Budaya-Tionghoa.Net | Tanggal 13 Oktober tahun 2010 yl. Rakyat Indonesia dan Rakyat Tiongkok kehilangan seorang pejuang dan sahabat baik yang dikenal dengan nama Szetu Mei Sen, usia 82 tahun. Pada saat dilangsungkan Upacara Belasungkawa perpisahan terakhir pada tgl. 19 Oktober 2010 jam 11 pagi di Rumah Duka Jing Hu Macau, nampaklah ke-BESARAN Szetu Mei Sen yang dihargai dan dihormati rakyat kedua Negara, Indonesia-Tiongkok. Sementara penduduk-tua Macau terkagum, “Selama ini belum pernah melihat Rumah Duka bisa begitu penuh dihadiri kerabat orang yang meninggal, sekalipun pejabat tinggi Macau. Sungguh luar biasa yang meninggal kali ini?”
|
Benar-benar Rumah Duka Jing Hu yang terbesar di Macau menjadi nampak terlalu kecil untuk menampung begitu banyaknya sahabat karib yang datang melepas Mei Sen. Nyaris separoh hadirin harus berdiri bahkan meluber keluar aula, begitu juga karangan bunga yang tidak hanya dikirim oleh pejabat Pemerintah Macau dan sahabat karib dari Macau, tapi juga pejabat dari Pemerintah Tiongkok Pusat dan beberapa Propinsi, sahabat di Tiongkok daratan, Hongkong dan tentunya juga tidak sedikit karangan-bunga dari sahabat-karib Szetu Mei Sen di Indonesia. Patut dicatat, mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri termasuk pengirim bunga dari Indonesia. Begitu banyaknya karangan-bunga, terpaksa harus dijejer sekitar Rumah Duka sampai keluar dipinggir jalan raya.
Mantan Gubernur Macau, He Hou Hua tidak saja berperan sebagai ketua Panitia Belasungkawa, tapi juga memerlukan hadir untuk melepas sahabat karibnya Szetu Mei Sen. Begitu juga Gubernur Macau Cui Shi An memerlukan hadir menyatakan belasungkawa pada Keluarga Szetu Mei Sen yang ditinggalkan. Dari pihak pemerintah pusat RRT dan Propinsi juga mengutus Dept. Urusan Huakiao untuk hadir, disamping mengirim Telgram Belasungkawa dan juga karangan bunga.
Satu persatu memberikan penghargaan tinggi pada Szetu Mei Sen adalah seorang yang berjasa dalam mempererat Persahabatan Rayat Tiongkok dan Rakyat Indonesia, “Sekalipun beliau (Mei Sen) telah meninggal dunia, apa yang beliau sumbangkan tetap berada di hati rakyat kedua bangsa,” kata Dubes RRT di Jakarta Zhang Qiyue. Banyak orang Tiongkok yang mengagumi peran Szetu Mei Sen dalam mensukseskan kelancaran Konfrensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung; bersama Adam Malik memainkan peran penting menggolkan hak RRT menjadi anggota PBB yang sah, di tahun 80-an juga berperan sebagai perantara dalam pemulihan hubungan diplomatik RI-RRT yang sejak tahun 1967 dibekukan.
Bagaimana reaksi dari pihak Pemerintah Indonesia? Terkesan kurang perhatian dan memberi penghargaan pada seorang warga-nya yang yang tersangkut di Macau ini. Nampaknya Konsulat Jenderal RI di Hong Kong dan Guang Zhou merasa sudah cukup dengan mengirimkan telegram dan karangan bung belasungkawa, dan cukup sekadar mengirim utusan saja. Tidak dengan cekatan mengajukan kesediaan melibatkan diri dalam Panitia Upacara Belasungkawa melepas warganya yang meninggal di Macau itu. Bahkan saat di Jakarta dilangsungkan kegiatan “Mengenang Bapak Almarhum Sze Tu Mei Sen” yang diselenggarakan Lembaga Kerja Sama Ekonomi, Sosial dan Budaya Indonesia-China bersama keluarga Mendiang Sze Tu Mei Sen pada tgl. 7 Maret 2011 di Grand Sahid Jaya, hanya dihadiri oleh “pejabat” yang memang sahabat baik Szetu Mei Sen saja. Antara lain, Megawati Soekarnoputri, Sukamdani, Mantan Dubes RI di Beijing, Sudradjat dan mantan Komandan Tjakrabirawa, Maulwi Saelan.
Sekalipun Pemerintah Indonesia kurang menaruh perhatian dan penghargaan, tidak dapat disangkal kenyataan Szetu Mei Sen adalah sosok yang telah menjadi milik bersama, yang dicintai dan dihormati begitu tinggi oleh Rakyat Tiongkok dan Rakyat Indonesia! Mengapa bisa begitu? Marilah kita ikuti jalan hidup dan peran yang telah dilakukan Szetu Mei Sen selama hidupnya.