Budaya-Tionghoa.Net| Nanguo Ziqi duduk bersandar pada meja. Ia mendongakan kepalanya kebelakang, menarik nafas dalam-dalam dan memasuki suasana diatas dirinya pengukutnya Ziyou bertanya, “apa yang terjadi?” Tubuh tenang itu seperti kayu kering; dapatkah pikiran yang tenang menjadi seperti abu? Orang yang bersandar pada meja sekarang tidak seperti orang yang bersandar sebelumnya.
|
Suasana diatas lebih seperti puisi dan kewaspadaan, tetapi hal ini menunjukan keadaan dimana sang tuan terlihat beda hari ini, dan Ziyou menanyakan kenapa.
Ziqi menjawab, “Pertanyaan bagus! Hari ini saya membuang pandangan pribadi saya, apa kamu tahu yang saya maksud? Kamu telah mendengar musik manusia, tetapi tidak musik bumi. Dan jika kaum telah mendengar musik bumi, kamu belum mendengarkan musik langit!”
Ziyou berkata, “Bolehkah saya bertanya mengenai hal itu?”
Ziqi berkata, “Saat dunia bernafas, kita menyebutnya angin. Saat angin bertiup, semua lubang di alam bergemuruh bersuara. Sudahkah kamu mendengar deruan itu? Lihatlah pohon-pohon di gunung, pohon-pohon besar tua dengan banyak lubang, seperti lubang hidung, seperti telinga, seperti rongga, seperti kurungan, seperti penggilingan, seperti kolam yang dalam, seperti kolam dangkal. Mereka bersuara seperti air mengalir lewat, panah dilepaskan, mencerca, menarik nafas dalam, berteriak, menjerit, tertawa, mendesah. Awalnya angin menyanyikan satu nada, lalu yang lain mengikutinya bernyanyi dengan nada-nada lainnya membentuk harmoni. Tenang bernafas berbisik dengan lembut; angin ribut berteriak ribut. Saat angin kencang berhenti, semua lubang-lubang ini menjadi hening semua. Tidakkah kamu melihat bagaimana cabang-cabang dan ranting-ranting masih berayun saat angin berhenti bertiup?
Ziyou berkata, “Musik bumi datang dari semua lubang dalam alam rimba, musik manusia dari seruling dan peralatan-peralatan musik. Bolehkah saya bertanya tentang musik langit?”
Ziqi menjawab “Ribuan suara yang berbeda dihasilkan oleh bentuk yang berbeda dari lubang saat angin bertiup melewatinya. Siapakah yang menciptakan itu semua? Bagaimana kamu membayangkan tenaga pembentuk dibalik semua itu?”
Cerita ini berakhir disini, dan arti sejatinya ditinggalkan untuk direnungkan pembaca. Tuan Ziqi memilih untuk tidak menggambarkan musik langit secara explisit, membiarkan setiap orang menggambarkannya sendiri untuk dirinya
Disini ada beberapa pemikiran yang dapat membantumu apa arti musik langit sesungguhnya:
Dengan menggambarkan musik bumi, yang bijak mengajak kita melihat alam rimba, alam itu sendiri, sebagai alat musik. Saat angin bertiup melaluinya, seperti saat manusia meniup seruling. Ide yang mendasari dan menyatukannya adalah musik dibuat saat tenaga (angin atau nafas) lewat melalui benda-benda tak terhitung itu (lubang lubang seruling atau lubang-lubang di alam.)
Sekarang lihatlah hal ini pada level yang lebih tinggi, dan lihatlah keseluruhan jagad sebagai alat musik. Disini, juga, kita melihat ada kekuatan maha besar yang melawati semua yang ada, termasuk kamu dan aku dan semua flora dan fauna yang tak terhitung jumlahnya di alam sana.
Tidak seperti nafas atau udara, kekuatan ini bukan pergerakan udara. Itu adalah angin kosmos yang menghadirkan kehidupan, kekuatan dinamis dari penciptaan dan evolusi. Saat ia melewati kita semua dan semua disekitar kita, ia menciptakan musik yang indah, simponi indah dari spiritual agung.
Musik langit bukanlah musik suara, seperti pengertian kita. Didalamnya kita dapat melihat ritme, pengantar, creesendo, dan atribut-atribut musik lainnya, dan itu juga musik tanpa suara. Itu menemukan ekspresi dalam keindahan alam, dalam kelahiran dan kematian bintang-bintang, galaksi-galaksi, dan martabat sederhana kaum manusia
Cobalah anda merenungkan sendiri bagaimana musik langit itu.
Jamal Senjaya , 8057
Budaya-Tionghoa.Net| Mailing List Budaya Tionghoa