Budaya-Tionghoa.Net | Ketika agama Katolik dengan lancar dan tanpa hambatan berkembang di Tiongkok ,terjadi pertentangan diantara ordo agama Katolik sendiri. Yang mana pertentangan itu akan menyeret kaisar Qing Shengzu (masa pemerintahan Kangxi , 1661–1722) dan Paus masuk kedalam kancah tersebut dan menjadi permasalahan politik. Jauh pada masa akhir dinasti Ming , Ricci bersama missionaris lainnya menyadari bahwa Confucius dan Mencius memiliki tempat dalam sejarah dinasti Tiongkok, filsafat Confuciusm sudah menjadi filsafat bangsa Tiongkok sendiri.
|
Agar bisa berkembang dan mendapat tempat yang kukuh dalam pengembangan Katolik di Tiongkok ,maka ordo Yesuit menyesuaikan dengan tradisi penghormatan Tiongkok. Mereka mengijinkan untuk upacara penghormatan Confucius , menghormati leluhur. Tindakan ini menimbulkan pertentangan luar biasa diantara sekte-sekte lain. Tapi pertentangan ini belum berkembang kearah hal yang buruk sampai pada masa akhir pemerintahan kaisar Qing Shengzu.
Pada tahun 1704 (tahun pemerintahan Kangxi yang ke 43) , Paus mengeluarkan dekrit pelarangan , yang isinya adalah antara lain :
- Setiap rakyat Tiongkok yang masuk agama Katolik harus menggunakan istilah Tian Zhu dan bukan Tian juga dilarang menggantung tulisan Jing Tian.
- Pada saat upacara penghormatan Confucius , semua umat dilarang ikut serta upacara , membantu kegiatan upacara , berdiri disamping dan yang lebih penting lagi dilarang masuk ke Kong Miao untuk memberi penghormatan
- Dilarang menaruh papan nama leluhur dalam rumah.
Akhir tahun 1705 , Duo Luo utusan dari Roma membawa Dekrit Pelarangan sampai ke Beijing. Awal tahun berikutnya menghadap kaisar Qing Zhengzu . Setelah mengetahui dekrit tersebut , kaisar Shengzu menjawab ,
“Tiongkok selama 2000 tahun menjalankan ajaran Confucius dan Mencius. Menghormati Langit , menghormati Confucius dan para leluhur adalah tradisi dan merupakan cara hidup bangsa, Tian yang dihormati oleh orang Tiongkok dengan Tian orang Katolik adalah sama. Kitab Injil memiliki persamaan dengan kitab SiShu WuJing.”
Ditambahkan pula ,”Setiap missionaris Barat yang menyebarkan ajarannya di Tiongkok harus mematuhi aturan negara dan menghargai budaya yang berlaku , yang mengikuti ini mendapat perlindungan dari kerajaan Qing, yang tidak bisa mengikuti tinggalkan Tiongkok”.
Duo Luo tidak berani membantah kata-kata Kaisar Qing Shengzu tapi ketika di Nanjing ia memberitahukan isi dekrit itu dan yang melanggar dekrit itu akan mendapat hukuman. Kaisar mendengar itu beranggapan bahwa Duo Luo tidak menghargai budaya dan tidak mau mematuhi aturan dinasti Qing, ia memerintahkan untuk ditangkap dan dikirim ke Macao. Kemudian ia mengeluarkan peraturan bahwa semua missionaris sekte Yesuit harus memiliki kartu ijin tinggal dan menyatakan akan menghargai budaya Tiongkok, kalau tidak akan diusir keluar.
Tahun 1715 Roma mengeluarkan pengumuman bahwa semua missionaris Yesuit yang tidak mematuhi dekrit larangan akan dibawa ke Roma dan menerima hukuman. Akhirnya missionaris Yesuit dan umat-umatnya dengan terpaksa melaksanakan dekrit tersebut. Kaisar akhirnya mengeluarkan dekrit larangan bagi agama Katolik dan ia mengeluarkan peringatan keseluruh jajarannya ,
“Negara diluar seperti di barat ini, ratusan tahun kemudian akan membawa penderitaan bagi Tiongkok. Negara sudah aman sentausa , tapi sebaiknya bersiap-siap menghadapi bahaya dan terus membangun memperkuat negara.”
Kaisar memiliki pandangan yang jauh kedepan sayangnya keturunannya dan para pejabatnya tidak memperhatikan pembangunan negara malah membuat merosot.
Ketika kaisar Qing Shengzu meninggal , Aisin Gioro Yinshen naik tahta menjadi kaisar Qing Shizong , pada tahun 1723 (masa pemerintahan Yongzheng tahun pertama) bulan 12 , gubernur Zhi Min (dua propinsi yaitu Zhi Jiang dan Fu Jian) Jue Luo Man Bao menghadap dan melapor,
” para missionaris asing dimana-mana membangun gereja , menyusup dan menyebarkan agama.”
Ia memohon agar para missionaris itu sebagian dibawa ke ibukota untuk bekerja sebagian lagi dikirim ke Macao. Semua gereja didata dan diubah menjadi tempat sarana umum serta agama Katolik dilarang. Kaisar Qing Shizong setuju dan mengeluarkan titahnya sesuai anjuran Bao Luo.
Tidak beberapa lama kemudian , pada saat perundingan antara Rusia dengan dinasti Qing , penerjemah Song Junyong seorang missionaris dari Prancis , menghadap kaisar Qing Shizong, dan memohon agar agama Katolik tidak dilarang dan semua yang disita dikembalikan. Kaisar kemudian mengundang para missionaris yang masih tinggal di ibukota untuk makan bersama.
Dalam acara makan bersama itu mereka semua berbincang-bincang dan sang kaisar mengagumi lukisan yang dibuat oleh Langsi Ning seorang missionaris Yesuit bahkan pembicaraan sampai tanya jawab masalah astronomi dan ilmu alam. Tapi dibalik pembicaraan hangat itu , Shizong memaki-maki agama Katolik setara dengan agama sesat (note:yang dimaksud adalah agama Bai Lian).
Ia menambahkan bahwa kerajaan sudah mengijinkan mereka tinggal di ibukota dan Guangzhou serta tidak melarang mereka berhubungan surat menyurat dengan negara- negara Eropa itu “sudah cukup”. Ia dengan jelas mengatakan ,” Saya tidak membutuhkan missionaris , kalau saya mengirimkan para bhikku ke negara-negara Eropa untuk mengajarkan agama disana, raja-rajanyapun pasti tidak akan mengijinkan.”
Ia menambahkan tidak akan mengijinkan agama Katolik dan tidak mengijinkan mereka menghina Confucius dan Mencius. Pada akhir acara makan , Kaisar Qing Shizong berkata,”Kalian boleh-boleh saja datang kehadapanku dan aku akan mencerahkan kalian.” Pertemuan tersebut gagal melunakkan hati kaisar. Berdasarkan catatan sejarah , selama pemerintahannya sekitar 200 gereja dihancurkan atau disita. Hampir 2000 misionaris diusir ke Macao.
Pada tahun 1773 , Roma secara resmi menghentikan kegiatan missionaris serikat Yesuit di Tiongkok .Hampir 200 tahun sejarah Serikat Yesuit di Tiongkok pada tahun 1775 benar- benar mengundurkan diri dari panggung sejarah Tiongkok untuk sementara.
Pertentangan masalah tradisi penghormatan ini akhirnya pada tahun 1939 oleh Vatican diputuskan bahwa :
1.Orang Katolik Tionghua dianjurkan menghormati Confucius dan mempelajari ajarannya.
2.Orang Katolik Tionghua boleh sembahyang terhadap leluhur dan memiliki papan nama leluhur.
Catatan: Dulu saya pernah berkenalan almarhum pater Zhang yang berasal dari Tiongkok yang tinggal di Indonesia dan ketika saya sempat masuk kamar tidurnya , terlihat bahwa pater Zhang menaruh gambar Confucius dan Guan Di dibawah salib Yesus.
Saya sendiri pernah bertanya mengapa menaruh dua gambar itu. Pater Zhang menjelaskan bahwa Confucius adalah merupakan guru bangsa Tionghoa dan GuanDi merupakan pahlawan besar bagi rakyat Tiongkok. Beliau menambahkan sebagai orang Tionghua jangan melupakan bapak bangsa sendiri.
Xuan Tong , 4927
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua