Budaya-Tionghoa.Net | Mengenai lagu anak-anak yang dikecam habis oleh seorang rekan, aku pribadi setuju seratus persen pada pembelaan Dik Ulysee. Si pengecam itu, menurut penilaianku, jelas ngawur. Yang betul tentu saja Uly, karena memang syair yang benar adalah;
“Balonku ada lima
Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru …”
|
Entah kenapa si pengecam sengaja mengganti balon hijau menjadi balon merah? Ketahuilah para penggubah lagu anak-anak ‘tempo doeloe’ itu seperti Pak Kasur (Suryono), Bu Kasur, Adikarso, dan lain-lainnya, adalah para guru, para pendidik, yang berpengetahuan luas, khususnya di bidang seni musik. Prestasi dan buah karya mereka telah diakui selama puluhan tahun.
Jadi pada hematku si pengecam terlalu mencari-cari kesalahannya dengan logikanya sendiri. Lagu-lagu anak-anak berbahasa Inggris pun seperti misalnya, My Bonnie, Brother John, dan sebagainya pasti ada tidak logisnya. Tapi paling tidak dengan menyanyikannya sudah memberikan pengenalan, penghafalan, dan pelafalan pada anak-anak mengenai bahasa Inggris.
Padahal segala sesuatu itu adalah Ying dan Yang, Negatif dan Positif. Artinya baik bila dipandang dari sudut baik oleh mereka yang berwawasan positif, sebaliknya juga tidak sulit menemukan cacat-celanya bila dipandang oleh mereka yang berpikiran negatif.
Begitu pula halnya dengan dongeng atau legenda seperti Sangkuriang, Bandung Bondowoso, dan Malin Kundang. Menurut aku pribadi semuanya bagus untuk diceritakan pada anak-anakku sejak mereka kecil-kecil. Bahkan sesudah lancar membaca, mereka kuberi buku-buku bacaan seperti Tom Sawyer, Huckleberry Finn, Oliver Twist, dan sebagainya. Padahal itu kan cerita mengenai anak-anak nakal?
Kalau hanya mau mencela, semua dongeng pasti ada salahnya.
Coba saja pikir, Sun Go Kong dilahirkan dari batu. Mana ada batu bisa bertelur dan kemudian menetaskan kera batu? Lagi pula perilaku si Kera Sakti kemudian sangat tak terpuji, termasuk mengacau ke Kahyangan.
Lihat legenda romantis San Pek Eng Tay, mana ada makam terbelah? Begitu pula dongeng seorang istri setia yang tangisannya mampu meruntuhkan Tembok Besar (walau cuma sebagian saja).
Lihat legenda 108 Pendekar Liang-shan, hakekatnya para enghiong hoohan (orang gagah) itu adalah kawanan penyamun dan pemberontak. Idem dengan Robin Hood bukan?
Menoleh ke dongeng Eropa, karya-karya Grimm Bersaudara seperti Cinderella dan Snow White seolah memvonis semua ibu tiri itu jahat, padahal ya belum tentu. Pernah baca Hansel dan Gretel? Bayangkan dua anak merebus nenek-nenek dalam belanga berisi kaldu mendidih!Atau si Mantel Merah yang neneknya dileg (ditelan bulat-bulat) oleh serigala jahat. Ketika perut serigala dibedah, neneknya dikeluarkan hidup-hidup, utuh, lalu perut serigala diisi batu-batu besar. Sadis ya?
Sebagai orang dewasa kita maklum itu semua dongeng, jadi tidak perlu adu argumentasi soal logika. Sama seperti film kartun di mana misalnya si serigala jahat digebuki sampai amblas ke dalam bumi, diledakkan, jatuh ke jurang, ya tidak bakalan berdarah, cacat apalagi mati!
Semua lagu anak-anak dan dongeng tersebut sangat baik bila dipandang dari sudut positif. Jadi yang terpenting adalah bagaimana mengarahkan anak-anak untuk selalu berpikir dan berperilaku positif. Caranya, antara lain mengajak menyanyikan lagu anak-anak dengan riang gembira!
Begitu. Yan
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua 15109