Budaya-Tionghoa.Net | Superstar Kungfu Hongkong Jacky Chan pada tanggal 12 Juni 2005 menghadiri acara Festival Film Internasional ke- 8 di Shanghai, dalam kesempatan itu dia membeberkan kiat-kiatnya bagaimana film Kungfu Tiongkok bisa mendunia. Jacky Chan berkata, dia mau membuat fim Kungfu , juga berarti mengembangkan budaya Tiongkok.
Film Kungfu Perlu Inovasi.
Beberapa tahun ini sutradara terkenal Ang Lee (Crouching Tiger Hidden Dragon), Zhang Yimou (Hero), maupun Stephen Chow (Kungfu), di blantika perfilman internasional telah berhasil membangkitkan gelombang kegairahan akan eksisnya film-film Kungfu Tiongkok.
|
Namun Jacky Chan punya pendapat lain. Film-film Kungfu Tiongkok semakin lama semakin mendapat tempat di dunia, namun juga menimbulkan efek yang kurang menguntungkan. ” Jangan cuma memandang ke luar untuk mendapatkan keuntungan. Kemungkinan besar untuk pasar kita sendiripun kita belum mampu menjaganya.”
Dia memberi contoh, meskipun sumber daya manusia untuk film-film Kungfu Tiongkok melimpah, namun dunia perfilman Barat berkembang pesat dan punya kelebihan di berbagai bidang yaitu penguasaan pasar, modal finansial, teknologi, bahasa dll, dengan mudah mereka bisa mengambil dan mengadaptasi berbagai kelebihan yang ada dalam film-film Kungfu Tiongkok, untuk kemudian dikemas lebih menarik lalu dijual dengan harga tinggi ke pasar perfilman dunia.
Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan. Beberapa film produksi Hollywood dewasa ini telah memasukkan unsur-unsur Kungfu Tiongkok. Hollywood telah menggunakan orang-orang profesional dari perfilman Kungfu Hongkong, sedangkan film-film Kungfu Hongkong tetap harus
berjuang menembus pasar Hollywood.
Sedangkan masalah yang saat ini mendesak dihadapi oleh film-film Kungfu Tiongkok yaitu bagaimana menemukan terobosan / inovasi. Karena sejak era Bruce Lee sampai kini, film-film Kungfu Tiongkok telah “mempergunakan semua alat yang mungkin dipakai”. “Sebenarnya, semua film-film Kungfu yang telah saya buat bertahun-tahun ini, apabila semua peralatan penunjang, background setting, pemandangan serta berbagai aspek pendukung dihilangkan dari film-film saya, maka tersisa jurus tinju maupun tendangan kaki dari mulai era abad 20 tahun 80-an sampai kini, dari awal hingga akhir sama saja satu jurus tinju maupun satu tendangan kaki, begitu diulang satu tinju plus satu tendangan berikutnya. Oleh sebab itu saya selalu menggali ide-ide baru, terus menerus memberikan sesuatu yang baru kepada para penonton, setelah syuting di Hongkong, berikutnya giliran syuting di Amerika, lalu Prancis, benua Afrika, begitu terus menjelajahi dunia.” “Film-film Kungfu Tiongkokpun demikian pula. Setelah era (Crouching Tiger Hidden Dragon) mencapai sukses, film-film Kungfu Tiongkok apabila terus menyajikan adegan perkelahian di hutan bambu, kejar-kejaran di atas permukaan air….. kelak dengan cepat akan kehilangan pasar.”
Kasus maraknya pembajakan membuat orang khawatir. Jacky Chan juga menyerukan kegalauannya, tak peduli untuk mengembangkan film-film Kungfu, ataupun membuat film-film jenis lainnya, harus menghadapi maraknya pembajakan di pasar perfilman Tiongkok. Dia menambahkan, kita ingat dahulu di Hongkong tiap tahun dibuat ratusan judul film, sangat produktif dan makmur, namun kini tiap tahun cuma diproduksi puluhan judul saja. Dahulu sebuah film dengan mudahnya meraup jutaan dolar Hongkong dari penjualan tiket, sekarang apabila ada film yang mampu meraup jutaan dolar dari hasil penjualan tiket, bisa dipastikan akan diadakan acara syukuran besar-besaran. Ini semua karena pembajakan begitu ganasnya hingga merusak keseluruhan pasar.
“Sebaliknya mari kita lihat Korea Selatan. Di Korea bukan berarti tak ada produk bajakan, namun mereka tak mau membajak hasil produk mereka sendiri. Sebuah negara yang memiliki penduduk beberapa juta saja, mampu menembus rekor penjualan ratusan juta dolar AS dari hasil penjualan tiket sebuah film saja. Karena itulah, kita bisa mengukur sendiri, kalaulah tak ada pembajakan, pasar film di Tiongkok akan membuat orang terpana saking besarnya !”
“Kalau tak ada pasar yang bagus, bagaimana mungkin diproduksi film Kungfu yang bagus pula ? Pembajakan ini merusak semuanya. Kalau tak ada pasar, perusahaan film akan malas menanamkan modalnya, juga tak berminat untuk mengorbitkan bintang yang baru.” Jacky Chan berkata, sebenarnya dirinya sendiri sudah berniat tidak membuat film lagi, sehingga bintang-bintang baru bisa bermunculan. Namun “Sekarang meskipun ada seorang aktor kungfu berilmu tinggi yang mampu salto di udara delapan kali, tetap tak ada perusahaan film yang mau memakainya, karena pasarnya tidak bagus.”
Film adalah media untuk menunjukkan kontes budaya. Semenjak film (Rush Hour) diproduksi, Jacky Chan telah menembus pasar Hollywood. Di film itu dia tetap mempraktekkan jurus-jurus Kungfu Tiongkok, berbicara bahasa Inggris seadanya. Dari situ dia memahami, bahwa film adalah media untuk kontes kebudayaan. “Bahasa Mandarin belum dipakai di seluruh dunia. Kita sulit memasuki pasar film orang lain, karena itu kita sekuat tenaga menggunakan bahasa tubuh / gerakan, sejak era Bruce Lee cara ini selalu dipraktekkan. Ini adalah menunjukkan kekuatan suatu budaya.”
“Lantas kesuksesan film-film produksi Amerika. Menyebabkan anak-anak kita di Tiongkok ikut-ikutan saat bicara selalu menggoyang-goyangkan kepala, hi hi ha ha, dari mulutnya sering terdengan ucapan-ucapan bernada Hip-Hop, ini semua karena terkena pengaruh budaya Barat.”
“Saya mempunyai dua orang murid bule asli Australia, semenjak mengikuti saya untuk belajar Wushu, akhirnya mereka tertarik juga dan belajar bahasa Mandarin. Saat saya berada di Jerman sempat bertemu dengan seorang fans berkebangsaan Jerman, karena dia begitu menyukai film-film Kungfu saya, sampai akhirnya dia bisa menggunakan bahasa Mandarin bahkan bisa menyanyikan lagu-lagu saya.”
Sambil tertawa Jacky Chan berkata, syuting film Kungfu, bertujuan untuk mengembangkan budaya Tiongkok. Setelah film Kungfu selesai dibuat dan diedarkan, barulah secara alamiah orang-orang di luar negeri akan menyenangi budaya Tiongkok, kemudian mulai menggemari masakan Tiongkok seperti mie, memakai pakaian Shanghai Dress, atau memperistri gadis Tiongkok.
( Laporan wartawan Kantor Berita Xinhua Sun Liping ).
Dikutip dan diterjemahkan dari harian Qian Dao Ri Bao terbitan Surabaya edisi 1 Juli 2005.
Budaya-Tionghoa.Net |
Sumber :
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/13135 [Posted by Xialongni]
- Harian Qian Dao Ri Bao , Surabaya , 1 Juli 2005
- Foto Poster , http://jackiechan.com/
|
Film berbudget 90 juta USD dan menjadi film termahal yang pernah di produksi China ini akan menga