[Photo Ilustrasi : Christian R , Rawon Setan Di Surabaya ]
Budaya-Tionghoa.Net | Nasi rawon panas-panas, daging (sapi)nya pilih yang agak berlemak, makannya bareng asinan endog (telur) bebek, ditaburi cambah (toge) pekontet mentah, sambel-nya sambel terasi yang ditumis minyak jelantah…. wah, kalau makan mending ngajak mitoha (mertua), jadi anda tidak dibilang mantu yang cuwek-bebek tidak mengajak beliau saking asyiknya anda menikmati rawon, jeh!
Bener sekali kata Bung Tony, arek Suroboyo sukanya masak kluwek buat ngerawon. Bener lagi tu Rawon Nguling top dan banyak diperbincangkan di kalangan pendoyan makan enak. Lantas muncul Rawon Setan (mbak Endang?) yang konon bukaanya menjelang tengah malem. Tapi di Serpong pernah buka sebentar cabang-nya, lantas gantung handuk balik kanan bubar jalan.
Rupanya julukan ‘rawon setan’ yang semula sekedar geguyon, sebab dia dagangnya menjelang tengah malem, sebagai penghangat perut para pengelana malam yang mau supper, ternyata tidak pas bagi warga Serpong dan sekitarnya, ada sebagian orang yang bahkan anggap serius, seolah itu resto bersekutu dengan…. setan(?) tuh, euy!
Rawon ajah sudah mengalami diverfikasi. Banyak yang membuat rawon iga (sapi) sebagai variasi dari sekedar rawon daging. Juga rawon buntut(?) sapi. Mungkin juga iga babai bisa pas masuk dalam bumbu rawon begitu, jadi serupa tapi tak sama dengan bak-kut thee.
Kluwek aka klowak aka buah kepayang, buahnya segede bola ‘football’ Amrik, katanya (saya belon pernah lihat sendiri sih), memang pahit rasanya, sebab benernya itu mengandung racun mematikan: sianida. Yang mentah (belum diproses) jangan coba-coba dimakan, bisa game over atau setidaknya bikin mabuk kepayang. Konon uap aroma buahnya ajah ketika dibelah akan membuat pusing-pusing kepala si pembelahnya tuh.
Yang biasa dipakai sebagai bumbu itu benernya adalah bijinya, yang sudah mengalami proses fermentasi aka ‘pembusukan’. Dicuci bersih, direbus, dibuang air rebusan-nya, dicuci lagi – supaya sianidanya menguap kena panas, lantas diperam dalam tanah, barulah layak sebagai bumbu yang enak buat ngerawon (Surabaya), ngelowak ayam (Tangerang, Singapura, Malaysia) atau pun mucung (ikan) gabus ala Betawi.
Kalau mau gampang ya beli ajah di pasar, sudah diproses tuh biasanya, tinggal pakai. Kalau masih ada pahit-pahitnya, itu bisa saja karena masih tertinggal sisa-sisa sianida di dalam bijinya, jeh!
Begitu sajah sih ya kira-kira…
Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng