenal geografis yang juga membedakan dalam hal diagnosa , juga mengenal emosi bisa mempengaruhi kesehatan tubuh , keterkaitan organ-organ tubuh yang dalam satu kesatuan tidak bisa dipisahkan. Mudahnya saja , sakit gigi bisa menyebabkan migrain , pegal di pundak dan banyak lagi. Atau misalnya pernafasan tidak baik , bisa menyebabkan paru-paru tidak baik dan ada kemungkinan bisa mempengaruhi kulit tubuh.
Hal-hal seperti ini sudah dikenal ribuan tahun yang lalu dan tentunya dengan kemajuan teknologi bisa membantu mengembangkan atau mencari cara metode pengobatan yang murah dan lebih baik lagi. Bukan dengan menilai ini buruk atau ini jelek.
Saya pernah berdiskusi dengan kawan yang mempelajari jamu-jamu Jawa, kami berdiskusi mengenai hal itu dan mendapat kesimpulan bahwa dalam hal herbal , ahli pengobatan Jawa tidak memiliki satu kesamaan teori seperti ilmu pengobatan Tiongkok. Memang itu kelemahan tapi dengan adanya teknologi maju tentunya jamu – jamu itu bisa diriset demi kemanusiaan.
Sekarang coba kita lihat lagi , ahli patah tulang tradisionil seperti Cimande , Sangkal Putung itu tidak meminta bayaran jutaan rupiah , sekedar ucapan rasa terimakasih juga mereka bisa dengan senang hati menerimanya. Bandingkan dengan biaya konsultasi dokter ahli tulang di Jakarta misalnya. Sekali konsultasi bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Coba kita hargai nilai kemanusiaan para ahli pengobatan tradisionil itu.
Bisa anda bayangkan seorang buruh bangunan yang bergaji 700 ribu sebulan harus membayar jutaan jika tangannya patah ? Mereka lebih suka ke Cimande daripada menguras koceknya yang lebih diperlukan untuk kebutuhan hidup mereka. Terlepas dari teori bahwa tulang bisa tumbuh sendiri ketika patah , tapi bagi rakyat jelata , ahli patah tulang Cimande lebih berperikemanusiaan dibandingkan dokter-dokter atau Rumah Sakit.
Jika kita bisa melihat kelebihan mereka tentunya kita harus akui bahwa mereka juga memiliki kekurangan. Latar belakang pendidikan mungkin menjadi salah satunya. Alangkah berjasanya jika profesor atau dokter yang bertebaran ini mau memberikan mereka para ahli patah tulang Cimande itu sedikit pengetahuan pengobatan barat.
Bisa kita gunakan pengetahuan barat untuk para tukang jamu atau dukun untuk menjadi barefoot doctor seperti yang pernah dilakukan Republik Rakyat Tiongkok pada masa tahun 50an hingga 90an (sekarang saya tidak tahu apakah barefoot doctor masih ada di Republik Rakyat Tiongkok atau tidak) sebagai salah satu sarana pengobatan murah bagi rakyat Indonesia yang miskin dan tidak sanggup ke Rumah Sakit atau dokter. Penggunaan metode pengobatan sederhana , murah dan praktis sebagai langkah kesehatan masyarakat dapat kita lakukan melalui jalur mereka.
Siapkah ? Maukah ? Maukah anda-anda yang berpendidikan tinggi dalam dunia kedokteran barat mendidik atau tepatnya memberi wawasan kepada para dukun atau praktisi pengobatan timur ?
hormat saya ,
Xuan Tong
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa