Budaya-Tionghoa.Net | Pengantar Admin : Pearl S Buck adalah seorang sinophilia asal Amerika Serikat. Nama Tionghoanya adalah Sai Zhenzhu 賽珍珠 .Salah satu karya populernya adalah “Good Earth” yang mengantarkannya ke penghargaan bergengsi seperti Pulitzer dan Nobel Sastra. Buck juga dianggap sebagai salah satu sinophilia terkemuka diabad 20 bersama Joseph Needham. Tulisan dibawah ini mewakili pandangan Pearl S Buck terhadap Tiongkok. (Admin)
***
Seperti apakah negeri Cina itu? Ini adalah suatu pernyataan yang saya yakin, lebih sering saya lontarkan daripada pertanyaan lainnya. Ini adalah suatu pertanyaan yang bagus karena Cina sekarang adalah salah satu dari Negara adikuasa meskipun hanya sedikit sekali bangsa Barat yang mengetahui seperti apakah Cina dan penduduknya.
|
Sebenarnya, Cina telah selalu menjadi Negara adikuasa, baik karena wilayahnya yang sangat luas maupun karena penduduknya yang sangat banyak. Di antara dua sebab ini, kita akan membahas penduduknya, karena banyak Negara lain juga luas wilayahnya, tetapi kini mereka telah lenyap. Mengapa Cina mampu bertahan adalah karena penduduknya mampu membangun suatu peradaban yang praktis sehingga tidak mudah hancur.
Peradaban ini tidaklah memiliki struktur yang ketat. Orang Cina, di samping bukan termasuk orang yang mudah berubah, merupakan orang yang mampu menyesuaikan ketika tiba saatnya untuk berubah. Pada dasarnya, orang Cina adalah orang yang praktis. Mereka tidak terlalu terikat kepada adapt-istiadat, atau tradisi, bahkan agama, hanya karena mereka “memang demikian”. Tatkala mereka melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres, mereka segera mengubahnya.
Bahkan di zaman modern ini kita dapat melihat daya adaptasinya. Banyak orang mengira bahwa komunisme tidak akan terjadi di Cina karena tidak sesuai denga cara hidup tradisional orang Cina. Namun, di awal abad ke-20, tampaklah semakin nyata bahwa di Cina harus terjadi beberapa perubahan karena cara-cara lama tidak lagi dapat bekerja, maka perubahanpun terjadihlah. Saya yakin Cina tidak akan beralih menjadi komunis sekiranya Sun Yat Sen, bapak pendiri Republik Cina, masih hidup. Karena Sun sendiri menyatakan bahwa komunisme tidak akan sesuai bagi bangsanya. Namun, dia menerima bantuan dari Uni Soviet ketika itu hanya karena dia tidak bisa mendapatkan bantuan dari Negara lain. Apa yang mungkin terjadi seandainya Sun tidak meninggal terlalu muda, pada tahun 1925, tak seorangpun tahu.
[Photo Ilustrasi : Wikimedia , “Pearl S Buck ” , 1932]
Pertanyaan kedua yang sering saya lontarkan tentang Cina sekarang adalah apakah komunisme akan berlangsung lama. Satu-satunya jawaban saya adalah bahwa, jika komunisme dapat berhasil, ia akanbertahan lama. Sebaliknya, jika komunisme tidak berhasil, ia juga tidak akan bertahan lama. Karena orang Cina adalah, seperti yang saya katakana, orang yang praktis, mereka mungkin akan menerima hasil yang telah dicapai serta menolak kegagalannya. Komunisme tentunya akan meninggalkan banyak bekas di Cina, tetapi tak seorangpun tahu bagaimana bentuk akhir pemerintahannya nanti. Namun, pemerintahan itupun tentu akan praktis pula.
Kualitas orang Cina lainnya yang banyak berhubungan dengan ketahanan hidup mereka yang lama adalah kebebasan mereka yang luar biasa dari pengaruh prasangka yang sempit. Menurut pendapat saya, bangsa Cina, di samping termasuk orang yang amat bangga atas kebesaran dan kejayaan budayanya, secara keseluruhan adalah lebih bebas dari prasangka daripada bangsa lain. Misalnya, tidak pernah terdapat penyiksaan terhadap orang Yahudi di Cina. Dari waktu ke waktu, orang Yahudi tinggal di Cina baik sebagai pengusaha maupun sebagai pengungsi dari siksaan yang terjadi dimana-mana. Tak seorangpun yang mencegah orang Yahudi masuk dan tinggal di sana.
Bahkan ketika Sinagoge Yahudi dua kali hancur oleh badai dan banjir, pemerintah Cina membangunnya kembali bagi mereka sebagai amal kebaikan. Begitu pula, ketika bangsa Cina diserang oleh bangsa Mongol dan lalu oleh bangsa Manchu, orang Cina menerima para penakluk itu dengan tenang. Karena susunan pemerintahan mereka begitu sempurna, dan peradaban mereka pun sangat tinggi, maka para penakluk asing ini membolehkan Cina meneruksan pemerintahannya seperti sebelumnya.
Sebagai akibatnya, bangsa Cina lalu menyerap para penakluknya. Lima ratus tahun sebelum lahir Yesus Kristus, Kong Fu Cu, seorang filsuf dan guru Cina berkata,”Semua yang berada di bawah langit adalah masih bersaudara”. Tanpa kehilangan kebanggaanya sebagai orang Cina, mereka menerima orang lain dengan penuh toleransi dan hormat jika orang itu memang pantas dihormati.
Unsur ketiga di dalam kehidupan orang Cina adalah insting mereka terhadap keyakinan demokrasi. Anda munkin heran mengapa saya memakai istilah yang begitu mendasar pada pola piker Barat. Hal ini karena terdapat akar demokratis yang sangat bagus di dalam kehidupan dan pemikiran orang Cina. Ambil contoh, misalnya, bentuk pemerintahan Cina kuno. Sejarah Cina, hingga terbentuknya Republik Cina pada tahun 1912, dibagi menjadi 24 dinasti. Dinasti adalah lamanya waktu sebuah keluarga memegang kekuasaan kekaisaran. Dua puluh empat kali, orang Cina berganti-ganti keluarga kaisar baru. Dua diantaranya adalah dinasti Mongol dan Manchu yang berkuasa lewat kekuatan. Namun keluarga baru yang memerintah selalu muncul dari orang Cina sendiri.
Bagaimanakah dinasti Cina ini di bentuk? Ketika sebuah keluarga yang sedang berkuasa menjadi lemah dan korup, sebagaimana yang telah dilakukan mereka semua cepat atau lambat, maka berbagai urusan Negara akan berkembang dengan buruk sekali. Harga pun akan naik sehingga rakyat tidak dapat hidup dengan tenang. Terdapat pepatah Cina kuno yang berbunya, “Apabila harga barang telah naik sehingga rakyat tak dapat membelinya, Tuhan pun akan menitahkan suatu perubahan penguasa.” Dengan kata lain, dinasti barupun muncullah.
Tatkala dinasti baru ini menjadi tampak nyata, muncullah pemuda- pemuda yang ambisius masing-masing mengenggam senjata untuk membantunya. Pemuda-pemuda ini dan tentara akan saling baku hantam hingga akhirnya akan muncul si pemenang. Dia lalu diakui sebagai kaisar pertama dari dinasti baru. Selama terjadi pertempuran, rakyat menunggu hingga lahirlah orang yang terbaik. Kadang-kadang, orang ini justru berasal dari keluarga sederhana, anak seorang petani, atau pemimpin kelompok perampok, atau seorang pendeta yang membangkang,
Namun, dia telah memenuhi syarat-syarat yang telah diperlukan – yakni keperwiraan, keberanian, dan, khususnya, kepemimpinan. Meskipun saya berani mengatakan bahwa dia adalah kaisar “asal jadi” dengan jubah kekaisarannya yang baik dan meskipun pola tingkah lakunya mungkin tidaklah yang tebaik, dia membawa kehidupan dan energi yang segar ke dalam pemerintahan, sedangkan di sana banyak terdapat guru bagi anaknya serta penasehat bagi dirinya.
Bagaimanakah rakyat dapat hidup seperti biasanya sementara perjuangan berlangsung? Kenyataannya adalah mereka mampu berlaku demikian karena struktur masyarakatnya. Saya akan menyebut dua hal yan sangat penting di dalam struktur masyarakat ini. Yang pertama adalah administrasi pemerintahan Cina. Dalam setiap pemerintahan, administrasi pemerintahan ini terdiri atas para karyawan yang akan terus bekerja tidak peduli partai politik atau dinasti apa yang sedang berkuasa. Orang Cina memiliki system administrasi pemerintahan yang demikian baiknya sehingga Inggris pun menirunya, dan karena Amerika meniru Inggris, maka Amerika pun meniru Cina.
Administrasi pemerintahan Cina adalah demikikan unik sehingga saya angkat sebagai contoh. Tak satu bangsa pun ketika itu yang telah menemukan cara yang begitu praktis untuk melahirkan orang-orang yang brilian. Cina mendapatkan putera-putera terbaiknya melalui berbagai ujian kekaisaran, yang diadakan sekali dalam 3 tahun. Siapa saja dapat mencoba ujian itu, asalkan dia telah siap menghadapinya. Bahan ujiannya adalah sangat sulit, meliputi semua jaringan peradaban Cina yang sangat kompleks dan hanya mereka yang berotak brilian saja yang dapat lulus. Namun, peserta ujian boleh berasal dari segala lapisan masyarakat dan inilah unsur demokratisnya. Anak seorang pemangkas rambut desa, misalnya, dapat saja diperhatikan kebriliannya oleh penduduk di desanya, meskipun penduduk desa mungkin tidak dapat membaca dan menulis, tetapi apabila mereka menilai anak tersebut layak dididik untuk mengikuti ujian kekaisaran, mereka akan mengumpulkan uang dan menyekolahkannya. Jika dia lulus ujian kekaisaran, lalu mendapatkan pekerjaan di pemerintahan, dia pun telah membawa harum seluruh desa asalnya.
Dengan cara inilah, pemerintahan Cina diperintah oleh orang-orang yang mampu. Tentu saja di Cina pun terdapat korupsi karena setiap orang dimana saja memiliki kelemahan, tetapi metode mereka sangatlah bagus karena hal itu berarti bahwa pemerintah terus menerus diperbaharui dan diperkokoh oleh seluruh rakyat, tidak hanya oleh si kaya ataupun si pintar. Dengan administrasi pemerintahan yang demikian, periode pergantian dinasti tidak banyak mempengaruhi rakyat. Pemerintahan pun berjalan sebagaimana biasanya.
Unsur lain yang menstabilkan Cina adalah keluarga. Alih- alih membentuk jaringan kepolisian yang terinci, bangsa Cina hanya menyuruh setiap keluarga bertanggung-jawab terhadap setiap anggota keluarganya. Keluarga berarti saudara, bukan hanya orang tua saja, melainkan teramsuk paman-bibi, kakek-nenek, dan saudara sepupu yang telah jauh ikatannya. Seorang laki-lai (atau perempuan) tidak memiliki kesempatan untuk berperilaku menyimpang karena semua saudara mengawasinya. Seluruh keluarga akan mengawasinya karena mereka harus memikul akibat kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan anak tadi.
Tanggung-jawab ini begitu mendalamnya sehingga, jika anak tadi sudah tidak dapat dikendalikan lagi, keluarganya harus membunuhnya. Saya pernah menyaksikan kejadian ini sekali. Seorang ayah menembak anaknya sehingga seluruh keluarga, khususnya si ayah, bermuram durja karena kehilangan anak tadi. Namun, tanggung jawab dan control keluarga secara menyeluruh ini mengakibatkan masyarakat menjadi teratur dan berperilaku baik bahkan selama masa-masa peralihan dinasti.
Di kurun waktu kita, di Cina telah terjadi perubahan yang besar, suatu perubahan baru dalam seluruh sejarah Cina. Dinasti Manchu, dinasti kekaisaran terakhir, berakhir setelah terjadi suatu revolusi oleh pemuda-pemuda Cina, yang merasa bahwa pemeritnahan lama sudah ketinggalan zaman. Bentuk pemerintahan baru yang mereka pilih adalah Republik yang mencontoh Republik Amerika. Mereka memilih bentuk pemerintahan ini, karena banyak diantara pemimpin mereka, termasuk Sun Yat Sen sendiri, belajar tentang dunia Barat di sekolah- sekolah misionaris Amerika. Pada tahun 1912, mereka mendirikan Republik Cina dan selama 10 tahun mereka berusaha agar bentuk ini sesuai, tetapi gagal.
Bentuk pemerintahan Republik adalah hal yang baru bagi rakyat dan mereka tidak tahu bagaimana menjalankannya. Uni Soviet lalu menawarkan bantuan kepada Sun Yat Sen dan, dalam keputusasaan, dia menerima bantuan ini. Namun, tatkala kaum komunis tiba di Cina, mereka tahu bahwa mereka tidak akan berhasil, kecuali kalau mereka berhasil merusak system keluarga terlebih dahulu. Hal ini berarti suatu perubahan yang mendalam karena pengaruh Konfusianisme yang terfokus pada hubungan dan kepatuhan keluarga telah amat mendalam. Oleh karena itu, harus terdapat pemisahan fisik antar sesama anggota keluarga. Orang-orang tua harus dipisahkan dari orang muda, sedangkan anak-anak harus dipisahkan dari ayah-ibunya dan ditempatkan di suatu lembaga dan diajar tentang komunisme. Dengan kemenangan komunis pada tahun 1949, proses pengkomunisan ini semakin di pacu. Kini di Cina banyak pemuda yang tidak tahu sejarah mereka sedikitpun, kecuali dari sudut pandang komunis dan juga mereka tidak tahu apa-apa tentang dunia luar.
Saya berharap, dan percaya, bahwa kebajikan dan kebesaran lama Cina tidak akan lenyap dan bahwa peradaban yang telah berlangsung lebih dari 4.000 tahun tak dapat dihancurkan dalam waktu kurang dari 50 tahun. Ternyata kini terdapat tanda-tanda akan kebenaran pernyataan ini. Selama “revolusi kebudayaan” ribuan pemuda, yang dikenal sebagai Pengawal Merah, mengambil alih segala urusan dan berusaha untuk mempercepat komunisme di seluruh negeri. Revolusi inipun gagal karena keekstremannya justru membuat kaget orang Cina sendiri. Bahkan pemuda dari Pengawal Merah, mungkin sekitar seratus dari setiap seribu orang, melarikan diri dari daratan Cina. Mereka bercerita tentang kekecewaanya bahwa apa yang mereka dapatkan selama pendidikan tidaklah selalu benar. Namun, mereka juga tidak senang terhadap Negara non komunis karena mereka merasa tak bermoral untuk menjadi lebih kaya ketimbang orang lain.
Di tahun-tahun belakangan ini, pemerintahan Cina dipegang oleh para pemimpin yang pragmatis yang telah membukakan pintu Cina terhadap Barat. Mereka telah membuka kembali sekolah-sekolah, menghargai inisiatif, dan berusaha untuk memodernisasi ekonomi dan angkatan bersenjatanya. Turis Barat dibuat terpana melihat “Cina Baru”. Cina baru berbeda dengan Cina lama, tetapi dalam beberapa hal masih tetap sama.
Kita tidak tahu apa yang bakal akan dihasilkan oleh para pemuda Cina yang hanya mengerti komunisme saja. Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi jika setelah bebas dari pembatasan-pembatasan politik, mereka menemukan kembali masa kejayaan peradaban kuno mereka, karena apa yang mereka dengar adalah kesalahan dan kegagalannya saja.
Negara, seperti bangsa, memiliki usia yang berbeda-beda. Cina adalah Negara yang paling kuno di muka bumi ini. Berabad-abad yang lalu, orang Cina mengetahui ketololan dan kesia-siaan perang besar sehingga akibatnya mereka menolak mencipta jenis-jenis senjata tertentu. Sejak dahulu, misalnya, para ilmuwan Cina telah mengerti system-sistem peroketan, yang baru kemudian diketahui oleh Barat yang lalu memanfaatkannya.
Namun, para ilmuwan Cina tidak diijinkan meneruskan pembuatan roket ini karena menghasilkan senjata yang pasti akan melibatkan orang-orang sipil yang tak berdosa kedalam perang itu dianggap tidak manusiawi. Bangsa Cina juga tahu, bahwa di setiap Negara, dan mungkin dalam setiap zaman, terdapat orang yang mau menciptakan berbagai jenis peperangan. Namun, seperti yang pernah dikatakan oleh kaisar Cina, “Biarlah mereka berperang hanya dengan menggunakan pedang saja.” Dalam hal yang serupa, meskipun orang Cina dapat menciptakan serbuk mesiu, pemakaiannya terbatas hanya untuk pengapian saja.
Orang Cina adalah orang yang berpikiran ilmiah dan diantara ilmuwan terbaik dunia saat ini adalah orang Cina. Namun, di dalam Cina kuno, kemanusiaan dan moralitas dikendalikan oleh berbagai
pemikiran ilmiah.
“Seperti apakah Cina baru nanti?” bergantung pada kenyataan bahwa Negara itu masih terlalu muda untuk mengerti kebajikan menolak perang besar atau untuk mempertahankan diri. Cina baru ini mungkin akan menghadapi dunia seperti apa adanya. Akhirnya, sebelum semua Negara sampai kepada apa yang telah dicapai oleh Cina kuno di bidang moralitas dan kebajikan, tak satu negarapun akan merasa aman.
Posted by Karang Terjal , 10985
Source: Grolier International , (2003) , ” Lands & People” ,
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua