Budaya-Tionghoa.Net | Kisah tentang tentara2 Persia yang mengungsi ke China. Kisah ini berdasar tulisan peninggalan Pangeran Nah-shieh (Narseh), anak dari Pangeran Pirooz, anak dari Raja Yazdgerd III yang merupakan Raja Sasanid dari Persia yang terakhir. Pada tahun 651 AD, Raja Persia Yazdgerd III, tertangkap dan dipenggal oleh penyerang2 dari Arab di sebuah tempat yang sekarang bernama Turkmenistan. Waktu itu, Pirooz masih seorang anak kecil, sangat ketakutan dan menunggu bala-bantuan dari tentara China. Ia telah mengirim sebuah surat kepada saudara-perempuannya yang telah menjadi salah satu dari istri Kaisar China.
Ketika tentara2 Arab telah mendekat, Pirooz tidak menghabiskan waktu lebih lama lagi. Bersama family, keluarga istana dan tentara2 yang setia, mereka menyeberang Pamirs. Selama perjalanan, banyak harta mereka yang hilang atau sengaja ditinggal. Harta2 ini kemudian ditemukan oleh
Chinese Research team dan sekarang disimpan di berbagai museum di China dan Taiwan
Pirooz berhasil mencapai China. Di ibukota, ia menjumpai pedagang2 Persian, Sogdian dan Bactrian yang telah lama tinggal menyatu di komunitas China. Ia kemudian ditemani untuk memasuki kerajaan. Di sana, ia bertemu dengan Kaisar China pada saat itu. Anak kecil Pirooz ini kemudian berlutut di depan Kaisar. Kaisar segera menggendongnya, memeluknya dan berkata:
“Kamu telah datang dari jauh. Jangan takut. Karena kau adalah saudara saya dan ini adalah rumahmu”. Dengan berlinang air mata, Pirooz kembali berlutut dan berterima kasih pada Kaisar. Kaisar kemudian membiarkan Pirooz bersama yang lain untuk tinggal di 38 desa dan membangun komunitas mereka berdasarkan adat istiadat mereka
Pirooz belajar ilmu bela-diri dan tumbuh besar untuk kemudian diangkat menjadi seorang Jenderal. Tentara2 China pada waktu itu masih menguasai garison di berbagai tempat yang sekarang adalah Tajikistan, Afghanistan dan sebagian Uzbezkistan. Kaisar China tidak pernah menempatkan Pirooz pada tempat2 ini, karena Kaisar tahu bahwa Pirooz akan segera membawa masalah dengan Arab. Namun, Pirooz membiayai banyak garisson2 di sana dengan uangnya sendiri. Ketika Kaisar China meninggal, Pirooz dan anaknya Narseh diperbolehkan oleh Kaisar China yang baru untuk memimpin garisson di sana. Segera, Pirooz bentrok dengan Umayyad Arab. Mereka membentuk aliansi dengan berbagai suku Turkish di sana dan perang di perbatasan melawan Arab
Pirooz meninggal pada tahun 700 AD. Ia dimakamkan menghadap ke barat. Masyarakat China sampai sekarang tidak ada yang tahu tepatnya di mana dia dimakamkan. Sebagian mengatakan bahwa ia dimakamkan di atas gunung Pamir supaya ia bisa berada dekat dengan ayahnya yang dibunuh oleh Arab. Namun di buku hariannya, Narseh mengatakan:
Pirooz hanya meminta pemakaman biasa dan Kaisar China menyanggupi. Semua yang mengungsi datang sebelum Pirooz meninggal. Pada saat itu, Kaisar China memegang tangan Pirooz yang sudah gemetar. Pirooz menghadap ke barat dan berkata: “Saya telah berbuat semampu saya untuk tanah air saya (Persia) dan saya tidak menyesal”. Kemudian, ia menghadap ke timur dan berkata: “Saya berterima kasih kepada China, tanah air saya yang baru”. Kemudian ia menghadap kepada keluarga dan seluruh orang2 Persian yang datang dan berkata: “Sumbanglah segenap bakat dan kemampuan kalian kepada Kaisar.
Kita sekarang bukanlah Persian. Kita sekarang adalah Chinese”. Kemudian, ia menghembuskan nafas yang terakhir. Sebelum pemakaman, seekor kuda membuat gallop dan mengitari peti Pirooz 33 kali, karena itu adalah angka sesuai dengan jumlah kemenangan militer yang dibuatnya. Pirooz adalah seorang Jenderal China yang besar dan setia kepada rakyatnya
Saudara2 Narseh kawin dengan keluarga kerajaan dan bangsawan Chinese. Ini adalah kisah dari Pirooz yang mengungsi ke China.
By Frank Wong, August 11, 2000
http://www.chinapage.net
Catatan Admin : Website tempat tulisan ini berasal yang kemudian dipost ke mailing-list sudah mati [dead-link]
Tautan Internal :
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/5899 [Posted by Minterja W , 2004]