Saya suka Hakim Bao. Di Indonesia dan di India kelihatannya nggak ada dewa seperti itu. Anggaplah, misalnya, Trimurti dalam Hindu. Nggak ada yang jadi hakim. [from : Faruk]
Budaya-Tionghoa.Net | Dewa-dewa yang ada di Hindu, secara konseptual adalah bayangan atau gambaran dari kekuasaan tuhan. Agak berbeda dengan cara “pengangkatan” dewa dalam budaya lain yang merupakan simbolisasi atau immortalisasi dari sosok manusia yang pernah benar-benar hidup di suatu masa tertentu dalam dimensi ruang dan waktu, yang kemudian karena kemuliaan sifat-sifatnya, lantas di abadikan dalam bentuk “dewa”. Dalam konsep Hindu, karena dewa-dewa di Hindu merupakan bayangan/gambaran/sinar dsb kekuasaan tuhan, (Bahasa sansekerta menyebutnya dengan “DIV” yang artinya sinar) maka dewa-dewa tersebut berjumlah sangat banyak, dari yang namanya dewa angin sampai dewa racun dan tentunya juga dewa keadilan.
Orang Bali menyebut “si pengadil” ini dengan “Sang Hyang Suratma” yaitu seorang dewa yang bertugas mencatat seluruh kejahatan dan kebaikan yang dilakukan oleh seorang manusia, dan akhirnya melakukan sebuah pengadilan untuk memutuskan apakah si “Atman” (konsepsi Hindu ttg ROH) akan lahir kembali (Punarbhawa atau reinkarnasi) atau akan mengalami penyatuan (Moksa)
Mohon diingat bahwa Hindu tidak mengenal surga dan neraka sebagai tujuan akhir, Hindu menggunakan ukuran-ukuran “Kelahiran Kembali” atau “Penyatuan dengan Brahman/Tuhan” sebagai tujuan akhir atau sebagai tujuan antara. Karena itulah apabila kita mengirim bunga ungkapan dukacita (karena kematian) bagi seorang Hindu, yang dituliskan dalam rangkaian bunga tersebut bukanlah “SEMOGA DITERIMA DISISINYA” akan tetapi “SEMOGA DITERIMA BERSATU DENGANNYA”
Bahasa Sansekerta.
Rekan Andreas memberikan gambaran bahwa bahasa Sansekerta digunakan sebagai bahasa tulis setelah masehi, saya kira ini adalah pendapat yang cukup spekulatif dan layak mendapat kehormatan untuk dipertanyakan dan didiskusikan dengan alasan-alasan sebagai berikut :
a. Bahasa sansekerta atau Sanskrit sebenarnya bukanlah satu kesatuan bahasa, Bahasa sansekerta sebenarnya terdiri dari 3 jenis bahasa yaitu Sanskrit Vedic, Archipelago Sanskrit dan Modern Sanskrit. Jenis bahasa sansekerta yang tertua adalah Sanskrit Vedic yang digunakan untuk menyusun ke-empat kitab suci orang hindu yaitu Rg Veda, Sama Veda, Jyur Veda dan Atharwa Veda.
b. Berdasarkan isi kitab dan penggunaan bahasa dalam setiap kitab tersebut, dapat diketahui bahwa Rg adalah kitab yang tertua dan Atharwa adalah kitab yang termuda. Bahasa sansekerta yang digunakan dalam Rg hingga Atharwa adalah sanskrit vedic yang tidak umum digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh orang-orang di Hindustan.
c. Memang terdapat banyak pendapat tentang waktu penulisan ke-empat kitab tersebut, namun sebagian besar dari para orientalis dapat bersepakat bahwa penulisan Rg Veda adalah sebelum masehi dengan perkiraan waktu antara 3000 sd 1500 thn sebelum masehi (Rg Veda ini tidak disusun oleh hanya satu orang dan juga tidak ditulis hanya di satu tempat tertentu, dari sebagian isi didalamnya yang mengulas tentang kondisi lingkungan dan cuaca, kitab ini kemungkinan ditulis selama perjalanan Bangsa Indo Arya dari wilayah anak benua eropa ke arah hindustan melalui celah Kayber selama beratus-ratus tahun).
d. Kitab tertua kedua adalah Sama Veda, yang mungkin ditulis antara 1500 hingga 500 thn sebelum masehi, dari isi didalamnya dapat diketahui bahwa pada awal penulisan Sama Veda, bangsa Indo Arya masih terus bergerak (berimigrasi) dan dari isi yang tercantum di tengah-tengah kitab diketahui bahwa mereka berhasil menemukan sebuah daratan luas yang dikelilingi air dan sangat subur (kemungkinan wilayah delta sungai gangga) sehingga memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut. Setelah pembahasan mengenai penemuan wilayah ini, diketahui bahwa penulisan Sama Veda selanjutnya dilakukan di wilayah yang sama dan kelompok penulis Sama Veda tidak lagi melakukan perpindahan tempat.
e. kitab Jyur Veda ditulis setelah bangsa Indo Arya melakukan ekspansi ke wilayah Alengka Pura (sekarang dikenal dengan nama Srilangka) dan saat itu antara daratan India dan Srilangka masih dihubungkan oleh sebentuk daratan sempit, ini diperkirakan antara 1000 hingga 200 tahun SM .
f. Kitab Atharwa Veda sebagai kitab yang termuda ditulis pada saat bangsa Indo Arya secara demografis mulai membesar jumlahnya dan mulai terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok masyarakat yang dipimpin oleh raja-raja yang saling bersaing dalam menegakkan hegemoni kerajaan, sehingga terceritakan tentang persaingan antar kerajaan dan dewa-dewa yang dipuja oleh masing-masing raja. Diperkirakan kitab ini ditulis semasa dengan kelahiran anak Maria di Yerusalem (sebelum dan sesudahnya).
g. Kesulitan memperkirakan waktu penulisan ini dikarenakan sistem perhitungan waktu dalam Hindu yang mengikuti konsep “KALPA” yang berbeda dengan konsep waktu “MASEHI” yang dianut oleh sebagian besar umat manusia lainnya.
h. Sebagai tambahan informasi : Orang Hindu di Bali menggunakan perhitungan waktu Caka, yang dimulai dari 76 tahun setelah tahun “0” di kalender masehi dan perhitungan mulainya kalender sistem Caka ini dilhami oleh kedatangan Prabu Ajisaka di Pulau Jawa. Dikatakan dalam legendanya bahwa Ajisaka ini membawa ajaran Hindu yang sudah disempurnakan (Upanishad-upanishad Sampradaya tertentu ?). Untuk diketahui bahwa Upanishad adalah kumpulan filsafat kritis yang membahas ke-empat Veda dari sisi logika moral dan etika. Apabila mengacu dari bukti sejarah ini (yang masih secara konsisten dilakukan di Bali, mohon diingat ttg hari raya Nyepi yang merupakan tahun baru Caka ) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seharusnya Upanishad yang membahas tentang Weda sudah harus ada 76 tahun setelah masehi (karena Ajisaka membawa ajaran ini ke Indonesia 76 tahun setelah Masehi) dan ke-empat Veda seharusnya sudah ada sebelum jangka waktu itu karena upanishad membahas tentang ke-empat Veda.
i. Jadi mengenai pernyataan kawan Andreas yang menyatakan bahwa “Buku agama Hindu meskipun katanya lebih tua dari buku2 agama negara lain sebetulnya ditulis dalam bahasa sangskrit sesudah penanggalan masehi. {Sebelumnya bahasa sangskrit belum ada
atau belum dipakai sebagai bahasa tulis.]”, saya sangat meragukan validitas pernyataan ini, dan untuk sebagai pembanding dari informasi yang saya ungkapkan diatas, dapat kiranya kawan-kawan yang lain melakukan crosscheck ke situs-situs Hindu di Internet dengan key word “Sanskrit” (bukan sangkrit) atau “Sanskrit Vedic” atau “Hinduism” atau “Hindu Dharma” atau “Rta”
Terimakasih,
Salam kemanusiaan dari Bali
Made Surya Putra