SEMARANG-Aliran atau agama Tao saat ini sudah berusia 5.000 tahun. Aliran yang lahir di Tiongkok sejak 2697 Sebelum Masehi ini, menurut banyak kalangan, membuat bangsa Tiongkok kini menjadi bangsa yang besar dan kuat. Salah satu sebab karena berkembangnya Tao.
Pernyataan ini diungkap guru besar ilmu filsafat Universitas Gajah Mada Yogyakarta Prof Dr Damardjati Supadjar dalam acara bedah buku perkembangan Tao di Jalan Pandanaran 38 Semarang, Jumat (6/3) malam lalu.
|
Selain Damardjati, tampil sebagai pembicara Taoist Ardian Changianto yang jaga pakar budaya Tionghoa serta Daniel Dharmawan, praktisi psikologi filsafat spiritual.
Peserta bedah buku berasal dari berbagai kalangan, termasuk Taoist dari beberapa negara. Acara yang merupakan salah satu rangkaian even Toist Day 2009 ini juga dihadiri oleh Master Lee Zhi Wang, guru dan tokoh Tao dari Singapura.
Damardjati mengatakan, besarnya bangsa Tiongkok ini juga diakui oleh Islam. “Nabi kami Nabi Muhammad SAW bahkan memberikan petunjuk yakni tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Ini menandakan bahwa Tiongkok adalah besar dan kuat, sehingga kita layak belajar segalanya dari sana,” ujar Damardjati.
Setelah ditelaah, lanjut Damadjati, ternyata ada aliran yang berusia sangat tua dan berkembang pesat penyebarannya ke seluruh dunia– termasuk di Indonesia. Yakni Tao. Diyakini Tao inilah yang sarat dengan pesan-pesan moral untuk mengajak kebaikan ini menjadi cikal bakal besarnya negeri Tiongkok.
Pembicara lain Taoist Ardian Changianto [Catatan Admin – Moderator Mailing List Budaya Tionghoa] memaparkan, selama 5.000 tahun, Tao mengalami perkembangan luar biasa. Sehingga timbul berbagai aliran. “Uniknya, meski ada berbagai aliran namun tidak ada perpecahan. Yang ada justru aliran demi aliran Tao ini saling mengisi. Ini yang membuat Tao terus berkembang pesat sekarang ini,” katanya.
Sementara Daniel Dharmawan mengatakan, dalam Taoisme ada lima unsur penting. Kelimanya unsur kultural (sejarah, budaya dsb), religius (ritual, doktrin, dan kepercayaan), serta filosofi dan motivasi. “Namun intinya Tao sangat mengedepankan saling menghormati dan menghargai sesama,” jelasnya.
Terpisah, Ketua Panitia Taoist Day 2009 Tjeng Santoso mengatakan, dalam bedah buku tersebut dikupas sejarah dan perkembangan Tao selama 5.000 tahun. Buku yang dibedah adalah buku Tao yang kali pertama ditulis dalam bahasa Indonesia. Buku yang ditulis oleh Master Wang Xing Yang ini aslinya adalah 1.600 halaman. Namun dapat dirangkum menjadi 400 halaman dan diterbitkan dalam 3 bahasa (Tionghoa, Inggris dan Indonesia) dan disebarkan di Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
“Ini buku rangkuman dari 4 buku tentang pengenalan Tao yang sudah berusia 5.000 tahun. Jadi masih banyak kekurangan dari buku ini dan mesti diperbaiki,” kata Santoso.
Tadi malam, adalah acara puncak Taoist Day 2009, yakni upacara Li Dou atau tolak balak di Jalan Pandanaran 38. Acara ini diikuti ratusan orang berbagai kalangan, dipimpin oleh Master Lee Zhi Wang.
Sementara hari ini pukul 10.00 akan berlangsung upacara minta rezeki (Qi Fu), serta pameran yang menampilkan cerita-cerita Dewa Tao, seluk beluk agama Tao dan perayaan-perayaan dalam agama Tao. Setelah Semarang, Taoist Day 2009 akan berlanjut di Singapura 9-12 Maret 2009. (smu/isk)
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/41392