Budaya-Tionghoa.Net | Istilah “orang Han” ini kalau mau ditelaah lebih lanjut sebenarnya bukanlah murni dari nama dinasti Han. Memang pada masa dinasti Han, rakyat Tiongkok menyebut diri mereka orang Han. Tetapi ketika dinasti Han runtuh, runtuh pula sebutan “orang Han”. Jaman Sanguo, rakyat Wei menyebut diri mereka Wei-ren, rakyat Shu menyebut diri mereka Shu-ren, rakyat Wu menyebut diri mereka Wu-ren.
|
Begitu juga di jaman sesudahnya: Jin, jaman perpecahan utara selatan, jaman Sui, jaman Tang, jaman perpecahan lagi dan jaman Song. Di setiap jaman itu rakyat menyebut diri mereka sesuai nama negara, termasuk di kerajaan Liao dan Jin (Jurchen). Sampai pada masa Yuan, mulailah baru timbul kembali identitas “orang Han”.
Bagi orang Mongol, sebenarnya yang dimaksud “Han” adalah sebuah kerajaan kecil di utara yang diberi nama oleh para sejarahwan “Bei Hou Han” artinya Han Utara yang kemudian. Kerajaan itu mengusung nama “Han” tetapi ratusan tahun setelah dinasti Han. Kerajaan ini memiliki figur terkenal yaitu panglima marga Yang, yang terkenal dengan keturunannya kelak membela dinasti Song melawan dinasti Liao.
“Bei Han” inilah yang dimaksud “Han” oleh orang-orang Mongol. Dunia bagi orang Mongol jaman itu di dataran Tiongkok ada orang Han, orang Liao (Qidan), orang Jin (Jurchen).
Ketika Mongol menaklukkan Tiongkok, mereka membagi rakyatnya menjadi 4 kasta. Kasta ketiga ini disebut orang Han, yaitu orang-orang di Tiongkok utara. Kasta keempat disebut orang Han selatan, yaitu rakyat Song selatan yang ditaklukkan belasan tahun kemudian.
Mulai di masa Yuan (Mongol) ini lah identitas “orang Han” sebagai “bangsa” terbentuk. Sebelumnya identitas “orang Han” sudah tidak digunakan karena digantikan oleh identitas tiap dinasti. Setelah Yuan runtuh, berdiri Ming. Rakyat daerah utara kembali meninggalkan identitas “orang Han” dan mengganti identitas menjadi “orang Ming”.
Sampai waktunya Qing berdiri menggantikan Ming, di era ini lah identitas “orang Han” kembali mendapatkan tempat dan mendapatkan bentuk yang lebih solid. Apalagi pemerintah Qing di masa awalnya berupaya menghapus identitas “orang Han” ini. Semakin diupayakan dihapus maka semakin eksis identitas “orang Han”.
Hal yang mirip juga terjadi di istilah “orang Tang”.
Sebelumnya daerah selatan Tiongkok: Guangxi-Guangdong (Yue), Min adalah daerah liar yang belum tersinifikasi. Di jaman Qin Shi Huang, diutus rombongan kolonisasi berjumlah 500 ribu jiwa untuk membuka daerah Yue, dan mendirikan Nanhai, kota Guangzhou sekarang. Setelah Qin runtuh, Nanhai membentuk kerajaan merdeka terhadap dinasti Han, walaupun secara formal masih mengirimkan upeti. Di masa dinasti Han pertengahan daerah Nanhai baru secara total ditaklukkan pemerintah dinasti Han pusat, walaupun sering lepas kendali.
Begitu juga di daerah Min dulu juga ada yang disebut kerajaan Min yang berdiri sendiri. Lepas dari kekuasaan dinasti-dinasti dataran Tengah. Baru pada masa Sui daerah-daerah selatan itu ditaklukkan total dan diupayakan sinifikasi total. Batas kekuasaan Sui waktu itu mencapai sampai wilayah VietNam (Yue selatan) sekarang. Dinasti Sui ini berumur pendek, kekuasaannya dilanjutkan dinasti Tang, dan orang-orang daerah selatan lebih memiliki ingatan soal identitas dinasti Tang, lahirlah identitas “orang Tang”.
Sekali lagi di sini ada faktor dinamika waktu sejarah. Setelah dinasti Tang runtuh digantikan dengan Song, maka orang-orang selatan memakai istilah “orang Song”. Identitas “orang Tang” tidak dipakai lagi.
Selanjutnya sama dengan nasib identitas “orang Han”, di masa Yuan dan terakhir masa Qing (manchu) identitas “orang Tang” menjadi lebih baku dipakai oleh orang-orang selatan.
Kesimpulan:
- Orang Han dan orang Tang semula adalah identitas yang mengacu ke periode dinasti dalam pegerakan waktu kedua istilah itu sempat ditinggalkan dan diganti sesuai periode dinasti masing-masing
- Menguatnya kembali identitas “orang Han” dan “orang Tang” sebenarnya adalah semangat perlawanan terhadap penguasa yang dianggap asing alias penjajah
Hormat saya,
Yongde
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua