KENAPA HITLER GAGAL ?
Amy Chua mendeskripsikan bagaimana hiperpower tumbuh dan runtuh dengan alasannya masing-masing. Sebagai contoh Imperium Mongol yang begitu luasnya , keruntuhannya ditandai dengan intolerance dalam religi , meninggalkan prinsip kebebasan beragama yang di bangun oleh Genghis Khan. Khanate di wilayah Russia bergabung dengan Mamluk Mesir dalam holy war. Dalam tubuh Mongol sendiri perekatnya segera hilang karena justru masalah religi dan saling menyerang satu sama lain . Di Central Asia , shamanisme yang merupakan kepercayaan asli Mongol pun turut tertekan. Sementara itu di Tiongkok , Dinasti Yuan sendiri mengalami keruntuhan karena , muncul gerakan anti sinifikasi Mongol yang sebelumnya justru didukung oleh Kubilai Khan. Selain kemudian dihantam oleh Black Death , Mongol yang semula tolerance justru mengalami keruntuhan secara bertahap karena intolerance , baik intolerance terhadap budaya , maupun agama .
Hiperpower lain adalah Belanda , Belanda nyaris tidak tertahankan disaat zenith pertumbuhannya , termasuk ketika mengirimkan pasukan untuk invasi ke Inggris , dibawah pimpinan William Orange III . William memobilisasi sekitar 500 kapal dengan puluhan ribu personil + dukungan finansial dari Yahudi – Belanda . Hasil ironis justru tampak bahwa amalgamasi Inggris-Belanda , Belanda mengekspor toleransi ke Inggris , dan Inggris muncul menjadi kekuatan baru didunia maritim.
Toleransi di Belanda secara prinsip adalah kebijakan internal , tetapi kunci kegagalan Belanda adalah justru di didaerah koloni mereka , prinsip intoleransi di daerah koloni ini , termasuk Indonesia , Ceylon , Suriname dll , dimana pemerintah kolonial memperlakukan koloninya secara inferior baik kultur maupun etnik . Inggris masih memiliki ikatan kuat dengan koloninya , sampai sekarang dalam bentuk persemakmuran.
Di masa Perang Dunia II , Jerman dan Jepang mencatat pencapaian yang menakjubkan ditambah klaim sebagai bangsa yang superior . Hitler kemudian membawa Jerman dari puing2 kekalahan Perang Dunia I ke negara yang kuat dan disegani , dengan power of hate dan intoleransi etnis . terhadap gipsi , yahudi , slavia [eropa timur] .
Hitler kemudian merampas apapun yang dimiliki Yahudi dari kekayaan hingga jiwa dan raganya. Dan kehilangan talenta2 berbakat yang memilih mengamankan diri ke Amerika Serikat , kalau sempat.
Pada saat Jerman mencapai puncaknya dan hampir seluruh benua Eropa dalam genggamannnya . Masalah lain muncul , bagaimana hubungan antara penguasa dan “jajahannya” . Di Soviet , Jerman tidak memposisikan diri sebagai pembebas rakyat Soviet [dari Stalin] tetapi memang untuk menjadikan mereka semacam budak yang sedari lama diimpikan Hitler bahwa Soviet tempat yang tepat sebagai lebensraum.
Tidak seperti Genghis Khan , Hitler tidak tertarik untuk merekruit talenta superior di kawasan yang dikuasai. Tidak seperti Romawi , Hitler tidak tertarik untuk melakukan inkorporasi dengan populasi kawasan barunya. Akibatnya Hitler dan Nazi mendapat perlawanan terus menerus dari daerah yang didudukinya . Hal yang sama juga terjadi pada sekutunya , Jepang .
Salam
Huang Dada
Tulisan ini merupakan tulisan lama saya yang dipindahkan dari blog lama
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua