Budaya-Tionghoa.Net | Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki watak [hsing] sebagai ciri pengenalnya, karena watak tersebut adalah anugerah Yang Maha Esa atau Yang Maha Tinggi. Manusia dapat merasakan kehadiran Th’ien di dalam diri sejatinya dengan mengembangkan sifat sejatinya berupa kejujuran. Manusia kehilangan sifat sejatinya setelah terlahir ke dunia ini dimana menurut pemikiran Confucianisme, hanya melalui pendidikan dan pendalaman batin maka manusia akan mampu menemukan kembali jati diri sejatinya.
|
Di dalam Kitab tentang Puisi (The Book of Poetry/Shi Cing), terdapat beberapa syair yang menunjukkan pemahaman mengenai keberadaan Yang Maha Esa atau Yang Maha Tinggi , yang disebut Th’ien (Langit) , Shang Ti (Yang Maha Tinggi) , Th’ien Ti (Kaisar Langit) atau Th’ien Tzu (Yang Maha Kuasa). Kita mengenal berbagai ‘nama’ yang diberikan kepada Yang Maha Kuasa, padahal ‘nama’ yang diberikan tersebut sangatlah sulit untuk didefinisikan dan dimengerti dalam bahasa manusia. Namun untuk mengagungkanYang Maha Kuasa, maka Lau Zi yang dengan terpaksa memberikan nama TAO, dimana tentunya berlainan dengan berbagai bahasa, tradisi, kebudayaan setempat, dan tingkat pencapaian spiritual seseorang. Betapa banyaknya ‘nama’, mulai dari Nam, Lok, Brahman, Prakriti, Purusha, Hyang Adi Buddha, Jehova, Yahwee, Eli , Eloi, Tuhan, Allah, Bapa di Surga, Amitabha di Surga Tanah Suci, Shang Ti, Th’ien dan sebagainya. Kekuasaan dari Yang Maha Esa tidak dapat diukur dan
diuraikan dengan bahasa manusia karena berada di luar jangkauan suara, sentuhan dan penciuman manusia.
” Kekuasaan dan bimbingan dari Yang Maha Esa sangat luas dan dalam; hal itu di luar jangkauan suara, sentuhan, atau penciuman.” (Shi Cing IV Wen Wang I/7)
Kekuasaan dari Yang Maha Kuasa tidak terbayangkan oleh manusia. Berkahnya senantiasa dicurahkan ke dunia dan seluruh makhluk hidup tidak luput dari pandangan dan bimbinganNya.
” Oh, betapa besarnya Yang Maha Kuasa ! Berkahnya dicurahkan pada bumi. Dengan pandangan secara menyeluruh dan perhatian yang seksama mengatur
penghuni dunia, agar hidup berkecukupan.” (Shi Cing IV Wen Wang VII/1)
“Oh, betapa besarnya kekuasaan Yang Maha Kuasa, yang memerintah dan membimbing umat manusia.” (Shi Cing IV Thang I/1)
MANUSIA TERLAHIR DI DUNIA DENGAN SIFATNYA YANG SALEH
Manusia terlahir di dunia dengan sifatnya yang saleh dan luas sehingga tugas mereka dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi dari badan, kekuatan dan pikiran. ” Yang Maha Esa menciptakan umat manusia dan merancangkannya dengan sifat yang saleh dan luas. Dengan fungsi-fungsi dari badan, kekuatan dan pikiran; tugas-tugas mereka untuk dilaksanakan.” (Shi Cing IV/ Thang VI/1)Pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Shi Cing dan Shu Cing disebut berulang kali, demikian juga catatan Confucius dalam Lun Yu. Dikatakan bahwa seseorang yang menentang Yang Maha Kuasa maka tidak akan memiliki apapun walaupun dia berdoa.
Guru Khung Fu Zi bersabda , ” Dia yang menentang Yang Maha Kuasa tidaklah akan memiliki apa-apa, walaupun dia berdoa.” (Lun Yu III/13).
Menjauhi makanan terlarang, bersikap sederhana, memiliki moralitas dan menjunjung tinggi sifat Cinta Kasih [Jen] yang merupakan nilai sejati seorang Budiman serta mempelajari kesenian adalah merupakan beberapa faktor utama yang mutlak dikembangkan oleh seseorang dalam menapak Jalan Ketuhanan atau Jalan Kebenaran.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Jika seseorang berbudi telah berketetapan hati untuk mencari Jalan Ketuhanan, namun masih malu memakai pakaian compang-camping dan makan makanan terlarang, maka tidak ada tempat untuk berbicara tentang Jalan Ketuhanan dengan dia.” (Lun Yu IV/9).
” Seseorang harus mengarahkan aspirasinya terhadap Jalan Ketuhanan, memegang tinggi moralitas, bergantung kepada nilai-nilai sejati seorang Budiman dan mempelajari kesenian.” (Lun Yu VII/6).
Confucius mengakui bahwa diriNya sulit dimengerti oleh orang lain, tetapi Beliaupun tidak menyalahkan Yang Maha Kuasa ataupun orang lain, karena Beliau menyadari akan kekuasaan Yang Maha Kuasa, sehingga membuat Beliau mengerti akan semua hal yang dimulai dari belajar di tingkat yang paling sederhana.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Tidak ada seorangpun yang bisa mengerti saya ! Saya tidak mengeluh terhadap Yang Maha Kuasa, dan saya juga tidak menyalahkan manusia. Dalam belajar, saya mulai dari tingkat yang paling sederhana dan sedikit demi sedikit bergerak ke yang berada di atas. Jika saya mengerti, semua hanyalah oleh kekuasaan Tuhan saja.” (Lun Yu XIV/37).
Terdapat tiga hal yang harus dijaga oleh seorang Budiman, yaitu memuliakan firman Yang Maha Esa, memuliakan orang yang berbudi luhur dan memuliakan apa yang diucapkan orang yang berbudi luhur.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Seorang Budiman yang berwatak luhur memuliakan tiga hal, yaitu memuliakan firman Tuhan Yang Maha Esa, memuliakan orang-orang besar yang berbudi luhur dan memuliakan kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang besar yang berbudi luhur. ” (Lun Yu XVI/8).
Salam
Hengky Suryadi
Budaya-Tionghoa.Net |Mailing List Budaya Tionghua 846